- APPI menyebut harus ada adendum yang jelas dari klub terkait pemotongan gaji pemain.
- Menurut APPI, harus ada hitam di atas putih antara klub dengan pemain soal pemotongan gaji.
- General Manager APPI, Ponaryo Astaman, yakin pemain juga mengerti kondisi saat ini.
SKOR.id - Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) angkat bicara mengenai klub-klub yang sudah memutuskan pemotongan gaji pemain.
Tak kurang dari sepekan setelah PSSI mengeluarkan surat keputusan, klub langsung mengeluarkan sikap soal ketentuan pemotongan gaji.
Menurut Ponaryo Astaman, General Manager APPI, harus ada adendum yang jelas dari klub untuk keputusan pemotongan gaji pemain yang ditetapkan.
Baca Juga: APPI Membela Saddil Ramdani tapi Tak Lakukan Pembelaan Hukum
Klub tidak bisa hanya berlandaskan surat keputusan (SK) PSSI ataupun bilang sudah ada kesepakatan, tanpa ada pertimbangan yang ketat.
Melainkan, mesti ada surat perjanjian tambahan di luar kontrak yang ada, dari hasil musyawarah di dalam internal klub yang melibatkan pemain.
"Ini konteksnya juga berkaitan dengan norma. Keputusan harus lebih teliti dan melibatkan klub serta pemain," kata Ponaryo kepada Skor.id, Sabtu (4/4/2020) malam.
Sebelumnya, SK PSSI nomor 48/SKEP/III/2020, klub diperbolehkan merevisi pembayaran gaji maksimal 25 persen untuk Maret, April, Mei, dan Juni 2020.
"Klub bisa saja bilang saling setuju. Tapi ini (soal pemotongan gaji) harus jelas. Harus ada hitam di atas putih lagi seperti kesepakatan kontrak," kata Ponaryo.
"Inikan jatuhnya perubahan kontrak, jadi harus ada addendum yang jelas dan dengan itu baru sah secara hukum," lelaki yang akrab disapa Popon menambahkan.
Mayoritas klub, terutama Liga 1 2020, belum mengambil langkah pasti. Tapi ada pula yang sudah punya keputusan seperti Persik Kediri dan Persita Tangerang.
Klub pertama mengikuti mekanisme PSSI, sedang endekar Cisadane, julukan Persita, membayar penuh gaji Maret, tapi hanya 10 persen untuk April, Mei, dan Juni 2020.
"Memang dari awal SK PSSI itu tidak cukup jelas menyelesaikan masalah (selama pandemi virus corona). Karena itu kami menulis surat keberatan," ucap Ponaryo.
"Dari FIFA pun tidak memberi keputusan mutlak, sebab soal gaji harus dicari kesepakatan sendiri antara klub dan pemain," ia menambahkan.
Baca Juga: Alasan APPI soal Potong Gaji Sebesar 75 Persen Tak Adil Bagi Pemain
Lebih lanjut, pria berusia 40 tahun ini menjelaskan bahwa pemain juga tidak akan keras kepala dalam upaya mencari win win solution bersama dengan klubnya.
"Pemain juga pasti mengerti. Mereka tentu rasional melihat kondisinya memang seperti apa saat ini. Yang terpenting dibicarakan bersama," kata Ponaryo.