- Suporter PSS Sleman, Brigata Curva Sud (BCS), berencana memboikot pertandingan tim Elang Jawa.
- Boikot BCS serupa dengan suporter Blackpool yang kecewa dengan manajemen klub.
- Setelah empat tahun, suporter Blackpool akhirnya kembali ke stadion setelah keluarga Oyston meninggalkan klub.
SKOR.id - Wacana boikot suporter PSS Sleman, BCS, hampir serupa dengan kejadian yang melibatkan tim Liga Inggris, Blackpool.
Suporter PSS Sleman, Brigata Curva Sud (BCS), mengancam akan memboikot pertandingan tim Elang Jawa jika tuntutan mereka tak dipenuhi manajemen.
Sejak musim lalu, BCS memang telah lantang menyampaikan delapan tuntutan kepada manajemen PSS demi perbaikan kualitas tim.
Baca Juga: Mario Gomez Tertarik Boyong Ezechiel N'Douassel dan Jonathan Bauman ke Arema FC
Kedelapan tuntutan BCS tersebut, yakni:
1. Program pembinaan dan akademi usia muda PSS Sleman
2. Mes untuk PSS Sleman
3. Lapangan untuk berlatih
4. Marketing & Business Development
5. Menghapus peran dan posisi ganda
6. Memanfaatkan dan utamakan peran ofisial media PSS
7. Penyelenggaraan pertandingan yang profesional
8. Standar Operasional (SOP) yang jelas dalam perusahaan
Tuntutan dari BCS tersebut belum semuanya dikabulkan oleh manajemen PSS hingga menjelang musim 2020 bergulir.
Belakangan kegusaran suporter PSS terhadap tim kebanggaannya kembali terpancing setelah manajemen mengumumkan tak memperpanjang kontrak pelatih, Seto Nurdiyantoro.
Manajemen PSS memilih merekrut mantan asisten pelatih Luis Milla di timnas Indonesia, Eduardo Perez, untuk menjadi kepala pelatih tim Laskar Sembada.
Kekecewaan suporter tak bisa dibendung lantaran Seto dinilai memiliki peran besar untuk PSS Sleman musim lalu.
Dengan materi pemain ala kadarnya, PSS di bawah komando Seto sukses finis di peringkat kedelapan Liga 1 2019.
Baca Juga: Ini Alasan Persib Bandung Pasif di Bursa Transfer Liga 1 2020
Sebuah capaian gemilang mengingat pada musim itu PSS berstatus tim promosi. Dua tim lain yang sama-sama promosi bareng PSS, Kalteng Putra dan Semen Padang, bahkan langsung terdegradasi ke Liga 2 2020.
BCS yang jengah dengan kepemimpinan PT Putra Sleman Sembada (PSS) menuntut jajaran manajemen dan pemain yang dinilai tak kompeten untuk mundur. Jika tidak, BCS mengancam akan memboikot seluruh pertandingan Bagus Nirwanto cs di Liga 1 2020.
Boikot BCS kepada PSS bukan yang pertama terjadi di sepak bola. Sebelumnya pernah ada kasus nyaris serupa yang terjadi di Liga Inggris dan melibatkan Blackpool dan suporternya.
Suporter Blackpool meminta keluarga Owen Oyston mundur sebagai pemilik klub karena dinilai tak becus mengatur tim.
Baca Juga: Quique Setien Undang Lionel Messi dkk Makan Malam Bersama
Blackpool yang sempat tampil di Premier League musim 2010-2011 harus terdampar ke League Two (divisi empat Liga Inggris) dalam lima musim berikutnya.
Hasil tersebut membuat suporter pun kehilangan optimisme terhadap kepemimpinan keluarga Oyston. Blackpool yang diklaim mendapat 90 juta pounds dari hadiah promosi ke Premier League tak menginvestasikan dana tersebut dengan baik.
At Bloomfield Road where these leaflets are being handed out. According to the Blackpool Supporters’ Trust, the stadium will be “over three-quarters empty as the majority of our supporters are undertaking a sustained ethical boycott against the club’s owners, the Oystons”. pic.twitter.com/igxvR57bHy— James Olley (@JamesOlley) January 5, 2019
Karl Oyston, chairman Blackpool, juga tak membangun markas mereka, Bloomfield Road, dengan uang hadiah tersebut. Bahkan, setelah kasus ini sampai pengadilan, Karl diketahui menerima uang senilai 11 juta di rekeningnya.
Perseteruan Karl dengan suporter pun semakin meruncing. Karl sempat melontarkan kritikan pedas untuk para pemboikot. Ia juga menuntut suporter yang mengkritik klub di dunia maya.
Baca Juga: Pelatih Dortmund Tidak Jamin Langsung Mainkan Haaland
Pada 2015 suporter Blackpool memilih untuk tak datang ke stadion dan memboikot seluruh pertandingan The Seasiders.
"Kami memiliki klub ini, keluarga kami menjalankan klub ini lebih dari 30 tahun. Perbedaannya, mereka naif dan melakukan hal yang kekanak-kanakan (boikot)," ujar Karl Oyston dilansir dari BBC.
"Mereka sangat naif jika berpikir kami akan pergi dengan cara itu," tuturnya menambahkan.
Lengsernya rezim Oyston dari Blackpool dimulai ketika sang pemilik klub terjerat masalah dengan Valeri Belokon, salah satu pemegang saham. Belokon membawa kasus tersebut ke pengadilan pada November 2017.
Baca Juga: Jarang Tampil, Shkodran Mustafi Tetap Dibutuhkan Arsenal
Dilansir dari BBC, pada Februari 2019 pengadilan menyatakan Oyston bersalah atas kasus pemalsuan catatan keuangan dan diwajibkan membayar 26,77 juta pounds kepada Belokon.
Hukuman itu sekaligus mengakhiri dinasti Oyston di Blackpool yang lebih dari 30 tahun menguasai klub tersebut.
Suporter Blackpool pun akhirnya kembali memadati Bloomfield Road pada Maret 2019. Boikot selama empat tahun tersebut berakhir setelah kemenangan atas keluarga Oyston diraih.
Kejadian yang menimpa Blackpool menjadi bukti bahwa suporter memiliki peranan vital dalam sebuah klub. Kini, akankah hubungan BCS dan PSS akan serupa dengan Blackpool dan suporternya?