SKOR.id – Euro 2024 (Piala Eropa 2024) akan berakhir saat digelarnya pertandingan final yang akan dilangsungkan pada Minggu (14/7/2024) malam waktu setempat atau Senin dini hari mulai pukul 02.00 WIB.&nbsp;Juara Eropa tiga (1964, 2008, 2012) kali Spanyol akan menghadapi Inggris yang belum pernah mengangkat trofi Henri Delaunay, meskipun sudah merebut Piala Dunia 1966, di Stadion Olympia (juga dikenal dengan nama Olympiastadion), Berlin, Jerman.&nbsp;Semakin meratanya kekuatan negara-negara kontestan Euro membuat terjadinya drama adu penalti di fase knockout&nbsp;sangat mungkin terjadi. Di Euro 2024 saja, sudah tiga kali terjadi penalty shoot-out.&nbsp;Jadi bukan mustahil jika final Euro 2024 nanti akan terjadi adu penalti, seperti edisi sebelumnya tiga tahun lalu (Euro 2020 digelar pada 2021 karena pademi Covid-19).&nbsp;Inggris sudah sekali melakoni drama adu penalti di Piala Eropa 2024 sedangkan Spanyol selalu mampu mengunci kemenangan (sejak fase grup) maksimum sampai perpanjangan waktu.&nbsp;Lantas, siapa tim yang merajai adu penalti di putaran final Euro sepanjang sejarah? Berikut rekor adu penalti putaran final tim-tim Euro 2024 sampai babak semifinal edisi tahun ini:<ul><li>Albania, Austria, Belgia, Georgia, Hungaria, Rumania, Skotlandia, Serbia, Slovakia, Ukraina&nbsp;- Semua tidak pernah melakoni adu penalti hingga di turnamen kontinental sampai Euro 2024.&nbsp;</li><li>Kroasia Kalah – Perempat final 2008: Kroasia 1-1 Turki (adu penalti: 1-3)</li><li>Turki Menang – Perempat final 2008: Kroasia 1-1 Turki (1-3)</li><li>Slovenia Kalah – 16 besar 2024: Portugal 0-0 Slovenia (3-0)</li><li>Denmark Kalah – Semifinal 1984: Denmark 1-1 Spanyol (4-5) Menang – Semifinal 1992: Belanda 2-2 Denmark (4-5)</li><li>Polandia Menang – 16 besar 2016: Polandia 1-1 Swiss (5-4) Kalah – Perempat final 2016: Polandia 1-1 Portugal (3-5)</li><li>Jerman Kalah – Final 1976: Cekoslovakia 2-2 Jerman Barat (5-3) Menang – Semifinal 1996: Jerman 1-1 Inggris (6-5) Menang – Perempat final 2016: Jerman 1-1 Italia (6-5)</li><li>Republik Ceko (termasuk saat bernama Cekoslovakia) Menang – Final 1976: Cekoslovakia 2-2 Jerman Barat (5-3) Menang – Playoff tempat ketiga 1980: Cekoslovakia 1-1 Italia (9-8) Menang – Semifinal 1996: Prancis 0-0 Rep. Ceko (5-6)</li><li>Belanda Kalah – Semifinal 1992: Belanda 2-2 Denmark (4-5) Kalah – Perempat final 1996: Prancis 0-0 Belanda (5-4) Kalah – Semifinal 2000: Belanda 0-0 Italia (1-3) Menang – Perempat final 2004: Swedia 0-0 Belanda (4-5)</li><li>Prancis Menang – Perempat final 1996: Prancis 0-0 Belanda (5-4) Kalah – Semifinal 1996: Prancis 0-0 Rep. Ceko(5-6) Kalah – 16 besar 2020: Prancis 3-3 Swiss (4-5) Menang – Perempat final 2024: Portugal 0-0 Prancis (3-5)</li><li>Swiss Kalah – 16 besar 2016: Swiss 1-1 Polandia (4-5) Menang – 16 besar 2020: Prancis 3-3 Swiss (4-5) Kalah – Perempat final 2020: Swiss 1-1 Spanyol (1-3) Kalah – Perempat final 2024: Inggris 1-1 Swiss (5-3)</li><li>Portugal Menang – Perempat final 2004: Portugal 2-2 Inggris (6-5) Kalah – Semifinal 2012: Portugal 0-0 Spanyol (2-4) Menang – Perempat final 2016: Polandia 1-1 Portugal (3-5) Menang – 16 besar 2024: Portugal 0-0 Slovenia (3-0) Kalah – Perempat final 2024: Portugal 0-0 Prancis (3-5)</li><li>Inggris Menang – Perempat final 1996: Spanyol 0-0 Inggris (2-4) Kalah – Semifinal 1996: Jerman 1-1 Inggris (6-5) Kalah – Perempat final 2004: Portugal 2-2 Inggris (6-5) Kalah – Perempat final 2012: Inggris 0-0 Italia (2-4) Kalah – Final 2020: Italia 1-1 Inggris (3-2) Menang – Perempat final 2024: Inggris 1-1 Swiss (5-3)</li><li>Spanyol Menang – Semifinal 1984: Spanyol 1-1 Denmark (5-4) Kalah – Perempat final 1996: Spanyol 0-0 Inggris (2-4) Menang – Perempat final 2008: Spanyol 0-0 Italia (4-2) Menang – Semifinal 2012: Portugal 0-0 Spanyol (2-4) Menang – Perempat final 2020: Swiss 1-1 Spanyol (1-3) Kalah – Semifinal 2020: Italia 1-1 Spanyol (4-2)</li><li>Italia Kalah – Playoff tempat ketiga 1980: Cekoslovakia 1-1 Italia (9-8) Menang – Semifinal 2000: Belanda 0-0 Italia (1-3) Kalah – Perempat final 2008: Spanyol 0-0 Italia (4-2) Menang – Perempat final 2012: Inggris 0-0 Italia (2-4) Kalah – Perempat final 2016: Jerman 1-1 Italia (6-5) Menang – Semifinal 2020: Italia 1-1 Spanyol (4-2) Menang – Final 2020: Italia 1-1 Inggris (3-2)</li></ul><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/lYUX4-tiY3c?si=BPmkyUxuRhgUb9oD" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;

Berikut negara-negara kontestan Euro 2024 yang paling sering memenangi babak adu penalti sepanjang sejarah di putaran final Piala Eropa.

World

Rekor Adu Penalti Tim-tim Kontestan Euro 2024

SKOR.id – Sama seperti lima tembakan yang dilakukan dengan percaya diri untuk mengalahkan Swiss di perempat final Euro 2024, Sabtu (6/7/2024) lalu, konversi Inggris dari salah satu negara dengan kinerja terburuk dalam adu penalti menjadi unit yang percaya diri saat ini, tidak ada hubungannya dengan keberuntungan.Inggris akan bersiap menghadapi potensi adu penalti lagi di semifinal Euro 2024 saat melawan Belanda yang akan digelar BVB Stadion Dortmund, Jerman, pada Rabu (10/7/2024) malam atau Kamis mulai pukul 02.00 dini hari WIB.Masalah Inggris dalam adu penalti terdokumentasi dengan baik dan ketika Gareth Southgate mengambil alih jabatan pelatih pada tahun 2016. Dia tahu bahwa mematahkan asosiasi negatif untuk masalah yang satu itu menjadi salah satu tugas terpentingnya.Ironisnya, kegagalan Southgate saat adu penalti di semifinal Euro 96 melawan Jerman, atau lebih khusus lagi keputusannya untuk mengambil penalti ketika ia jelas-jelas tidak memenuhi syarat untuk menendang penalti itulah yang menjadi inti permasalahan Inggris.Mantan bek yang kini menjadi pakar, Gary Neville, pekan lalu berbicara tentang bagaimana para penendang Inggris di Piala Dunia 2006 ditentukan oleh kompetisi dalam latihan yang berakhir dengan bek tengah Jamie Carragher.Dalam adu penalti melawan Portugal di perempat final Piala Dunia 2006, Carragher sebagai penendang keempat gagal melakukan tembakan penentu pada upaya kedua, setelah melakukan tendangan pertama sebelum wasit meniup peluit.&nbsp;Semua tahu, tiga dari empat penendang Inggris saat itu gagal hingga mereka takluk 1-3 dari Portugal dalam adu penalti tersebut.<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/C9O7oBtpZOT"></oembed></figure>Pendekatan yang biasa-biasa saja dan kegagalan yang sering terjadi menjadi latar belakang Asosiasi Sepak Bola Inggris, FA, meluncurkan rencana luar biasa untuk menyelidiki segala sesuatu tentang hubungan Inggris dengan adu penalti.&nbsp;Langkah ini mendapat pujian dari psikolog perilaku asal Norwegia Geir Jordet yang dituangkan dalam bukunya Pressure. Lessons from the psychology of the penalty shootout (Tekanan. Pelajaran dari psikologi adu penalti).Narasumber Jordet untuk bukunya itu adalah Chris Markham. Ia menghabiskan empat tahun sebagai analis di FA dan berada di balik proyek berdurasi 18 bulan yang ditargetkan secara khusus untuk memenangi adu penalti di Piala Dunia 2018 setelah kalah lima kali berturut-turut.“Saya menemukan kutipan dari lima pelatih Inggris terakhir sebelum Gareth Southgate, tidak termasuk Sam Allardyce, yang mengatakan bahwa adu penalti adalah lotere, semua penalti tergantung pada keberuntungan, atau Anda tidak bisa melakukan tekanan seperti itu,” kata Markham kepada Jordet, seperti dikutip Reuters.&nbsp;“Dari sudut pandang psikologis, berbicara tentang lotere menghilangkan kepemilikan dari para pemain, itu menjadi hal penting bagi saya, bagaimana mengembalikannya kepada mereka.”Southgate menyetujui visi Markham, yang menelusuri hal-hal kecil dalam proses tersebut, termasuk langkah-langkah awal, sudut, kecepatan, teknik pernapasan, area bidik dan penjaga gawang yang optimal, serta bagaimana pemain berperilaku secara individu dan terhadap satu sama lain setelah setiap tembakan, khususnya jika tendangannya tidak masuk.Inggris Mulai Memetik Hasil&nbsp;Semuanya terbayar ketika Inggris mengalahkan Kolombia di babak 16 besar Piala Dunia 2018 di Rusia. Meskipun kalah dalam adu penalti di final Euro 2020 dari Italia, Inggris kini telah memenangi tiga dari empat adu penalti terakhir mereka, termasuk playoff UEFA Nations League, dan semuanya di bawah asuhan Southgate.Perubahan mentalitas itu hampir terlihat jelas di Duesseldorf. Inggris bermain di perpanjangan waktu seolah-olah mereka menginginkan adu penalti, yang akhirnya benar-benar terjadi usai skor imbang 1-1 tidak berubah.Harry Kane, yang ditunjuk sebagai eksekutor penalti Inggris, telah digantikan di babak pertama extra time.&nbsp;Tetapi ia mengatakan merasa tenang menonton dari pinggir lapangan menjelang adu penalti.Dia memiliki alasan bagus untuk itu karena Southgate, yang sangat dia hargai, telah menyerap semua pekerjaan Markham. Southgate memilih para penembak dan membiarkan mereka melakukan pendekatannya sendiri.Hal ini membantu. Tetapi bukan suatu kebetulan bahwa Inggris memiliki lima pemain ideal untuk penalti.&nbsp;Cole Palmer tidak pernah gagal mengeksekusi penalti. Ivan Toney yang telah mencetak 31 gol penalti dari 33 kesempatan dan Bukayo Saka, yang semuanya adalah eksekutor penalti reguler untuk klub mereka. Sementara, Jude Bellingham dan Trent Alexander-Arnold adalah penyerang kelas dunia.Semua penendang Inggris mampu mencetak gol dengan berbagai jenis tembakan dan semua merayakannya dengan liar di depan penggemar Inggris di belakang gawang – “trik” lain yang diidentifikasi Markham sebagai membantu pemain berikutnya dalam barisan.Komponen kunci lainnya tentu saja adalah seorang penjaga gawang yang bisa menyelamatkan setidaknya satu tembakan yang dihadapinya.Jordan Pickford memiliki daftar preferensi arah tembakan para pemain Swiss yang ditempel di botol airnya. Tetapi yang sama pentingnya adalah teknik “pengalih perhatian” yang ia gunakan dan identifikasi sebagai kunci.Pickford tidak terlihat saat Manuel Akanji menempatkan bola di titik penalti untuk penalti pertama Swiss. Setelah dua diskusi terpisah dengan wasit, ia mengalihkan perhatian dengan minum cepat. Pickford lalu mengambil posisi dan menukik ke arah yang diperintahkan oleh catatan di botolnya dan berhasil menahan tembakan Akanji.&nbsp;Tim media FA kemudian membatasi pertanyaan tentang persiapan penalti. Sementara Southgate, ketika ditanya tentang perubahan pendekatan Inggris, menjawab: “Semua orang yang pernah bekerja untuk FA tampaknya telah melakukan hal itu selama beberapa tahun. Kami akan mengingat dan menuruti nasihat mereka.”&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/fq6eKXk6oko?si=k3iSb41j4tJSjLZc" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Timnas Inggris sudah sangat siap menghadapi kemungkinan adu penalti saat melawan Belanda di semifinal Euro 2024. 

Euro 2024: Timnas Inggris Mampu Mengubah Mentalitas Adu Penalti

SKOR.id - Kiper Timnas Portugal, Diogo Costa, terpilih sebagai Man of the Match dari laga Portugal vs Slovenia di 16 besar Euro 2024, Selasa (2/7/2024) dini hari WIB.Dalam pertandingan yang digelar di Stadion Deutsche Bank Park tersebut, Diogo Costa, memperlihatkan dirinya sebagai salah satu kiper terbaik dunia dengan mementahkan tiga tembakan penalti Slovenia.Dengan aksinya dalam adu penalti tersebut, Diogo Costa, menjadi penentu kemenangan Portugal 3-0 atas Slovenia dan membawa A Selecao &nbsp;das Quinas, lolos ke perempat final Euro 2024.Pertandingan Portugal vs Slovenia memang ditentukan dengan adu penalti setelah kedua tim bermain imbang 0-0 di waktu normal dan perpanjangan waktu.Kapten Timnas Portugal, Cristiano Ronaldo, sebenarnya memiliki peluang saat menjadi penembak penalti di babak kedua perpanjangan waktu. Namun, bola tembakan penalti Cristiano Ronaldo berhasil dimentahkan Jan Oblak.Namun demikian, aksi heroik Jan Oblak kemudian tergantikan oleh performa gembilang Diogo Costa dalam drama adu penalti hingga membuatnya terpilih sebagai Man of the Match.Jika Jan Oblak gagal meredam satu pun bola tembakan penalti timnas Portugal, Diogo Costa justru mampu meredam tiga tembakan penalti Slovenia.Aksi Diogo Costa dalam adu penalti tersebut membuatnya mencatat rekor sebagai kiper pertama dalam sejarah Piala Eropa dan adu penalti yang mampu meredam tiga tembakan dalam adu penalti."Ini mungkin pertandingan terbaik dalam hidup saya. Saya fokus dengan apa yang harus saya lakukan," kata Diogo Costa, mengomentari performanya dalam pertandingan ini."Tentu saja, sebelum pertandingan ini kami menganalisis para penembak penalti, tapi pemain berganti. Saya sangat bahagia dan sangat bahagia bisa membantu tim," kata Diogo Costa lagi.Penjaga gawang FC Porto ini mengakui bahwa kepercayaan dirinya semakin besar setelah di perpanjangan waktu dia mampu meredam tembakan Benjamin Sesko."Ketika saya menggagalkan tembakan Benjamin Sesko di perpanjangan waktu, saya merasa saya bisa melakukannya, saya membaca bahasa tubuhnya, dan itu membuat saya berhasil membantu tim," pemain kelahiran Swiss ini menambahkan.Karena aksinya di bawah mistar dalam adu penalti pula yang membuat dirinya mendapatkan pujian dari semua rekan setimnya. Termasuk juga sang kapten, Cristiano Ronaldo, setelah laga berakhir.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/aXZR3033D20?si=VmOD_frxtdM8-lgN" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Kiper Timnas Portugal, Diogo Costa, terpilih sebagai Man of the Match setelah menepis tiga tembakan Slovenia dalam adu penalti.

Latest Articles - adu penalti

Rekor Adu Penalti Tim-tim Kontestan Euro 2024

Euro 2024: Timnas Inggris Mampu Mengubah Mentalitas Adu Penalti

Man of the Match Euro 2024 - Portugal vs Slovenia: Diogo Costa