- Petenis Diego Schwartzman selalu mendapatkan pertanyaan seputar tinggi badannya yang hanya 170 cm.
- Dia divonis tidak bisa bertumbuh lagi sejak usia 13 tahun.
- Namun, bintang tenis asal Argentina itu membuktikan kekurangan itu justru menjadi kelebihannya.
SKOR.id - Setiap atlet professional pasti memiliki satu kekurangan yang menghantui setiap langkah mereka dalam mengarungi kariernya.
Bagi petenis Diego Schwartzman, masalahnya cuma satu: tinggi badannya.
Bintang tenis asal Argentina yang memegang tiga gelar ATP itu adalah satu-satunya wakil Amerika Selatan yang masuk dalam peringkat 20 besar petenis tunggal putra dunia.
Schwartzman juga merupakan petenis yang selalu mengalahkan lawan-lawannya dari daftar top 10 dalam turnamen Grand Slam empat musim terakhir.
Faktanya, dengan tinggi badan 170 cm, Schwartzman adalah salah satu pemain tenis aktif yang paling pendek dalam beberapa dekade terakhir.
Apa daya, sejak awal karier, Diego Schwartzman harus membiasakan diri menerima tatapan orang-orang yang meragukan kemampuan profesionalismenya.
Seperti yang dialaminya di French Open 2018.
Schwartzman berhasil menang atas Kevin Anderson, lalu wartawan menanyakan apakah dia pernah membaca kisah soal David dan Goliath hanya karena si lawan lebih tinggi 30 cm!
Selalu dicecar pertanyaan serupa, walau caranya berbeda, petenis 28 tahun ini menemukan jawaban yang tepat untuk itu: “Dalam hidup saya, saya punya masalah yang lebih buruk daripada sekadar kalah tinggi 10 cm!”
Mukjizat
Diego Schwartzman adalah anak bungsu dari empat bersaudara dan orangtuanya pasangan suami istri berdarah Yahudi dan Argentina.
Nenek moyangnya dari pihak ayah melarikan diri ke Amerika Selatan dari Rusia selama Perang Dunia II.
Sementara itu, kakeknya, ayah dari ibunya Sylvanas, nyaris berakhir di kamp konsentrasi Jerman di Polandia selama Holocaust. Dia diselamatkan oleh sebuah mukzijat.
View this post on Instagram
Entah bagaimana, sambungan gerbong kereta pengangkut tahanan mengalami kerusakan. Sebagian kereta melanjutkan perjalanan, yang rusak ditinggalkan.
“Mereka yang berada di gerbong kereta kedua, termasuk kakek saya berhasil melarikan diri,” Schwartzman mengisahkannya kepada ATP.
“Kakek saya beruntung tidak tertangkap. Itu yang selalu membuat saya berpikir bagaimana hidup itu bisa berubah dalam sekejap.”
Keluarga Schwarzman melarikan diri dari perang, membangun bisnis tekstil dan perhiasan yang menjadikan mereka kaya selama beberapa generasi di Argentina.
View this post on Instagram
Namun, setelah Schwartzman lahir, pemerintah Argentina melaksanakan reformasi ekonomi, yang mengakibatkan usaha impor bahan untuk produksi terkena imbasnya.
Dalam waktu singkat, bisnis dan kekayaan keluarga Schwartzman tidak lagi berbekas.
Nama Maradona, Jiwa Tenis
Dalam situasi seperti itu, Schwartzman sudah bermain tenis sejak usia tujuh tahun di klub olahraga Yahudi, Buenos Aires Nautico Hacoaj.
Pada awalnya dia bermain sepak bola. Orangtuanya memberinya nama sesuai legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona.
Namun, lama kelamaan Schwartzman terpengaruh oleh jiwa individualisme pada tenis.
View this post on Instagram
“Segala sesuatunya bergantung pada saya. Saya perlu kerja keras, tapi hadiahnya juga milik saya. Permainan tenis saya lebih baik daripada sepak bola. Jadi saya fokus pada tenis.”
Tapi, jalan menuju tenis professional bagi Schwartzman, yang tak pernah memegang raket anak-anak, tidak mulus. Kariernya bahkan nyaris tidak terwujud sebelum dimulai.
Ketika Schwartzman berusia 13 tahun, seorang dokter mengatakan kepadanya bahwa tubuhnya tidak akan bertumbuh lagi setelah mencapai 170 cm.
"Diego mengatakan bahwa jika dokternya benar, dia tidak akan pernah bisa mencapai apa pun," ibu Schwartzman, Sylvanas, mengenang momen itu.
View this post on Instagram
“Itu tidak masuk akal. Pertumbuhan seharusnya tidak menjadi penghalang untuk mimpinya. Saya tahu sejak lahir dia akan jadi anak spesial. Saya yang membuatnya berkelahi."
Tak ada uang dan juga sponsor, Schwarzman mencari uang untuk mengikuti turnamen dari hasil menjual gelang karet "sisa dari bisnis keluarga":
Dari perjuangan menjual gelang-gelang karet itu, Schwartzman mengerti betapa sulit situasi keluarga mereka saat itu.
“Tapi juga menyenangkan karena orangtua saya melindungi saya dari kekhawatiran dan melakukan segalanya agar saya bisa tetap bermain tenis."
Hingga pada akhir 2009, Diego Schwartzman berhasil menembus 100 besar dalam empat tahun, dan tiga tahun kemudian bermain di perempat final US Open 2017.
View this post on Instagram
Reputasinya sebagai petenis tunggal putra dunia asal Argentina terus meluas , termasuk di antara para legenda olahraga negara Amerika Selatan itu.
Ada kisah menarik. Sebelum US Open itu, Diego Maradona selalu memanggil Schwartzman dengan sebutan “Diegito”, bahasa Spanyol untuk Diego kecil.
Setelah itu sang legenda idolanya itu mengubah panggilannya: "'Sekarang Anda adalah Big Diego’. Saya memiliki hubungan yang hangat dengan Diego. Saya suka dia nyata, apa adanya."
Tahun 2020, Diego Schwartzman mengalahkan Rafael Nadal di Roma Masters dan Dominic Thiem di Roland Garros, menjadikannya orang Argentina pertama yang debut di 10 besar.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Ricky Yacobi Berjasa Besar dalam Proses Naturalisasi Marc Klok https://t.co/s7Q5Qv6cvL— SKOR Indonesia (@skorindonesia) November 21, 2020
Berita Tenis Lainnya:
Jadwal Semifinal ATP Finals 2020 Malam Ini
Lolos Fase Grup ATP Finals 2020, Rafael Nadal Tak Sabar Tampil di Semifinal