- Johanna Konta mengaku kecewa karena Wimbledon dan Olimpiade 2020 Tokyo batal digelar, tahun ini.
- Sejak kecil, petenis asal Inggris tersebut bercita-cita jadi juara Wimbledon.
- Johanna Konta lebih sedih mendengar pembatalan Wimbledon ketimbang mundurnya Olimpiade 2020.
SKOR.id - Kekecewaan menghinggapi petenis asal Inggris, Johanna Konta, seiring pembatalan Wimbledon dan penundaan Olimpiade 2020.
Walau keputusan tersebut sudah lama diumumkan, Johanna Konta mengaku tak bisa melupakan kedua ajang tersebut.
Baca Juga: Resmi, ATP dan WTA Kembali Bergulir Agustus 2020
Wimbledon memutuskan absen dari kalender turnamen tenis dunia 2020 karena pandemi virus corona (Covid-19) yang melanda Inggris.
Praktis, tinggal dua turnamen grand slam yang tersisa musim ini, yakni French Open yang memilih mundur dan US Open, akhir Juli nanti.
Khusus untuk Olimpiade Tokyo, dari semula dijadwalkan 24 Juli-9 Agustus 2020 menjadi 23 Juli-8 Agustus 2021 karena masalah serupa.
Namun, jika harus memilih di antara dua turnamen ini, Johanna Konta mengaku lebih kecewa dengan pembatalan Wimbledon 2020.
"Saya mencintai Wimbledon karena bisa juara di sana adalah cita-cita saya sejak kecil," katanya pada Hello! dan dilansir Evening Standard.
"Saya sedih tak bisa bertanding, tahun ini. Tapi, itu tak akan mengalihkan fokus saya untuk jadi juara grand slam. Saya tidak akan berhenti."
Grand slam ini pula yang membuat petenis kelahiran Australia tersebut tak terlalu kecewa saat mendengar penundaan Olimpiade 2020.
Meski dirinya juga menargetkan emas tunggal putri, petenis peringkat ke-14 dunia tersebut masih bisa memaklumi.
Olimpiade diikuti ribuan peserta dari ratusan negara di dunia hingga jika dipaksakan tetap berlangsung tahun ini, bisa membahayakan.
"Kondisi saya berbeda dari atlet yang latihan dengan siklus empat tahunan. Mereka pasti sangat berat harus menunggu setahun lagi," katanya.
Johanna Konta pun merasa bersyukur karena tenis masih menyisakan dua ajang grand slam, yakni French Open, dan US Open.
Baca Juga: Simone Biles Fokus Perbaiki Sisi Psikologis Usai Olimpiade 2020 Diundur
"Petenis lebih beruntung karena memiliki empat ajang besar setiap tahunnya (Australia Open, French Open, Wimbledon, dan US Open)."
Hal senada dibenarkan pesenam putri AS, Simone Biles, yang mengaku sempat terpuruk dengan kabar penundaan Olimpiade 2020.
Program latihan yang sudah dijalannya selama empat tahun menjadi berantakan. Sekadar informasi, Olimpiade digelar empat tahun sekali.
Tak heran, penundaan Olimpiade mengganggu berdampak pada mental atlet. Tak sedikit dari mereka yang sangat kecewa karena peluang yang ditunggu 4 tahun lamanya, sia-sia.
Simone Biles misalnya yang sudah bisa memperbaiki mentalnya secara perlahan. Kini, pesenam 23 tahun itu membidik Olimpiade, tahun depan.