SKOR.id - Zahra Muzdalifah menegaskan dirinya tidak ingin terkenal. Fokusnya hanya untuk sepak bola dan ia saat ini sedang menjalani mimpinya, yakni bermain di mancanegara.
Ya, saat ini Zahra bermain di Jepang bersama Cerezo Osaka Sakai Ladies.
Dari sisi persona, pesepak bola putri tersebut menjadi sorotan karena postur dan paras cantiknya.
Konten yang diunggahnya di media sosial pun mencuri atensi para penggemar.
Meski status menjadi influencer melekat pada dirinya, Zahra sejatinya merasa tidak nyaman.
"Kalau disuruh memilih untuk jadi terkenal atau tidak, saya malah tidak mau terkenal. Saya hanya ingin menjadi pesepak bola hebat saja, itu impian saya," ujarnya.
"Orang main bola karena mau terkenal atau memang dari panggilan hati. Ada yang main sepak bola dengan ikut fun football, supaya bisa dapat followers. Saya tidak suka seperti itu.
"Banyak yang berpikir saya bermain sepak bola untuk dapat followers saja. Saya main bola dari hati."
Zahra memiliki 899 ribu pengikut di Instagram. Tentu saja, tidak semua adalah penggemarnya. Pemain Cerezo Osaka tersebut kerap menerima komentar negatif dari warganet.
Penggemar tato tersebut mengaku sudah kebal dan tidak mempedulikan para pembencinya.
"Saya hanya tertawa membaca komentar haters. Saya anggap itu sebuah hiburan. Tapi, memang ada pemain lain yang kena mental (oleh komentar negatif). Saya malah tidak peduli karena mereka tidak tahu kehidupan saya, tidak membiayai hidup saya," ia menandaskan.
Menariknya, Zahra punya tameng kuat, yakni sang ibu yang rajin membaca dan membalas komentar jahat.
"Suatu hari mama berkata, ‘Tahu tidak siapa yang balas (komentar negatif)?’ Mama tidak pegang akun saya tapi suka stalking. Setiap saya mengunggah sesuatu, mama yang membaca komentarnya. Saya sering lihat dia membuka akun Instagram saya," ia menuturkan.
"Kalau saya dapat ujaran kebencian, mama yang pasang badan. Ibu saya dulu atlet karate, siapa pun yang macam-macam pada anaknya bisa disikat."
Perlahan tapi pasti, Zahra sedang menata impiannya untuk tampil di kancah profesional Eropa. Ia menjalani uji coba dengan Shield Woman FC selama empat bulan.
Setelah itu, ia mencoba peruntungan di Cerezo Osaka Sakai Ladies selama tiga bulan yang selanjutnya meminang Zahra menjadi pemain untuk musim ini.
"Di Inggris, badan saya lebih kecil dari mereka, mereka kekar semua. Tapi, saya tinggal di sana empat bulan, badan saya berkembang seperti mereka. Kelebihan saya di kecepatan," ia menjelaskan.
"Di Jepang, kelemahan saya adalah main sebagai tim. Mereka seperti semut mainnya, menempel-menempel. Kompak sekali. Kalau di Inggris, lebih individual. Makan sendiri-sendiri. Jepang selalu bersama. Saya duduk sendiri, tapi mereka panggil agar saya gabung. Mereka gotong royong.
"Pengalaman itu akan dibawa ke timnas. Banyak sekali yang saya dapat dari Inggris dan Jepang," ujar Zahra dalam wawancara eksklusif bersama Skor.id saat mengikuti WINS Live Commentary Course by ABC International di Jakarta.
Zahra memiliki harapan menjadi salah satu pemain tim Eropa dalam lima tahun mendatang.