- Kekey Zakaria adalah penyerang Persib Bandung saat juara Liga Indonesia edisi pertama.
- Dia salah satu pemain Indonesia yang pernah bermain di tiga kompetisi besar Tanah Air.
- Selain di Liga Indonesia, Kekey Zakaria pernah main di Galatama dan Perserikatan.
SKOR.id - Kekey Zakaria pada pertengahan 1990-an adalah satu dari beberapa bintang Persib Bandung dan idola bagi banyak bobotoh.
Lelaki asli Subang, Jawa Barat ini memulai karier sepak bola dari tim kampungnya, lalu dilihat pemandu bakat dari tim kompetisi internal Persib.
Pada 1984, Kekey Zakaria pun harus pindah dari Subang ke Bandung saat dia masih duduk di bangku kelas 3 SMA.
Keputusannya menerima tawaran pindah ke sekolah ke Bandung dijalani dengan senang dan akhirnya berbuah kesuksesan.
Berikut ini wawancara khusus Skor.id dengan Kekey Zakaria pada Sabtu (4/9/2021) untuk kenangannya bersama Persib, seleksi timnas Indonesia, gabung Petrokimia Putra, plus main di Galatama sampai juara Liga INdonesia:
Halo Om Kekey Zakaria, bagaimana kabarnya?
Alhamdulillah, saya baik.
Bisakah diceritakan awal mula Anda menekuni sepak bola? Sebab, sebelumnya Anda menekuni voli...
Benar. Saya di kampung kelahiran menjadi pemain bola voli karena tinggi badan memang mumpuni untuk olahraga itu.
Tetapi sebagai anak kampung, saya juga bermain sepak bola di Subang. Saya gabung PS Putra Rahayu di Subang, tim amatir di kampung kelahiran saya.
PS Putra Rahayu cukup kuat dan sering melakoni pertandingan persahabatan dengan tim-tim dari Bandung pada awal 1980an.
Lalu, bagaimana Anda bisa gabung ke Persib?
Wah, ceritanya panjang. Itu bermula saya main buat PS Putra Rahayu dan kami kedatangan PS Persma (sekarang namanya PS UPI, tim sepak bola Universitas Pendidikan Indonesia atau dulu IKIP Negeri Bandung).
Dalam pertandingan persahabatan itu, saya main sebagai striker dan membuat beberapa gol. Satu pengurus PS Persma lalu mendatangi saya dan minta saya gabung mereka.
Karena saya masih kelas 3 SMA pada saat itu, mereka menguruskan kepindahan saya termasuk untuk sekolah. Saya pun pindah ke Bandung dari Subang.
Bersama PS Persma, saya jadi bagian tim ini naik kasta di kompetisi internal Persib. Awalnya, PS Persma hanya di Divisi I lalu naik ke Divisi Utama dan saya terpantau pemandu bakat.
Apakah setelah itu Anda langsung masuk tim utama Persib?
Belum. Saya dipanggil dulu seleksi untuk Persib U-23. Saat itu kalau tak salah pada 1985 dan usia saya baru 17 tahun, jadi yang termuda saat seleksi.
Dari 180-an pemain, saya akhirnya lolos sampai pemilihan 25 nama. Saya angkatan Dadang Kurnia, walau usia dia lebih tua beberapa tahun tetapi kami sama-sama lolos gabung Persib U-23.
Waktu itu, kami dilatih oleh Ade Dana. Kemudian saat Persib U-23 bersiap ke sebuah turnamen di Palembang, saya justru tak diikutkan.
Ternyata, pelatih tim senior Persib saat itu, Nandar Iskandar meminta saya gabung mereka dan tak usah berangkat ke Palembang. Kala itu, Persib bersiap ke kompetisi Perserikatan.
Ternyata, saya menerima nasib sama, saya kembali tak masuk skema tim utama Persib. Kala itu, saya tak terlalu pusing sebab masih muda.
Setelah itu Anda gabung Persegres bersama sejumlah pemain muda Persib lainnya...
Benar. Pada 1989, Persegres Gresik yang ditangani Marek Janota, mantan pelatih Persib, diharapkan menyelamatkan tim itu dari degradasi.
Akhirnya, Marek menginginkan sejumlah pemain muda Persib gabung Persegres. Kloter pertama yang gabung adalah kiper Encang Ibrahim dan Roy Darwis.
Saya lalu menyusul bersama Erik Ibrahim serta Yadi Mulyadi. Selepas itu, Neng Syaifullah gabung. Marek suka pemain-pemain yang dibesarkan tim junior Persib.
Kami pun sukses menyelamatkan Persegres dan makin kuatlah koneksi Jawa Barat di tim itu.
Setelah itu, klub Galatama asal Gresik, Petrokimia Putra mulai eksis dan dilatih Ronny Pattinasarani dan memberikan penawaran ke kami yang sebelumnya membela Persegres.
Maka, saya dan beberapa pemain asal Jawa Barat gabung Petrokimia Putra pada 1990 dan tampil di kompetisi semipro Galatama.
Pada saat itu, Petrokimia Putra diisi pemain lokal yang sangat berkualitas. Saya sebagai striker rajin membuat gol karena kami kompak sekali.
Bayangkan saja, saya di depan bersama Ning Syaifullah mendapatkan servis dari Fakhri Husaini dari lini tengah.
Belum lagi, bek sayap kami saat itu ada Jaya Hartono serta di belakang ada Yadi Mulyadi, Roy Darwis serta kiper berkualitas bagus Sasono Handito.
Anda terlihat nyaman bersama Petrokimia Putra, kenapa kembali ke Persib?
Ya, saya kembali ke Persib pada 1991 dan semua karena tawaran menarik. Saat itu, Pak Ateng Wahyudi sebagai Walikota Bandung meminta saya pulang.
Persib pada saat itu kehilangan Ajat Sudrajat yang gabung Bandung Raya di Galatama, jadi cari pengganti. Saya dianggap tepat sebagai pengganti.
Beliau juga mengatakan kalau kembali, saya juga akan mendapatkan pekerjaan sebagai PNS (pegawai negeri sipil). Saya pun tertarik dan kembali ke Bandung.
Bersama Persib, Anda kembali lalu sukses menjuarai edisi terakhir kompetisi Perserikatan dan Liga Indonesia musim pertama...
Itu rejeki saya setelah kembali ke Persib. Saya jadi bagian sejarah besar klub ini. Saya pun dipanggil Romano Matte, pelatih timnas Indonesia untuk SEA Games 1995.
Sayang, saya harus kembali ke Persib karena saat itu kami juga main di Liga Champions Asia (kala itu bernama Asian Club Championship).
Terakhir, kenapa Anda identik dengan nomor punggung 18?
Sebenarnya, saya memulai main di level senior memakai nomor punggung 24 saat gabung Persegres. Lalu, saya memakai nomor punggung sembilan di Petrokimia Putra.
Saat kembali ke Persib, saya sebenarnya ingin memakai nomor sembilan. Tetapi, Sutiono lebih dulu gabung dan memakai angka itu.
Sebagai pasangan Sutiono di lini depan Persib saya pun siap dengan nomor berapapun. Kebetulan, nomor punggung 18 belum ada yang memakai.
Saya senang dapat nomor punggung 18 sebab itu juga dari kelipatan sembilan atau kalau dijumlah angkanya kan jadi sembilan.
Nomor ini juga bawa hoki, saya juara dua kali bersama Persib Bandung.
5 Dampak Negatif Kecanduan Gadget pada Anak https://t.co/gJCBu1zTDt— SKOR.id (@skorindonesia) September 7, 2021
Berita Persib lainnya:
Kekeliruan Klaim Pelatih Persib Setelah Laga Melawan Barito Putera
Masalah Persib Terungkap Saat Hadapi Barito Putera di Liga 1 2021-2022
Kilas Balik Persib Bandung 1994-1995: Wakil Pertama Liga Indonesia di Asia