- Komisaris PT LIB, Hasani Abdulgani, memastikan Liga 1 2020 akan berlanjut jika status darurat covid-19 dicabut sebelum Juli 2020.
- Bagi Hasani Abdulgani, Liga 1 2020 tetap bisa dilanjutkan dengan kebijakan satu musim berlangsung seperti kompetisi Eropa.
- Terkait kompetisi kontinental dan Piala AFF, menurut Hasani Abdulgani, PSSI harus berdiplomasi dengan negara Asia lainnya.
SKOR.id – Hasani Abdulgani, anggota Exco PSSI periode 2019-2023 cum Komisaris PT Liga Indonesia Baru (LIB), punya solusi dan opsi untuk kelanjutan kompetisi.
Menurut Hasani, opsi menjalankan Liga 1 dan Liga 2 2020 dengan setengah putaran atau tanpa penonton, sulit terlaksana di Indonesia. Klub akan menolak.
Kolega Menteri BUMN, Erick Thohir, ini juga menjawab soal surat PSSI dan beberapa klub yang meminta pencairan subsidi bulan Maret 2020.
Baca Juga: Isu Nepotisme Mencuat, Pemilik Saham PT LIB Menahan Diri
“Nggak ada. Nggak bisa. Nggak ada pemasukan,” kata Hasani dalam wawancara dengan Skor.id selama 19 menit 18 detik pada Selasa (21/4/2020) sore, menjelang azan Magrib.
Penulis buku Sports Marketing ini juga menjabarkan persoalan bisnis LIB dan klub, serta bagaimana cara mengubah paradigma kompetisi Asia Tenggara.
Dilematika Piala AFF yang selalu bentrok dengan jadwal liga pun ada solusinya. Berikut hasil wawancara tersebut, dengan beberapa penyesuaian bahasa lisan:
Bagaimana kelanjutan Liga 1 dengan situasi saat ini?
Jadi, semua ini di luar perhitungan manusia. Kebetulan kejadiannya kan pandemi. Kan di luar nalar kami. Apa pun teori yang kami pakai tak berlaku lagi.
Jadi satu-satunya solusi, kita semua bagaimana membantu supaya vaksin corona ini cepat dapat, karena dengan adanya vaksin itu kita akan hidup normal.
Kami tidak tahu corona ini akan sampai kapan. Itu persoalan dasarnya.
Terkait Liga 1, liga sudah kami hentikan dengan asumsi sampai Juni atau sampai habis lebaran. Kalau setelah lebaran membaik, tentu pemerintah akan keluarkan peraturan.
Kalau sudah aman, berarti PSSI bisa menjalankan sisa waktu yang ada. Tapi kalau Juni ini belum ada tanda-tanda, kemungkinan besar liganya akan dihentikan secara total.
Kenapa harus dihentikan?
Karena durasi waktunya sudah tidak memungkinkan lagi. Tapi itu (dihentikan) kalau kita tidak terjebak dengan aturan yang selama ini baku di negara kita.
Seperti musim kompetisi longkap tahun itu kan susah benar. Jadi, bicaranya (musim kompetisi) Januari ke Desember. Kan tidak ada aturan baku soal itu.
Saya sempat baca satu artikel, dengan kondisi saat ini, Liga Thailand ingin mengikuti jadwalnya Liga Eropa, bicaranya season. Season 2020-2021 atau 2021-2022.
Mereka lagi membuat konsep ini. Argumennya, kalau pandemi ini selesai Agustus, kompetisi masih mungkin jalan pada September atau Oktober.
Itu salah satu jalan keluar yang dipikirkan Thailand. Kalau kita terjebak bahwa kompetisi tak bisa loncat tahun, berarti yang bisa dibuat hanya turnamen kecil.
Hanya bikin kejuaraan yang sifatnya pendek. Berbicara dari sisi liganya, tahun ini tidak akan ada liga atau kompetisi.
Untuk wakil Indonesia ke Asia nanti bagaimana?
Kita jangan bicara wakil di Asia dulu. Apa yang terjadi di 2019, ya itu hasil terakhir. Jadi, tidak ada degradasi, tidak ada juara. Karena dianggap force majeure.
Dari sisi bisnisnya bagaimana?
Kalau force majeure dari sisi bisnisnya, semuanya rugi. Klub itu kan pemasukannya dari tiga hal: subsidi liga, dari tiket, dan sponsorship.
Kalau force majeure, semua income tidak ada. Artinya, pemilik klub akan menanggung sendiri (biaya kontrak) kalau tetap mempertahankan pemain.
Kemarin, PSSI mengambil keputusan dengan men-delay beberapa bulan. Klub-klub bisa bernegosiasi tetapi dikasih arahan membayar 25 persen.
Tapi kalau force majeure, liga dihentikan, income tak ada sama sekali. Liga tidak ada pemasukan karena tidak dibayar sponsornya.
Artinya tidak bisa bayar juga subsidi kepada klub. Kalau tidak ada income, mau apalagi yang kami bicarakan secara bisnis.
Bagaimana dengan pengajuan pencairan dana dari klub dan PSSI?
Nggak ada. Nggak bisa. Nggak ada pemasukan. Pihak sponsor yang bekerja sama dengan Liga (PT LIB) memberlakukan hal sama (menunda pembayaran).
Karena ada force majeure kedua belah pihak tak bisa menjalankan kewajibannya. Liga (LIB) tidak mempunyai income, kecuali liga jalan.
Berarti angka sponsorship selama tiga bulan penundaan hilang?
Otomatis kepotong. Tetapi kalau nanti sisa liga dijalankan, akan bisa ada pemasukan. Kekhawatiran kami setelah ini kondisi tak membaik.
Saat ini, tidak ada satu orang pun di Indonesia bahkan di dunia yang bisa menjamin permasalahan covid-19 ini akan segera selesai.
Hanya Yang Maha Kuasa yang tahu. Jadi, selama bulan puasa mari kita berdoa semoga Liga 1 bisa jalan lagi. Kalau kami nggak bisa apa-apa.
Opsi pertandingan tanpa penonton apakah berpengaruh secara bisnis?
Kalau tanpa penonton, liga diuntungkan tapi klub dirugikan.
Kalau liga berjalan tanpa penonton, kontrak liga (LIB) dengan pihak ketiga seperti broadcast dan sponsor berlaku. Hanya saja, subsidi kepada klub kan tidak cukup.
Misalkan, bagi klub besar seperti Persija, mungkin pengeluarannya semusim sebesar Rp50 miliar dan disubsidi cuma Rp5 miliar, berapa nilainya? Cuma 10 persen.
Mungkin klub kecil yang pengeluarannya Rp20 miliar, disubsidi Rp5 miliar, ya oke lah. Masih 25 persen.
Kalau kondisi itu mau dijalankan, klub mau dan pemerintah boleh, saya pikir itu opsi terbaik yang bisa jadi pilihan untuk kondisi seperti ini.
Tapi, tanpa penonton apakah si klub mau? Karena dia tetap harus bayar sewa stadion, keamanan, dan lainnya. Itu persoalan berikutnya.
Solusi yang bisa ditempuh kalau status darurat dicabut?
Berarti liga jalan. Tapi jalan kalau status darurat dicabut sebelum Juli.
Kalau setelah Juli, untuk melaksanakan kompetisi dan harus berhenti pada Desember, nggak mau loncat tahun, nggak mau berubah, liganya nggak akan ada.
Makanya saya bilang, kami juga bisa meriset seperti yang dilakukan Liga Thailand. Kalau saya orang progresif, tidak terjebak harus tahun 2020.
Yang penting kan season-nya, tapi itu kan bukan keputusan satu dua orang. Ini menyangkut keputusan yang harus melibatkan banyak pihak.
Kalau opsi setengah putaran?
Opsi setengah putaran kan berarti juga pihak sponsor bayarnya setengah. Dalam kontrak itu kan yang dihitung bukan season tetapi jumlah game.
Jadi, 34 pertandingan kali berapa klub. Saya sebenarnya tidak setuju dengan model kontrak seperti itu tapi sudah terjadi. Kalau saya buat season seperti Eropa, loncat tahun.
Tapi jadi bermasalah dengan pendaftaran di Asia (Liga Champions dan Piala AFC)…
Ya kalau kondisi begini dan ada perubahan di Asia Tenggara, kan semua di Asia berubah. Sah-sah saja itu. Kalau saya, ngapain kita terjebak dengan kondisi Asia dulu.
Dalam negeri dulu kita beresin. Kalau dalam negeri sudah, itu (Asia) gampang.
Tapi Piala AFF kan biasa November-Desember. Jadwal liga akan bentrok…
Kalau kita bikin kompetisi season loncat tahun, Thailand juga begitu, AFF juga mikir kan, atau Malaysia nanti juga ikut. Mau apa dia (AFF)? Mau ga mau berubah kan.
Berarti AFF harus menyesuaikan dengan situasional kompetisi?
Ya, saya pikir federasi harus juga komunikasi dengan negara lain. Federasi, dalam hal ini PSSI, nantinya harus berbicara juga dengan Thailand, Malaysia, dan lainnya.
“Bagaimana ini?” PSSI jangan main sendiri. Banyak jalan menuju menuju Roma, tetapi harus mau berbicara dengan n egara lainnya.
Ada pembahasan di LIB soal hasil virtual meeting klub Liga 1 2020?
Liga (LIB) itu masih bersikap Juli akan ada liga. Tapi jika setelah Juli tidak ada tanda-tanda positif penyebaran virus corona, maka liga akan berhenti.
Tergantung pemerintah. Kalau pemerintah memberikan izin ya kami jalan. Kalau tidak (dizinkan) tetapi kami memaksa kan melanggar undang-undang.
Apa masukan buat klub agar bisnis bisa tetap berjalan?
Kalau sekarang ini tidak ada. Saat ini masing-masing istirahat dulu. Nggak ada bicara bisnis. Ini bicara kesehatan.
Baca Juga: Profil Pradana Aditya, Putra Cucu Somantri yang Ditunjuk Jadi GM PT LIB
Kalau di pesawat, istilahnya kita pasang oksigen buat diri sendiri, baru pasang oksigen ke anak. Karena kalau kita tidak selamat korbannya keluarga.
Jadi, satu-satunya jalan, apa yang ada, celengan atau tabungan, ya digunakan dulu. Tidak ada bisnisnya. Ini di luar nalar.