- Berikut ini wawancara eksklusif Skor.id dengan Bambang Nurdiansyah.
- Bambang Nurdiansyah bercerita soal proses sampai alasannya menjadi pelatih Rans Cilegon FC.
- Dijabarkan pula oleh Bambang Nurdiansyah soal sepak bola di Cilegon, isu-isu terkini, hingga pengalaman paling berkesan.
SKOR.id - Siapa yang tidak kenal Bambang Nurdiansyah, pelatih berpengalaman asal Indonesia, yang kini menukangi klub baru di Liga 2, Rans Cilegon FC.
Rans Cilegon FC adalah Cilegon United yang sudah berganti nama, setelah diakusisi oleh selebritas ternama, Raffi Ahmad bersama pengusaha, Rudy Salim.
Banur, sapaan karib Bambang Nurdiansyah, tentu tidak asing dimata publik Banten, khusunya Cilegon. Pasalnya, ini bukan pertama ia menukangi klub tersebut.
Bambang Nurdiansyah pun bercerita kepada Skor.id, Selasa (4/5/2021), pernah membawa klub Cilegon berjaya, dan hendak diulanginya bersama Rans Cilegon FC.
Banur juga berbicara soal ketertarikan menjadi arsitek Rans Cilegon FC. Ada faktor yang membuat dirinya berkata "iya" untuk menjadi pelatih di sana.
Mantan pelatih PSIS Semarang ini juga merespons wacana Liga 2 bisa menggunakan pemain asing. Berikut ini wawancara lengkap Skor.id bersama Bambang Nurdiansyah:
Bagaimana cerita sebenarnya soal penunjukkan Anda menjadi pelatih Rans Cilegon FC?
Jadi waktu itu saya masih mengajar license (kepelatihan) di Kepulauan Riau, Tanjung Pinang, saya ditelepon sama Hamka (Hamzah) ditawari bergabung dengan Rans Cilegon.
Jadi Hamka menjelaskan, Rans Cilegon itu bukan hanya sekadar bermain di Liga 2, tapi juga ada akademi, membangun stadion.
Jadi apa yang benar-benar membuat Anda yakin ingin menukangi Rans Cilegon FC?
Iya seperti yang sebelumnya saya katakan, mereka tidak konsentrasi di Liga 2 saja. Tapi mereka juga ingin berkonsentrasi pada pembinaan usia dini, grass root.
Raffi (Ahmad) sama Pak Rudy Salim ini juga ikut membina usia dini, jadi akan ada akademi nanti. Itu yang membuat saya tertarik.
Rans Cilegon FC dipegang oleh selebritas seperti Raffi Ahmad. Apa ada yang bereda atau ada tantangan lain untuk Anda?
Iya ini baru pertama kali (memegang tim yang dimiliki selebritas). Saya pikir tidak ada juga perbedanaannya, seperti di tim lain saja, seperti saya pegang tim yang lain.
Tantangan saya pikir sama saja, tapi seperti yang saya bilang tadi, di sini saya tertarik karena pembinaan usia dini. Saya juga akan bertanggung jawab dengan pembinaan di akademi.
Rans Cilegon FC mayoritas diperkuat pemain muda, bagaimana cara Anda menata mentalitas mereka dalam waktu yang singkat?
Saya pikir memang harus diberikan sebuah suntikan motivasi. Itu yang paling penting, kami tim pelatih untuk terus memotivasi mereka untuk membenahi mental.
Makanya pada pertandingan dengan tiga babak yang lawan Persita (Tangerang), tim Liga 1, itu merupakan salah satu bagaimana mereka biar bisa percaya diri.
Yang kedua di situ ada (Cristian) Gonzales, ada Hamka (Hamzah), itu kan sebagai motivator. Karena walau bagaimana pun, mereka berdua adalah idola anak-anak muda.
Makanya di situ sebisa mungkin, saya, Hamka dan Gonzales memotivasi anak-anak muda ini.
Karier kepelatihan Anda tidak jauh dari klub Cilegon, bisa diceritakan?
Saya dulu pernah membawa Cilegon dari Liga 3 ke Liga 2, terus naik lagi ke Liga 1 begitu. Dulu Liga 1 itu bukan Liga 1 namanya, tapi Liga Utama.
Jadi, Cilegon ini yang punya awalnya Pak Yudhi (Apriyanto). Tapi yang membesarkan namnaya saya, jadi yang naikin ke Liga 1 ke Liga 2 itu saya.
Statusnya tim juara, naik Liga 1 juara, Liga 2 juara. Jadi saya kembali lagi ke Cilegon, ke tim saya yang dulu, itu namanya. Tapi pemainnya kan berubah, semua berubah, gitu.
Beberapa tahun ini kenapa Anda lebih suka menukangi klub Liga 2?
Enggak ada juga alasan tertentu. Saya menukangi (tim) Liga 2 cuma Cilegon, Perserang, terus Muba Babel yang tidak jadi itu kompetisinya tahun lalu.
Kami pekerja biasa, bekerja profesional, jadi ketika ada tawaran yang penting, ilmu saya bisa berguna, seperti itu.
Tidak ada alasan tertentu. Kalau ada di Liga 1, ya saya ambil. Tapi kalau tidak ada, ya gapapa. Saya juga merangkap sebagai instruktur pelatih.
Dari pengalaman Anda sebagai pelatih, lebih sulit mana menukangi klub Liga 1 atau Liga 2? Tantangannya atau tekanannya lebih tinggi mana?
Sama saja. Mungkin membedakan Liga 1 sama Liga 2 ya bahwa kalau di Liga 2 ini banyakan kurang diekspos atau diberitakan. Beda dengan Liga 1, itu saja sih.
Soal wacana Liga 2 akan menggunakan pemain asing, bagimana sikap Anda? Setuju atau tidak?
Saya tidak setuju. Karena biarkan di Liga 2 itu diisi pemain-pemain lokal, jadi sebelum main di Liga 1, mereka bisa main di Liga 2.
Supaya potensi anak muda Indonesia itu jam terbangnya ambil di Liga 2. Kalau main Liga 2 bagus, baru main ke Liga 1. Kalau Liga 2 juga ada pemain asing, nanti proses pembinaan pemainnya tidak dapat, seperti itu menurut saya.
Pemain Indonesia saat ini yang paling Anda sukai siapa?
Saya pikir banyak ya pemain Indonesia yang bertalenta bagus. Jadi saya tidak ingin sebutkan satu pemain saja, karena pemain kita itu bagus-bagus.
Ada beberapa pemain yang menurut saya bertalenta bagus. Tidak usah disebut nama, nanti dia besar kepala malah mainnya jelek (tertawa).
Tim yang paling berkesan dalam karier kepelatihan Anda?
Kesannya ada yang bagus ada yang jelek, karena kesannya kan beda-beda. Tapi berkesan juga. Yang berkesan saat menangani PSIS waktu itu, yang pada akhirnya kami bisa finis diperingkat ketiga.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Fitur Wawancara Eksklusif Lainnya:
Wawancara Eksklusif Assanur Rijal: Top Skor Piala Menpora, Mengagumi Bepe, hingga Panggilan Torres