- Memiliki sikap egois bisa jadi sangat merugikan bagi atlet.
- Atlet yang egosentris biasanya kerap menunjuk orang lain bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuat.
- Skor.id merangkum beberapa dampak egosentris terhadap atlet berikut ini.
SKOR.id - Memiliki sifat egois memiliki dampak negatif bagi seseorang, terutama sebagai serang atlet. Pasalnya, percaya diri berlebihan dapat merugikan, baik dalam olahraga tim maupun individu.
Baru-baru ini, mantan pemain Paris Saint-Germain dan Prancis, Jerome Rothen, mengkritik Kylian Mbappe karena dianggap terlalu egois untuk Les Bleus.
Pelatih Didier Deschamps pun disebutnya tak mampu mengendalikan ego si pemain.
Pemain, atau secara umum atlet, yang memiliki sifat egois memang biasa muncul dalam sebuah tim.
Jika tidak dikelola dengan baik, perasaan diri lebih superior dibanding orang lain memiliki dampak negatif, salah satunya tentu saja mengganggu keharmonisan tim.
Sementara dalam olahraga individu, konsekuensi utama atlet yang egois adalah menjadi pribadi yang lebih mudah frustrasi dan tak memiliki kemampuan mengendalikan emosi.
Pada dasarnya, sifat egois baik dalam olahraga tim maupun individu dapat merugikan, salah satunya adalah tak lagi dapat menikmati olahraga sepenuhnya.
Berikut ini Skor.id menjelaskan beberapa konsekuensi dari keegoisan yang patut diwaspadai pada atlet:
1. Tidak Belajar dari Kesalahan
Semua orang membuat kesalahan, tentu saja, dan hal itu tidak dapat dihindarkan. Namun sebuah kesalahan biasanya justru bisa menjadi pelajaran.
Namun ketika atlet dengan egosentris tinggi melakukan sebuah kesalahan, akan sulit baginya bertanggung jawab atas hal tersebut, apalagi belajar dari pengalaman.
Orang dengan keegoisan yang tinggi selalu menemukan seseorang atau sesuatu untuk dijadikan kambing hitam.
Bisa saja mereka mengatakan tidak beruntung, cuaca buruk, wasit yang curang atau sikap publik yang menjadi penyebab mereka melakukan kesalahan.
Padahal untuk menjadi atlet yang lebih baik diperlukan kebesaran hati untuk mengakui kesalahan dan memperbaikinya.
2. Menjadi Tidak Sportif
Egosentris tidak hanya berimbas negatif pada penampilan sendiri, tapi juga sikapnya terhadap rival. Dalam hal ini, atlet yang egois biasanya bersikap tidak fair play.
Egosentris adalah musuh besar yang bisa saja tidak disadari secara langsung oleh si atlet, sementara orang yang berhadapan dengannya pasti akan merasakan hal tersebut.
Dalam beberapa kesempatan, sifat egosentris sebenarnya menunjukkan masalah pada kepercayaan diri seseorang.
Meski orang yang egois merasa dirinya lebih dari orang lain, namun sebenarnya ia adalah orang yang rapuh dan memiliki keraguan terhadap dirinya sendiri.
3. Komunikasi dengan Pelatih Tidak Bagus
Salah satu kesalahan besar ketika membangun hubungan interpersonal adalah percaya bahwa diri sendiri lebih superior daripada orang lain.
Dalam olahraga, ini berarti seorang atlet percaya dirinya di atas seseorang yang melatihnya, yaitu pelatih.
Contohnya adalah, ketika mendapat koreksi teknis dari pelatih, atlet egosentris akan menganggap ini sebagai serangan personal.
Hal ini tidak hanya merusak hubungan pemain dan pelatih, tapi juga menempatkan si atlet dalam posisi yang sangat terganggu dalam kemampuan belajar.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Setelah Donnarumma, PSG Sepakat Kontrak Achraf Hakimi hingga 2026 https://t.co/DdtjirITbw— SKOR.id (@skorindonesia) June 27, 2021
Berita kebugaran lainnya
Mengenal Perbedaan Sinovac dan AstraZeneca, 2 Vaksin yang Dipakai di Indonesia