SKOR.id - Para ahli penyakit menular di seluruh dunia saat ini perhatiannya sedang tersita dengan virus echovirus-11. Pasalnya, virus ini telah menyebabkan sejumlah kasus infeksi yang serius dan bahkan berakibat fatal pada bayi-bayi di berbagai negara di Eropa. Efeknya pun kini mulai dirasakan di Amerika Serikat.
"Kami semua sangat waspada di Amerika Serikat," kata Dr. David Kimberlin, salah satu direktur divisi penyakit menular anak di University of Alabama di Birmingham.
Pada Jumat (7/7/2023), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi bahwa setidaknya 26 bayi di Kroasia, Prancis, Italia, Spanyol, Swedia, dan Inggris telah terinfeksi oleh jenis enterovirus yang langka, yaitu echovirus-11. Delapan dari bayi-bayi tersebut meninggal dunia, dengan sebagian besar kematian terjadi di Prancis akibat kegagalan organ dan sepsis.
Hal ini dianggap tidak biasa karena tingkat keburukan yang sangat cepat dan tingkat kematian yang tinggi di antara bayi-bayi yang terkena dampak virus ini, kata juru bicara WHO dalam sebuah email.
Enterovirus seperti echovirus-11 dapat memberikan dampak serius pada bayi yang sistem kekebalan tubuhnya belum cukup matang untuk melawan infeksi. Saat ini belum diketahui apakah strain khusus ini juga sudah menyebar di Amerika Serikat dan menyebabkan penyakit pada bayi-bayi di sana.
Enterovirus ini dapat menyebar melalui tinja atau droplet pernapasan, dan biasanya hidup di saluran pencernaan. Para pejabat kesehatan di Inggris sebelumnya melaporkan peningkatan yang tidak biasa dalam kasus miokarditis parah, atau peradangan jantung, pada 10 bayi yang terinfeksi enterovirus lainnya yang disebut coxsackievirus, dengan setidaknya satu di antaranya meninggal dunia.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) tidak memiliki sistem pelaporan aktif untuk penyakit enterovirus neonatal atau enterovirus secara umum. Namun, CDC memiliki sistem pemantauan lain yang digunakan untuk mengawasi dan mengevaluasi sinyal peningkatan atau wabah jenis enterovirus tertentu.
Musim panas adalah musim enterovirus, dan dokter-dokter di seluruh Amerika Serikat melaporkan peningkatan sedikit kasus enterovirus, terutama pada anak-anak. Mayoritas kasus hanya menunjukkan gejala ringan seperti demam, batuk, bersin, atau sakit tenggorokan, dan pasien pulih tanpa banyak masalah.
"Kami mendengar laporan dari seluruh negara tentang rumah sakit anak-anak kami yang menghadapi kasus enterovirus yang cukup signifikan musim panas ini," kata Dr. Buddy Creech, seorang dokter penyakit menular anak di Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Tennessee.
Namun, kasus-kasus di Eropa telah mendorong Creech dan rekan-rekannya untuk memastikan para dokter anak dan keluarga yang memiliki bayi baru lahir sadar akan potensi terjadinya infeksi enterovirus.
"Kami berada dalam kewaspadaan tinggi," kata Creech.
Meskipun enterovirus umum, kasus sepsis enterovirus neonatal secara historis jarang terjadi. Namun, karena pandemi Covid-19 mengganggu semua aktivitas virus, kekhawatiran muncul bahwa dapat terjadi peningkatan yang lebih besar dalam kasus enterovirus pada musim panas ini.
"Umumnya, anak-anak ini baru berusia beberapa hari atau satu hingga dua minggu ketika terpapar enterovirus. Dan dengan alasan yang belum sepenuhnya dipahami, mereka menjadi sangat sakit dari apa yang biasanya hanya menyebabkan gejala seperti pilek," ujar Creech.
Biasanya, bayi-bayi tersebut lahir dengan sehat dan pulang dari rumah sakit bersama keluarganya. Gejala infeksi enterovirus baru muncul setelah mereka pulang, seperti demam, masalah makan, kesulitan bernapas, rewel, kulit pucat atau belang-belang.
Masih menurut Creech, beberapa bayi mungkin mengalami komplikasi serius seperti meningitis, kegagalan organ, miokarditis, atau masalah dalam sumsum tulang mereka. Sistem kecil mereka menjadi "super radang" hingga terjadi kerusakan yang disebabkan oleh respons kekebalan tubuh mereka sendiri sebanyak kerusakan yang disebabkan oleh virus itu sendiri.
Pengobatan Terbatas
Pengobatan untuk enterovirus terbatas. Bayi-bayi mendapatkan perawatan pendukung seperti cairan intravena atau bantuan pernapasan dan tekanan darah.
Banyak dokter juga memberikan imunoglobulin intravena kepada bayi-bayi tersebut. Ini adalah campuran antibodi yang bertujuan untuk menetap pada virus yang menyebabkan penyakit. Idealnya, antibodi tersebut bekerja untuk meredakan peradangan dan mencegah penyebaran virus di dalam tubuh.
Belum ada obat antivirus yang disetujui untuk mengobati bayi-bayi yang terkena virus ini.
"Sangat memilukan bahwa kita tidak memiliki lebih banyak pilihan pengobatan," kata Dr. Shannon Ross, spesialis penyakit menular di Children's of Alabama di Birmingham.
Ross telah merawat satu bayi musim panas ini yang mengalami sepsis virus. "Itulah yang paling sulit, memiliki sedikit pilihan untuk mengobati bayi-bayi ini," ucapnya.
Tidak diketahui jenis enterovirus apa yang menyebabkan penyakit yang parah pada bayi-bayi yang dirawat oleh Creech dan Ross. Sistem rumah sakit biasanya tidak melakukan pengujian semacam itu karena dokter mengatakan itu tidak akan membuat perbedaan dalam cara mereka mengobati pasien.
Sebenarnya, sulit untuk mendapatkan gambaran sebenarnya tentang jumlah bayi baru lahir yang meninggal atau dirawat di rumah sakit akibat infeksi enterovirus, karena Amerika Serikat tidak melacak kasus-kasus tersebut.
Salah satu proyek penelitian bertujuan untuk memberikan beberapa kejelasan.
Kimberlin, dari University of Alabama di Birmingham, dan Dr. Mark Abzug, seorang dokter spesialis penyakit menular anak di Children's Hospital Colorado di Denver, meluncurkan sebuah studi pada tahun 2020 untuk menganalisis sampel jaringan dari bayi-bayi yang mengalami sepsis enterovirus neonatal.
"Salah satu hal yang kami teliti khusus adalah melihat apakah ada penanda laboratorium atau klinis virus yang berkorelasi dengan baik dengan morbiditas dan mortalitas," kata Abzug.
Mungkin terungkap, misalnya, bahwa jumlah virus yang beredar dalam aliran darah bayi dapat menjadi tanda bahwa mereka berisiko mengalami penyakit yang lebih parah.
Namun, saat ini itu hanya merupakan teori. Tim peneliti nantinya akan memetakan urutan dari berbagai strain sampel virus — yang jumlahnya lebih dari 110 — untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana masing-masing strain memengaruhi sistem kekebalan tubuh yang belum matang pada bayi baru lahir. Penelitian ini mendapatkan pendanaan dari National Institutes of Health.
Tujuan penelitian yang utama, kata Abzug, adalah menemukan obat antivirus yang efektif.
"Itulah kebutuhan medis yang belum terpenuhi. Untuk mencapainya, kami berusaha mengumpulkan informasi secara prospektif yang dapat memberikan informasi desain penelitian terbaik untuk antivirus saat tersedia untuk penelitian," ujar Abzug.
Jawaban masih jauh, menyususl hanya 23 bayi yang telah terdaftar sejauh ini. Namun, penelitian ini mendapat apresiasi dari dokter-dokter yang merawat bayi-bayi yang paling parah sakitnya.
“Enterovirus kurang dikenal sebagai pemain utama dalam dunia penyakit menular, sebagian karena mereka selalu endemik," kata Messacar.
"Mereka selalu ada. Namun, mereka juga salah satu penyebab paling umum dari meningitis, infeksi otak, infeksi jantung, dan sepsis neonatal pada bayi-bayi kita," katanya. Kita perlu menyadari bahwa enterovirus merupakan penyebab utama morbiditas dan sayangnya, kematian pada populasi anak-anak," ucapnya.