SKOR.id – Penyelenggara Wimbledon 2023 telah mengumumkan beberapa nama petenis yang akan mengikuti pertandingan dengan fasilitas wildcard pada Rabu (21/6/2023).
Dari beberapa pemain yang diumumkan untuk mengikuti turnamen Grand Slam lapangan rumput itu via wildcard, terdapat nama Venus Williams dan Elina Svitolina.
Venus Williams (43 tahun) yang tercatat pernah lima kali juara Wimbledon kini berada di peringkat 697 dunia.
Kakak kandung dari Serena Williams tersebut juga baru kembali bermain usai menepi selama sekitar lima bulan karena dibekap cedera.
Sementara itu, Elena Svitolina (28 tahun) yang baru kembali dari masa jeda hamil dan melahirkan tengah berupaya merintis kembali jalan ke jajaran elite.
Elina Svitolina saat ini duduk di peringkat ke-73 atau melesat naik 1.237 setrip dari posisi yang ditempatinya pada 10 April 2023 lalu.
Kenaikan peringkat yang sangat signifikan itu didapat Svitolina usai tampil di sejumlah turnamen termasuk saat menembus perempat final Grand Slam French Open 2023.
Adapun nama lain peraih wildcard Wimbledon 2023 yang juga jadi sorotan selan Venus Williams dan Elina Svitolina adalah Katie Boulter.
Petenis tunggal putri Inggris itu berhak menerima wildcard setelah memenangkan gelar WTA pertamanya di Nottiham Open 2023 pada akhir pekan lalu.
Katie Boulter akan bergabung dengan rekan senegaranya, Jodie Burrage, Harriet Dart, Katie Swan, dan Heather Watson, sebagai entri wildcard Wimbledon 2023.
Sedangkan di sektor putra, penyelenggara Wimbledon 2023 memberikan wildcard kepada Liam Broady, Jan Choinski, Arthur Fery, David Goffin, George Loffhagen dan Ryan Peniston.
Wimbledon 2023 sendiri dijadwalkan berlangsung pada 3-16 Juli mendatang di All England Lawn Tennis and Croquet Club, London, Inggris.
Berbeda dengan edisi sebelumnya, turnamen tenis Grand Slam itu memperbolehkan wakil Rusia dan Belarus untuk ikut berkompetisi.
Sebelumnya, petenis dari kedua negara tersebut mendapat larangan tampil di Wimbledon 2021 menyusul invasi militer yang terjadi di Ukraina.
Keputusan yang diambil pihak penyelenggara tersebut jelas menimbulkan polemik di kalangan pencinta juga atlet tenis dunia.
Namun, keputusan itu akhirnya dicabtu setelah diadakan diskusi antara pemerintah Inggris, Asosiasi Tenis Lapangan Inggris (LTA), dan badan tenis internasional.