SKOR.id - Pelatih Tri Brata Rafflesia FC, M Nasir, bermimpi membawa pasukannya menembus Liga 1 di masa depan.
Itu menyusul keberhasilan mereka menjuarai putaran nasional Liga 4 2024-2025.
Berstatus underdog, tim berjuluk Laskar Badak Gilo itu mampu menjungkalkan Persika Karanganyar 3-2 dalam laga sengit di Stadion Manahan, Solo, Selasa (27/5/2025) sore.
"Alhamdulillah, bersyukur atas rahmat ini. Serasa mimpi karena kami persiapan cuma empat hari, materi pemain pun tidak ada yang dikenal oleh tim-tim lawan. Tapi, hebatnya bisa mencapai prestasi tertinggi yaitu gelar juara," ujar M Nasir usai laga.
"Sekali lagi, saya sangat bersyukur. Saya sempat bilang sebelum pertandingan bahwa kami akan kejutkan Persika, dan sore ini akhirnya kejadian
Ini merupakan kali pertama Liga 4 Indonesia diselenggarakan, dan Tri Brata langsung mengukir sejarah sebagai juara.
Berikutnya, pasukan M Nasir akan menghadapi tantangan lebih berat di Liga 3 alias Liga Nusantara, namun sang pelatih tak mau berhenti sampai di sana.
"Target kami tetap ke Liga 1 karena saya pernah melakukannya saat melatih PS Bengkulu. Dari divisi dua, saya naikkan mereka ke divisi satu, sampai akhirnya ke divisi utama. Jadi, tidak ada yang tidak mungkin, insyaallah bisa dicapai," katanya.

Namun, tentu perjuangannya tidak akan mudah. Bagaimanapun, perbedaan kualitas antarkasta tetap ada, dan tim-tim di level atas pun sudah jauh lebih profesional.
Penyesuaian tetap dibutuhkan jika Tri Brata tak mau sekedar numpang lewat.
"Orang mungkin akan bilang 'pertahankan tim juara', tapi kalau saya masih melatih di Tri Brata, saya akan rombak tim ini 50 persen," lanjut M Nasir.
"Saya akan bicara banyak dengan manajemen soal bagaimana ke depannya karena kami akan butuh pemain yang benar-benar bisa bersaing di Liga 3," dia menambahkan.
Apapun yang terjadi di masa depan, M Nasir dan para pemainnya di Tri Brata Rafflesia FC patut berbangga.
Datang dengan persiapan dan dana yang minim - bahkan tak dapat dukungan dari pemerintah daerah - mereka mampu bawa pulang hasil maksimal.
Ini membuktikan bahwa talenta-talenta dari Bengkulu juga bisa bersaing di level nasional.
"Saya melihat bukan hanya Bengkulu, tapi Sumatra pada umumnya, kami itu hanya kekurangan kompetisi. Padahal bibit-bibit untuk bersaing di level atas itu sangat banyak, tersebar di berbagai akademi dan SSB," tutur Nasir.
"Selain itu, perhatian pemerintah juga sangat kurang. Kami dari awal sampai ke final tidak ada perhatian sama sekali. Dana tim ini saja tak sampai Rp500 juta, dengan gaji anak-anak (pemain) 1,5-4 juta saja. Saya senang, tapi juga sedih dan kecewa," pungkasnya.