SKOR.id – Sesuatu yang mendasar seperti benang yang dimasukkan ke jarum untuk menjahit pakaian dapat membawa perbedaan dalam kehidupan seseorang.
Setidaknya itulah teori dari Adeem Amro dan Segal Kirsch, dua wanita pendiri dan inisiator merek fashion Two Neighbors.
Merek Two Neighbors ini berspesialisasi pada pakaian modern minimalis yang dihiasi dengan bordir.
Pakaian wanita tersebut dijahit oleh penjahit Israel yang mempelajari keahlian mereka di wilayah bekas Uni Soviet dan telah menjahitnya sejak usia 13 tahun.
Tiap pakaian menampilkan sulaman karya anggota kolektif perempuan Palestina di sebelah selatan Perbukitan Hebron. Hampir 50 wanita saat ini bekerja dengan merek tersebut.
Two Neighbors adalah gagasan dari dua wanita dari dua wilayah yang berkonflik. Amro, Manajer asal Palestina tinggal di Yerusalem Timur dan dibesarkan di Yordania dan Hebron.
Sedangkan Manajer asal Israel, Kirsch, tinggal di Modiin, lahir di Yerusalem, dan menghabiskan masa kecilnya di Israel selatan.
“Kami percaya kreativitas dan fashion adalah bahasa internasional,” kata Kirch.
“Mereka dapat menjadi jembatan antar-budaya dan sarana untuk menyebarkan visi nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian.”
“Para wanita di Two Neighbors telah tumbuh untuk menghormati dan mencintai satu sama lain,” Kirch menambahkan.
“Kami merasa memiliki lebih banyak kesamaan daripada perbedaan. Kami berharap, dengan menjual produk ini, kami dapat memperluas lingkaran masyarakat yang terlibat.”
Two Neighbors didirikan di Global Village Square. Berawal dari pertemuan akhir pekan yang diadakan oleh organisasi nirlaba, Center for Emerging Futures.
Pertemuan tersebut bertujuan untuk menyatukan warga Palestina dan Israel. Serta, mendorong kedua komunitas untuk membangun kemitraan dan proyek bersama.
Two Neighbors merupakan inti dari sebuah ide delapan tahun lalu, dan didirikan sebagai merek fashion pada tahun 2013 ketika kedua wanita tersebut meluncurkan koleksi pertama mereka yang didanai Kickstarter.
Slogan mereka yakni “Perdamaian Melalui Lubang Jarum” lebih menyentuh hati dibanding merek pakaian pada umumnya, dan merupakan cerminan dari besarnya konflik yang terjadi.
Namun, kendala terbesar mereka bukanlah permusuhan antara penjahit dan penyulam, melainkan masalah logistik yang disebabkan oleh situasi kehidupan yang kompleks.
Bertemu di tempat bersama di mana semua orang merasa nyaman dan memutuskan pola yang cocok untuk tiap pakaian, apakah jaket biru matt atau tas genggam krem, adalah aspek tersulit dalam proses desain.
Kirsch dan Amro bertemu dua minggu sekali, sedangkan kelompok penjahit dan penyulam bertemu dua kali setahun.
Pertemuan tersebut bisa jadi lebih sulit untuk dilakukan, karena perempuan Palestina harus mendapatkan izin dan perempuan Israel menghadapi penutupan jalan dan penundaan di pos pemeriksaan.
“Perjalanan antara Yerusalem dan Tepi Barat sangat sulit, baik secara teknis saat ada pos pemeriksaan, maupun jalan yang ditutup,” kata Amro.
“Dan secara emosional, sering kali Anda merasa sebagai manusia nomor dua," dia menambahkan.
Namun, para perempuan pemberani ini menekankan bahwa Two Neighbors bukanlah gerakan politik.
“Kami mungkin tidak semua mempunyai solusi yang sama, dan tidak semua tahu solusi apa yang seharusnya.”
“Namun kami memiliki harapan yang sama untuk mencapai kesepakatan adil yang akan mencapai perdamaian dan kesetaraan bagi kedua belah pihak,” kata Kirsch.
“Perhatian utama kami, secara praktis, adalah pemasaran untuk menjual gaun dalam jumlah yang cukup.”
“Hal ini penting untuk memberikan penghasilan bagi perempuan yang bekerja di Two Neighbors dan memperbaiki masa depan generasi berikutnya,” Kirsch menambahkan.