- Tim-tim amatir menjadi tonggak sejarah bagi para pemain Persib Bandung yang kini telah memasuki masa tua.
- Banyak dari mereka yang kerap tampil di turnamen amatir sebelum masuk ke tim anggota Persib dan direkrut oleh Pangeran Biru.
- Beberapa legenda Persib mengisahkan kenangannya saat masih bermain di level amatir bersama tim-tim yang belum profesional tersebut.
SKOR.id - Para pemain Persib yang kini sudah berstatus legenda, dulunya memulai karier dari PS pinggiran atau tim amatir di luar anggota Maung Bandung.
Semua pasti memahami, untuk menjadi bintang lapangan hijau alias pemain sepak bola tidaklah mudah. Semua harus melalui proses yang panjang dan berliku. Tentu saja tidak bisa instan, semua pasti menjalani dari bawah.
Seperti yang dirasakan oleh para pemain yang kini sudah menjadi legenda Persib. Sebelum namanya melejit, mereka merasakan berlatih dan bersaing di klub pinggiran, tim kemahasiswaan, maupun klub yang resmi sekali pun.
Berita Persib Lainnya: Bersepeda Jadi Alternatif Pemain Persib Bandung untuk Jaga Kebugaran
Klub pinggiran yang dimaksud adalah klub yang tidak resmi. Di era 70-an misalnya, Kota Bandung begitu marak dengan berdirinya klub-klub pinggiran. Kala itu pun namanya bukan klub tetapi Persatuan Sepakbola (PS).
PS-PS tersebut setingkat dibawah PS resmi anggota Persib atau yang sekarang di bawah naungan Askot PSSI Kota Bandung.
Kala itu ada beberapa klub resmi seperti UNI, Sidolig, IPI, PS AD, Diana, Kwalram, Mars ditambah yang sekarang ada Sawsco, Saint Prima, Palber dan lain-lain yang jumlahnya 36 klub.
Sedangkan, PS-PS pinggiran dulu ada yang bernama Persenal (Persatuan Sepakbola Terminal). Sesuai namanya, PS ini adalah bentukan orang-orang yang kesehariannya bertugas sebagai penjaga peron, awak bus antarkota, maupun pegawai-pegawai yang hobi sepak bola dan bekerja di Terminal Kebon Kelapa.
Namun jangan heran, Persenal cukup disegani di zamannya karena setiap kali akan bertanding pada sebuah turnamen, mereka kerap datang dengan bus-bus terbaru.
Maklum, karena PS ini dimiliki warga terminal, maka pengurusnya tinggal memilih bus yang akan digunakan.
Berita Persib Lainnya: Hasrat Terpendam Beckham Putra di Persib Akhirnya Dibeberkan
Selain Persenal PS pinggiran lainnya yakni, Putpas (Putra Pasundan) bentukan warga Jalan Pasundan, PS Vagabound, PS PORLIN klub para karyawan PLN dan KNPI, klub milik organisasi kepemudaan.
Baik Persenal, Putpas, Garuda, Vagabound, PORLIN, KNPI dan PS-PS pinggiran lain yang jumlah mencapai puluhan lebih jika dirinci, adalah tim yang cukup tersohor.
Sebab, masing-masing PS pinggiran diperkuat oleh pemain yang akhirnya menjadi legenda di Persib.
Tampilnya, PS-PS tersebut justru yang paling meramaikan atmosfer persepakbolaan di Kota Bandung kala itu.
Terlebih, berbagai turnamen sepak bola di Kota Bandung di era 70-an tidak pernah sepi seperti Piala Zipur di Dayeuh Kolot, Piala Hubdam di Jalan Mohammad Toha atau depan Lapangan Tegalega, Piala Lanud Sulaiman di Lapangan Cilokotot (sekarang Lapangan Angkasa Margahayu), dan satu lagi kejuaraan di Lapangan Brimob Sukajadi.
Meski labelnya hanya PS pinggiran, namun mereka berjasa dalam melejitkan pemain cikal bakal Persib melalui turnamen itu.
Yusuf Bachtiar misalnya, sebelum ia masuk UNI, Diklat Ragunan, lalu ke Perkesa dan Persib, ia lebih dulu mematangkan kemampuan di PS Persenal.
"Ketika masih amatiran, saya pernah ikut bermain bersama Persenal. Ya, memang Persenal saat itu boleh dikatakan PS yang bergengsi, karena saat akan bertanding kami diangkut bus yang ada di terminal," ujar Yusuf Bachtiar.
"Busnya pun selalu yang keluaran terbaru, bus yang kami pakai terpaksa libur dulu karena kami boyong ke turnamen," kata Yusuf.
Selain Yusuf, legenda yang lahir dari turnamen pinggiran adalah almarhum Bambang Sukowiyono yang juga pernah menjadi bagian PS Persenal.
Berbeda halnya dengan Boyke Adam, legenda Persib lainnya. Ia memulai kariernya di PS pinggiran, namun bukan di Persenal.
"Saya juga dulu pernah bermain untuk tim kemahasiswaan yaitu tim Mahasiswa Indonesia,” kata Boyke Adam menimpali.
Namun, yang paling disegani pada berbagai turnamen PS-PS pinggiran adalan KNPI dan PS PORLIN. Kedua PS ini lebih banyak diperkuat pemain-pemain Persib.
Berita Persib Lainnya: Winger Persib Bandung Lepas Masa Lajang di Kampung Halaman
"Makanya, kenapa dulu KNPI bisa juara dan selalu menjadi tim terbaik dan paling ditakuti, karena hampir 90 persen adalah pemain muda Persib ketika itu," tutur Obon Sya’ban, mantan pemain Persib dan pelatih PS KNPI
"KNPI ketika itu bukan saja yang melejitkan, tetapi membangun dan mencetak pemain juga untuk Persib," katanya.
Lalu, ada pula PORLIN yang bukan saja melejitkan pemain, namun juga mengkaryakan pemain untuk bekerja di PLN. Almarhum Suryamin, Djadjang Nurdjaman, Boyke Adam, Yusuf Bachtiar bahkan Nandar Iskandar pun kini berstatus pensiunan PLN.
Sayangnya, PS-PS itu hanya menyisakan nama di era sekarang. Hampir seluruh klub pinggiran tersebut sudah mati total dan tak beraktivitas lagi. Padahal, merekalah cikal bakal yang mencetak pemain bagi Persib zaman dulu.
Sementara 36 PS anggota resmi pada saat itu adalah jembatan sebelum ditarik menjadi pemain Persib.
Prosesnya, para pemain yang terpantau di PS-PS pinggiran itu, akan ditampung oleh 36 klub resmi yang bernaung di bawah Persib.
Setelah resmi sebagai pemain UNI, Sidolig IPI, Diana, PS AD atau yang lainnya, maka mereka sah tampil di Kompetisi Persib.
Berita Persib Lainnya: Liga 1 2020 Bisa Lanjut September, Pelatih Persib Ingin Lebih Cepat
Di kompetisi Persib itulah, para talent scout disebar untuk menjaring pemain yang layak masuk skuad utama Persib yang dipersiapkan untuk Kompetisi Divisi Utama Perserikatan.
Intinya, para legenda Persib zaman dulu pasti mengalami perjalanan pahit.
Namun berkat keinginan yang keras dan tekun dalam berlatih, mereka hingga bisa merasakan pengalaman di level internasional.
Terutama di ajang Piala Hasanal Bolkiah yang berhasil direngkuh Persib pada 1986.