SKOR.id – Per 4 Juni 2023, Antonio Pintus secara resmi kembali ke Real Madrid sebagai pelatih fisik. Praktis, ia bertanggung jawab atas persiapan fisik skuad Los Blancos menjelang musim 2023-2024.
Pria asal Torino, Italia, itu pun kini sudah memulai sesi-sesi akhir latihan fisik dengan metode berat untuk para pemain Madrid sekembalinya mereka ke Valdebebas seusai tur pramusim.
Pintus terkenal dengan metode Training Mask, yang sudah terbukti bekerja sangat baik dan efektif sepanjang kariernya sebagai pelatih fisik. Training Mask adalah sistem yang mensimulasikan tuntutan fisik pada ketinggian, yang mampu membantu pelatih fisik untuk mengindividualisasikan kinerja fisik.
“Saya mulai memakai tes ini sekira 20 tahun lalu bersama AS Monaco. Saya rasa, penting untuk melanjutkan evolusi dalam peningkatan kondisi fisik pemain agar lebih kuat,” tutur pelatih fisik yang kini berusia 60 tahun itu.
“Saat ini (porsi latihan fisik) lebih banyak berlari dan datanya lebih baik daripada sebelumnya. Kami sangat senang dengan kondisi fisik para pemain,” kata Pintus kepada Real Madrid TV.
Pelatih fisik telah berkali-kali menyatakan bahwa filosofi pelatihan yang sukses didasarkan pada pertimbangan bahwa pesepak bola tetaplah seorang atlet, di luar kondisi teknis individu.
Cara kerja topeng hipoksia adalah memasangnya di atas mulut dan hidung pesepak bola, seperti memakai masker, dan sang pemain bernapas melalui filternya.
Filter ini bertugas mengatur oksigen yang masuk dihirup pemain melalui tiga katup yang dapat dipertukarkan; dua untuk input dan satu untuk output.
Selain itu, masker canggih ini mampu mensimulasikan ketinggian antara 910 sampai 5.500 meter di atas permukaan laut, untuk mendapatkan manfaat pelatihan sedekat mungkin dalam kondisi ekstrem.
Menganalisis “Mesin” Setiap Pesepak Bola
“Kami melakukan tes untuk mengevaluasi kondisi fisik para pemain, perbedaan tenaga antara satu mobil dan mobil lainnya. Kami menganalisis ambang batas anaerobik dan aerobik karena penting untuk dapat menyesuaikan rencana kerja,” tutur Pintus.
“Ada pemain yang mampu berlari 100 meter dalam 20 detik, tetapi ada yang harus istirahat 15 detik dan lainnya 20 detik karena mereka memiliki tenaga mesin yang berbeda saat ini.”
Kekhususan alat ini adalah mereka dirancang untuk melakukan latihan ini dalam situasi nyata, di lapangan itu sendiri, dan bukan dalam kondisi terkontrol seperti treadmill atau sepeda latihan.
Sistem portabel untuk melakukan tes stres dan mendeteksi VO2 maksimum, yaitu volume maksimum oksigen yang digunakan selama bekerja keras dan juga untuk menentukan ambang aerobik dan anaerobik (saat manusia menggunakan oksigen dan saat tidak).
“Para pemain tidak terlalu menyukai tes ini karena sangat sulit untuk berlari dengan masker yang menganalisis oksigen. Tetapi mereka mengerti hal ini,” ucap Pintus.
“Seorang pemain mengatakan kepada saya: ‘Anda ini iblis!’ Saya tidak ingin mengatakan siapa (tertawa). Para pemain banyak mengalami siksaan ini dan saya sangat mengapresiasinya karena kami memiliki grup yang sangat bagus.”