- Sejak unifikasi Galatama dan Perserikatan pada 1994, Liga Indonesia tak pernah lepas dari masalah.
- Selama 26 tahun Liga Indonesia, banyak tragedi terjadi yang umumnya terjadi pada bulan Mei.
- Adapun kompetisi Indonesia dihentikan di tengah musim sempat terjadi pada tiga musim sebelumnya.
SKOR.ID - Ada apa dengan sepak bola Tanah Air? Sejak peleburan klub Galatama dan Perserikatan pada 1994, berbagai masalah menimpa sepak bola Indonesia.
Anehnya, setiap peristiwa kerap terjadi pada bulan Mei. Pantas, jika Mei menjadi bulan kelabu bagi persepakbolaan Indonesia.
Diawali pada 1998 yang dikenal dengan Tragedi Mei sehingga liga dihentikan, lalu pada 27 Mei 2006 kompetisi akhirnya juga dihentikan dengan terpaksa.
Pada 30 Mei 2015, Indonesia dibekukan fedarasi sepak bola dunia (FIFA). Kini, sampai melewati Mei 2020 kompetisi masih terhenti akibat pandemi Covid 19.
Pada 1998 kompeti bubar karena situasi dan kondisi negeri ini tidak memungkinkan. Ditundanya Liga Indonesia ke-IV karena suhu politik yang memanas.
Akibatnya, PSSI harus mengugugurkan Liga Indonesia IV dan dianggap selesai akibat force majeur. Saat itu pertandingan sudah berjalan 17 pekan.
Atas dasar pertimbangan keamanan dan menunggu situasi benar-benar pulih, PSSI memutuskan Liga Indonesia IV berakhir.
“Memang pada saat itu, kompetisi sudah tidak mungkin dilanjutkan. Situasinya sudah sangat kacau," kata Indra Thohir, mantan pelatih Persikabo.
"Saya alami ini karena saat itu akan bertanding melawan Persikota, namun tidak jadi karena kerusuhan sudah meletus di Jakarta," ia mengisahkan.
Bahkan, kata Indra, hotel tempat Persib menginap, Hotel Nelayan, juga ikut dibakar. Karenanya Persib memutuskan pulang dan membubarkan tim.
Delapan tahun berlalu, force majeur berikutnya yang mengakibatkan Liga Indonesia kembai terhenti, terjadi pada tahun 2006 yaitu pada Liga Indonesia XI.
Penyebannya, bencana gempa bumi yang menggucang Yogjakarta, yang selanjutnya dikenal dengan sebutan Gempa Bantul.
Musibah ini menyebabkan kerusakan infrastruktur di seluruh wilayah Bantul, termasuk klub-klub asal Yogjakarta, seperti PSIM, Persiba, dan PS Sleman.
Selain permintaan klub agar kompetisi diakhiri, pertimbangan lainnya adalah tidak memungkinkan pula jika kompetisi dipaksakan.
Atas dasar kemanusiaan PSSI dan Badan Liga Indonesia (BLI) memutuskan Liga Indonesia XI 2006 diakhiri tanpa ada kelanjutan.
Sama halnya pasca kerusuhan Mei 1998, Liga Indonesia berikutnya pada ke kwartal baru, yakni Liga Indonesia XII 2007 dan tidak memberlakukan sistem degradasi.
Atas kejadian gempa di Bantul, Yogjakarta, tak sedikit klub-klub yang merasa terbantu dan diuntungkan. Terutama kontestan yang ada di papan bawah.
Salah satunya adalah Persib. Saat itu, Persib sudah berada di bibir degradasi. Dengan adanya keputusan itu Persib akhirnya selamat dari degradasi.
Posisi Persib menjadi lebih aman setelah menang WO (walk out) atas PSIM yang sudah menyatakan mundur akibat peristiwa di daerahnya itu.
Yang terakhir, lima tahun silam, tepatnya 30 Mei 2015, PSSI disanksi FIFA. Akibat sanksi itu sepak bola Indonesia tak aktif dari kancah internasional.
Sanksi tersebut dijatuhkan lantara intervensi pemerintah terhadap federasi, menyusul perseteruan PSSI dengan Kemenpora yang melahirkan pembekuan PSSI.
Imbasnya tim nasional dan seluruh klub tidak bisa mengikuti kegiatan resmi FIFA dan AFC. Tim nasional tidak boleh mengikuti pertandingan intenasional.
Untuk mengisi kekosongan, dibuatlah turnamen rasa kompetisi tanpa jenjang internasional yakni, ISC dan Piala Presiden pada 2015.
Berita Liga 1 Lainnya:
Direktur Operasional PT LIB: Liga 1 2020 Digelar Oktober
Bintang Liga 1 Hibur Masyarakat di Pelosok Desa di Karanganyar
Dengar Kabar Liga 1 Berlanjut, Geoffrey Castillion Kegirangan
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.