- Mantan pebulu tangkis nasional, Tontowi Ahmad, menyoroti performa ganda campuran Indonesia yang belakangan sulit mengukir prestasi.
- Hal ini terjadi, salah satunya karena regenerasi yang kurang lancar.
- Kurang berjalannya regenerasi membuat beban pasangan ganda campuran Indonesia makin berat.
SKOR.id - Tontowi Ahmad memberikan masukan untuk pengembangan sektor ganda campuran di Indonesia.
Jarak yang terlalu jauh akibat kurang lancarnya regenerasi, membuat ganda campuran sulit bersaing di level atas.
Skuad Merah Putih, menurutnya, belum lagi memiliki ganda campuran yang bisa jadi andalan di berbagai turnamen dunia.
"Yang kurang dari ganda campuran sekarang adalah regenerasinya menurut saya," ujarnya dikutip dari Djarum Badminton.
"Sewaktu saya sama Butet (sapaan Liliyana Natsir), misalnya, saya waktu itu nomor satu, seharusnya ada estafet ke peringkat kedua atau ketiga Indonesia."
"Tapi, sekarang berbeda. Tongkat estafet jatuh ke ke nomor empat atau lima, sementara negara lain pemainnya masih sama," tutur Owi, sapaannya.
Setelah pasangan Tontowi/Liliyana pensiun, sejatinya Indonesia masih memiliki Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti yang kini ada di posisi ke-5 dunia.
Selain itu, ada pula pasangan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja (23) sebagai penerus mereka.
Sejauh ini, Praveen/Melati jadi satu-satunya ganda campuran Indonesia setelah era Tontowi/Liliyana yang bisa menyumbang gelar di turnamen besar.
Sayang, setelah itu, prestasi ganda campuran Indonesia terjun bebas. Tak satu pun gelar yang berhasil diraih.
Kini, kedua pasangan tersebut kini terdegradasi dari Pelatnas PBSI hingga ganda campuran senior di Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari yang kini ada di posisi 15.
Selain Rinov/Pitha, Adnan Maulana/Mychelle Crhystine Bandaso (29), dan Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati (30) juga rutin mengikuti turnamen.
Kondisi tersebut membuat ganda campuran Indonesia yang ada di pelatnas saat ini memikul beban yang berat dan tidak sesuai.
Mereka mendadak menjadi pasangan nomor satu pelatnas di saat seharusnya masih menjadi pemain pelapis.
Tak jarang, mereka juga dituntut menang saat melawan pasangan-pasangan level atas dan jauh lebih berpengalaman.
"Contohnya di Cina, Zhang Nan/Zhao Yun Lei turunnya ke Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong. Dari Thailand sudah ada Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai," ujarnya.
"Jadi, nomor satunya mereka sudah bertemu dengan nomor tiga kita. Maka, wajar kalau bertemu dengan nomor satu negara lain, kita masih tertinggal."
"Pesan saya buat adik-adik, bukan saya menjelekkan. Mereka harus lebih bekerja keras. Target kita ini mengejar mereka."
"Harusnya ganda campuran nomor tiga nasional harus bisa stabil mulai sekarang. Tetapi, peringkat kedua dan ketiga nasional sudah hilang."
"Jadi, yang ada pasangan nomor empat harus ada di peringkat satu nasional. Maka, tak heran kalau ada gap di situ mau tidak mau," pungkas Owi.
Berita bulu tangkis lainnya:
French Open 2022: Herry IP Siapkan Menu Latihan Khusus untuk Ganda Putra
Update Peringkat BWF Pekan ke-43: Minions Kembali Dekati Takhta No.1 Dunia
Sudah Mengoleksi 4 Gelar Sepanjang 2022, Fajar/Rian Belum Puas