SKOR.id – Kendati sukses meraih gelar juara dunia Formula 1 untuk kali keempat secara beruntun, 2024 jelas bukanlah musim yang mudah bagi pembalap Red Bull Racing Max Verstappen.
Khususnya paruh kedua musim yang sulit dengan mobil RB20 kurang kompetitif. Namun, selain itu, Super Max juga cukup sering mendapatkan penalti, entah karena gaya mengemudi atau perilakunya.
Terlepas dari kontroversinya, Verstappen sekarang dalam ancaman race ban (larangan balapan). Ini usai ia diganjar dua poin penalti akibat menabrak Oscar Piastri (McLaren) di Grand Prix Abu Dhabi, Minggu lalu.
Sanksi tersebut membuat Max Verstappen telah memperoleh delapan poin penalti. Artinya, jika dapat empat poin lagi, maka pembalap Belanda ini akan dijatuhi race ban satu GP.
Berdasarkan aturan FIA, pembalap Formula 1 diberi jatah 12 poin penalti pada super licence-nya selama 12 bulan. Jika jumlah maksimal didapat dalam periode tersebut, mereka akan diganjar race ban satu GP.
Untuk kasus Verstappen, dua poin penalti berikutnya baru akan kedaluwarsa para 30 Juni 2025 atau sehari seteah GP Austria. Ini berarti ia harus melakoni 11 GP plus dua sprint dengan sisa empat poin.
Jika Super Max mencapai 12 poin penalti sebelum GP Austria 2025, ia akan menjadi juara dunia Formula 1 pertama yang dilarang mengikuti balapan jet darat.
Masalah ini membuat kubu Red Bull khawatir. Penasihat Tim Helmut Marko meminta pembalap andalan mereka tersebut untuk lebih berhati-hati, baik dalam balapan maupun bersikap.
“Dia kembali diganjar dua poin (penalti) dan kini dia sudah mendapat delapan poin. Kami harus berhati-hati. Tampaknya beberapa Steward lebih keras dibandingkan yang lain,” ujar Marko dikutip dari Sky Sports.
Lebih lanjut Helmut Marko paham bahwa mengemudikan jet darat selama puluhan lap dalam F1 sangat mudah memengaruhi emosi pembalap. Pun begitu, ia meminta Verstappen bisa lebih bijak berkomunikasi.
“Itu adalah (luapan) emosi dan pada momen tersebut Anda tidak berpikir secara diplomatis. Mungkin (F1) tidak harus menyiarkan semuanya. Dalam sepak bola tidak semua orang punya mikrofon di leher mereka.”
Selain poin penalti, Max Verstappen juga dijatuhi sanksi akibat berkata kasar selama jumpa pers dalam GP Singapura, September lalu. Steward menyimpulkan itu sebagai pelanggaran Kode Olahraga Internasional.
Alhasil, Verstappen harus melakukan pekerjaan demi kepentingan publik guna mempertanggungjawabkan kesalahannya. Ia akan menjalani hukuman tersebut di Rwanda, Afrika, pada 13 Desember 2024.
Super Max dijadwalkan hadir di Rwanda untuk FIA Awards Ceremony di Kigali, Rwanda, di mana ia bakal menerima trofi atas kesuksesan menjadi juara dunia Formula 1 musim 2024.
“Saat berada di Kigali, (Verstappen) akan melakukan beberapa pekerjaan dengan para kompetitor junior sebagai bagian dari program pengembangan akar rumput yang diselenggarakan Rwanda Automobile Club (RAC),” demikian bunyi pernyataan FIA.