- Peraih medali perunggu Olimpiade Rio 2016 itu memilih mengungsi karena hanya dijadikan alat propaganda.
- Ia masih berharap bisa tampil di Olimpiade Tokyo 2020, musim panas mendatang.
- Alizadeh adalah atlet top Iran ketiga yang menolak untuk tampil lagi membawa nama negaranya.
SKOR.id – Situasi di Iran semakin tidak nyaman setelah pemerintah setempat mengklaim tidak sengaja menembak jatuh pesawat penumpang sipil Ukraina. Tindakan ceroboh tersebut menewaskan 176 orang di dalamnya.
Sebelumnya, ketegangan telah merebak di negara kedua terbesar di Timur Tengah itu menyusul perseteruan dengan Amerika Serikat. Namun bukan itu alasan utama atlet putri Iran Kimia Alizadeh memilih meninggalkan negaranya dan mencari suaka ke Eropa.
Melalui Instagram, taekwondoin 21 tahun ini menegaskan tidak ingin menjadi bagian “kemunafikan, kebohongan, ketidakadilan, dan sanjungan palsu”, Padahal kenyataannya, jutaan perempuan tertindas di Iran, termasuk dirinya.
Baca Juga: Doping, Kuota Lifter Rumania Dibatasi di Olimpiade 2020
“Saya mengenakan apa yang mereka inginkan dan melakukan apa yang mereka suruh. Saya hanya mengulang apa yang mereka perintahkan. Kami (perempuan) hanya alat bagi mereka,” seperti tertulis dalam pernyataannya.
Kimia Alizadeh mencatat sejarah sebagai perempuan Iran pertama yang meraih medali Olimpiade. Rekor itu dibuatnya di Rio 2016. Atlet kelahiran Karaj, Iran ini meraih perunggu di nomor 57 kg putri berkat kemenangan atas Nikita Glasnovic saat berusia 18 tahun.
Menurut kantor berita Iran, ISNA, Alizadeh mengungsi di Belanda. Wakil Menteri Olahraga Iran Mahin Farhadizadeh mengaku belum melihat unggahan sang atlet. “Sepengetahuan saya, dia (Alizadeh) ingin melanjutkan studinya di bidang fisioterapi,” ujarnya kepada ISNA.
Kimia Alizadeh merasa lelah dijadikan alat propaganda oleh pemerintah Iran. Ia mengungkapkan bahwa mereka memanfaatkan pencapaiannya sebagai atlet untuk tujuan politis. Ironisnya, pada saat bersamaan juga melecehkannya.
Baca Juga: Atlet Maraton Wilson Kipsang Dijatuhi Suspensi Akibat Dugaan Doping
Salah satu contoh adalah ketika para pejabat Iran merendahkannya dengan kalimat “Tidak elok bagi seorang perempuan meregangkan kakinya!” Meski memilih membelot dari negara kelahirannya, Alizadeh tetap mencintai taekwondo.
Ia berharap bisa tampil di Olimpiade Tokyo 2020, musim panas nanti. Namun Alizadeh tak akan berlaga di bawah bendera Iran. “Keputusan ini lebih sulit dimenangkan dibandingkan medali Olimpiade, tetapi di mana pun saya berada, saya tetap putri Iran,” tuturnya.
Alizadeh jadi atlet top ketiga Iran yang berhenti memperkuat negaranya. Desember lalu, pecatur muda Alireza Firouzja memutuskan tidak lagi mewakili Iran setelah dilarang melawan atlet Israel di ajang World Rapid and Championship 2019. Ia kini tinggal di Prancis.
Baca Juga: Prawira Bandung Raih Kemenangan Pertama di Seri I IBL 2020
Sebelum Firouzja, Federasi Judo Internasional (IJF) mengatakan Saeid Mollaei menolak kembali ke negaranya. Judoka putra 28 tahun itu cemas dengan keamanannya usai mengabaikan perintah federasi Iran untuk menyerah dalam Kejuaraan Dunia di Tokyo.
Ini guna menghindari potensi bertemu atlet Israel di final. Saeid Mollaei sempat mengungsi ke Jerman pada Agustus 2019. Selang empat bulan, peraih medali perak Asian Games Jakarta-Palembang 2018 kategori 81 kg itu menjadi warga negara Mongolia.