- Situasi global soal pandemi Covid-19 juga menjadi bahan pertimbangan IBL dalam melanjutkan kompetisi.
- Apalagi, sebagian besar pemain asing IBL berasal dari Amerika Serikat yang sekarang jadi negara terparah mengalami pandemi Covid-19.
- Format lanjutan kompetisi menjadi hal yang harus dipikirkan secara mendalam oleh manajemen IBL.
SKOR.id – Manajemen Indonesian Basketball League (IBL) masih menimbang-nimbang kapan kompetisi musim 2020 dilanjutkan.
Sebab, bukan hanya perkembangan penyebaran Covid-19 di Indonesia yang menjadi faktor penentu dimulainya kembali IBL Pertamax 2020, melainkan juga situasi dunia.
Baca Juga: Indonesia Patriots Pastikan Mundur dari IBL
Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah mengatakan bahwa hal ini tentu berkaitan dengan pemain asing.
Apalagi, sebagian besar pebasket impor yang ada di IBL berasal dari Amerika Serikat (AS).
Saat ini, Negeri Paman Sam adalah negara terparah yang terdampak Covid-19. Terhitung, ada 144.280 orang yang dinyatakan positif terkena virus corona jenis baru ini hingga Senin (30/3/2020) malam.
Semua pihak belum bisa memprediksi, kapan wabah Covid-19 menunjukkan grafik melandai di AS. Jika situasi di AS tak kunjung membaik, semakin lama pula kompetisi IBL digulirkan lagi.
“Sekarang pemain-pemain asing sudah dipulangkan klub ke negaranya. Sebagian AS juga sudah di-lockdown. Entah kapan AS membaik dan para pemain asing bisa kembali ke Indonesia,” ucap Junas Miradiarsyah, Senin (30/3/2020).
Junas Miradiarsyah menambahkan bahwa pada pertengahan April mendatang, pihaknya akan mengadakan telekonferensi dengan perwakilan klub.
Kemungkinan, rapat jarak jauh ini akan menentukan, kapan IBL 2020 dilanjutkan. Yang jelas, kata Junas, pihaknya tidak bisa memulai kompetisi secara mendadak.
“Kami tak mungkin menggulirkan kompetisi kurang dari tiga pekan setelah pengumuman," ujar Junas.
"Klub perlu mengumpulkan pemain terlebih dahulu. Pebasket-pebasket juga membutuhkan waktu memulihkan kondisinya sebelum melantai lagi di kompetisi,” kata Junas.
Sampai saat ini, IBL juga masih kesulitan menentukan format kompetisi yang akan dipakai dalam lanjutan IBL 2020.
Jika fase reguler dilanjutkan, hal itu cukup sulit lantaran Indonesia Patriots sudah mundur.
Penentuan klasemen memang agak kacau setelah tak ada Indonesia Patriots. Apalagi, belum semua klub sudah bertemu dua kali dengan anak asuh Rajko Toroman tersebut.
Sedangkan jika langsung play-off, IBL sepertinya harus menyertakan semua klub.
Pasalnya, jika hanya mengambil enam saja, itu tidak adil bagi Prawira Bandung, Bank BPD Bima Perkasa Jogja, dan Satya Wacana Salatiga.
Baca Juga: KONI Pusat Imbau Cabor Sesuaikan Performa Puncak Atlet untuk Olimpiade 2020
Meski berada di tiga terbawah, secara matematis, peluang klub-klub tersebut tampil di fase postseason masih terbuka lebar.
“Kalau play-off yang menyertakan sembilan klub peserta, kami juga harus memikirkan bagaimana polanya,” kata Junas.