SKOR.id - Siapa sangka kalau peribahasa “biar lambat asal selamat” ternyata bisa jadi pedoman buat kamu yang suka lari atau jogging?
Alih-alih selalu ambisius buat mengejar rekor waktu lari yang lebih cepat, tren slow jogging justru menganjurkan kamu untuk jogging dengan santai.
DIkembangkan oleh profesor Hiroaki Tanaka dari Universitas Fukuoka di Jepang, slow jogging menganut prinsip “niko niko,” yang artinya tersenyum dalam bahasa Jepang.
Menurut beliau, penting bahwa kita tidak terlalu memaksakan diri, dan masih bisa berlari sambil tersenyum.
Di umur lebih dari 50 tahun, profesor Tanaka berhasil menyelesaikan marathon hanya dalam waktu 2 jam dan 38 menit, hasil dari staminanya yang kuat, dan salah satunya berkat penerapan slow jogging.
Wah, berarti harus seberapa cepat ya larinya? Tentunya ini akan berbeda-beda buat setiap orang, tergantung level fitness kamu.
Gampangnya, kalau lari sprint ngebut itu di angka 10, slow jogging ini kira-kira kamu di angka 5 lah.
Dalam satu dekade terakhir, metode slow jogging ini juga makin umum digunakan banyak pelari profesional lho dari berbagai umur. Apa aja sih manfaatnya?
1. Mengurangi resiko cedera dan keletihan
Ketika kamu menambah variasi kecepatan lari kamu—dari jogging yang santai sampai yang lebih serius—beban di tulang, otot dan jaringan ikat akan berkurang.
2. Meningkatkan kebugaran aerobik
Slow jogging termasuk latihan aerobik, yang akan memperkuat fungsi jantung dan hati.
3. Membakar lemak secara lebih efisien
Slow jogging bikin proses metabolisme lebak kamu makin efisien, sehingga kamu menggunakan pembakaran lemak, alih-alih karbohidrat, sebagai sumber energi.
Ini berguna buat pelari maraton yang ingin membakar lemak.
4. Bikin latihan lari makin menyenangkan
Kalau kamu tipe yang suka lari bareng teman, slow jogging kasih kamu kesempatan buat tetap bisa ngobrol bareng atau menikmati pemandangan sekitar.
Enggak cuman badan yang tambah sehat, mood kamu juga bakal membaik!