- Timnas basket Amerika Serikat yang berhasil meraih medali emas Olimpiade Beijing 2008 mendapat julukan The Redeem Team.
- Keberhasilan The Redeem Team sekaligus membayar kegagalan yang didapat Timnas basket Amerika Serikat di Olimpiade Athena 2004.
- Kobe Bryant disebut sebagai sosok penting dalam kesuksesan The Redeem Team yang sudah dibangun secara bertahap sejak 2005.
SKOR.id - Sepanjang sejarah kompetisi basket putra di Olimpiade, Timnas basket Amerika Serikat begitu dominan dengan meraih 16 medali emas dari 20 edisi (1936-2020).
Salah satu edisi yang gagal dimenangi Amerika Serikat adalah Olimpiade Athena 2004. Kala itu, mereka tumbang dengan skor 81-89 saat bersua Argentina di semifinal.
Meski masih bisa pulang dengan medali perunggu, usai menekuk Lithuania dalam duel perebutan tempat ketiga, pencapaian skuad Negeri Paman Sam di Yunani tetap saja jadi sorotan.
Pasalnya, Amerika Serikat datang ke Olimpiade Athena 2004 dengan sederet pemain mumpuni dari kompetisi NBA meski mayoritas masih berusia muda (rata-rata 23,58 tahun).
Situasi ini berbeda dengan kegagalan yang didapat Amerika Serikat pada Olimpiade Munich 1972 dan Seoul 1988 di mana saat itu mereka turun tanpa pemain aktif NBA.
Sedangkan Olimpiade Moskow 1980 tak masuk dalam daftar kegagalan karena Amerika Serikat memboikot ajang tersebut sehingga otomatis absen dari kompetisi.
Penampilan Amerika Serikat di Olimpiade Athena 2004 tak hanya jadi sorotan karena gagal meraih medali emas. Performa mereka sudah menuai kritikan sejak fase penyisihan grup.
Setelah kalah 73-92 dari Puerto Riko pada laga pembuka, Allen Iverson dan kolega kembali kalah di partai keempat dengan skor 90-94 kala bersua Lithuania.
Remember this Moment?
Let me refresh your memory. 2004 Olympics, A Team USA with Young LBJ, AI, Stephon Marbury, a Young Wade, Carlos Boozer, a young Melo, Stoudemire... got their butts kicked by Team Puerto Rico with Carlos Arroyo!!!#Olympics #teamusa #HispanicHoops pic.twitter.com/k2HuyG9tYF— Magic Time - Orlando Magic en Español (@MagicTime32) April 29, 2021
Meski pada akhirnya masih mampu lolos ke delapan besar dengan menduduki peringkat empat Grup B, hal itu tetap tak membuat mereka lepas dari sorotan.
Timnas basket Amerika Serikat pada Olimpiade Athena 2004 pun dapat julukan Nightmare Team yang merupakan pelesetan dari Dream Team yang begitu berjaya di Olimpiade Barcelona 1992.
Membangun Ulang Fondasi Tim
Setelah menerima pukulan telak di Negeri Para Dewa, Amerika Serikat yang tak mau kehilangan muka sebagai kekuatan utama basket dunia pun merintis jalan kebangkitan.
Mereka pun menunjuk Jerry Colangelo, sosok general manager berpengalaman di NBA, sebagai direktur eksekutif Timnas basket Amerika Serikat pada musim panas 2005.
Tugas utama Jerry Colangelo adalah mengembalikan Amerika Serikat ke jalur juara dengan cara membangun ulang tim yang dipersiapkan dengan matang.
Hal inilah yang luput dalam persiapan Olimpiade 2004. Kala itu, tim baru berlatih bersama dua pekan sebelum kompetisi dan pemain dipilih tanpa memperhatikan kecocokan.
Dalam sebuah wawancara jelang Olimpiade Rio 2016, Carmelo Anthony yang juga masuk dalam skuad Nightmare Team pun membenarkan hal tersebut.
"Pada 2004, kami hanya punya dua pekan untuk menyatukan tim, pergi ke Yunani, dan coba mendapatkan medali emas," kata Carmelo Anthony dikutip dari Washington Post.
"Kami seperti sekelompok orang aneh dalam tim itu, pemain yang tidak kenal satu sama lain, pemain yang masih muda serta baru masuk liga (NBA), dan itu tak berhasil."
Jerry Colangelo pun coba membangun ulang Timnas basket Amerika Serikat dan "menawarkan" programnya ke sejumlah pemain sekaligus meminta komitmen penuh jika ingin terlibat.
Dari proses ini dan seiring berjalannya waktu, Timnas basket Amerika Serikat pun memiliki fondasi anyar Carmelo Anthony, Dwyane Wade, Chris Paul, dan LeBron James.
My #NBARushmore Wade, James, Paul, Anthony. Build yours https://t.co/7gYm6nXtD1 pic.twitter.com/sV3MN4hAsI— Historia Kaori (@scorpion026) June 30, 2016
Mike Krzyzewski pun ditunjuk sebagai kepala pelatih dan memimpin Timnas basket Amerika Serikat memasuki era baru.
Meski demikian, proses rebuild tak berjalan mulus. Amerika Serikat tak langsung menuai kesuksesan saat tampil di Piala Dunia FIBA 2006.
Dalam turnamen besar pertama yang diikuti Amerika Serikat pasca-Olimpiade 2004 itu, mereka dikalahkan Yunani di semifinal dan akhirnya harus puas pulang dengan medali perunggu.
Kekalahan dari Yunani di semifinal Piala Dunia FIBA 2006 tentu saja mengejutkan semua orang, tak terkecuali Jerry Colangelo.
"Kami tercengang ketika itu terjadi. Saya merasa bahwa kami sudah mengalahkan mereka 99 kali secara beruntun," Colangelo mengungkapak rasa tak percayanya pada saat itu.
"Kami pikir kami memiliki semuanya tetapi ternyata tidak. Kami memiliki pekerjaan yang harus dilakukan dan kami lebih baik untuk itu."
Efek Kehadiran Kobe Bryant
Setahun setelah gagal di Piala Dunia FIBA 2006, Timnas basket Amerika Serikat terus berbenah demi memperkuat tim. Pada momen inilah sosok Kobe Bryant bergabung.
Sebelumnya, Kobe Bryant seperti kesulitan memenuhi panggilan Timnas karena jadwal tanding yang terlalu mepet dengan agenda playoff NBA.
Faktor cedera hingga kasus kekerasan seksual yang sempat menjeratnya pada 2003 pun sempat jadi penghalang ikon LA Lakers itu memenuhi "panggilan negara".
Selain itu, status megabintang yang disandang Bryant membuat sejumlah pihak berasumsi bahwa pemain bersangkutan "alergi" tampil di kompetisi antarnegara.
Namun, semua berubah pada 2007. Kobe Bryant yang saat itu sudah memiliki tiga cincin juara NBA bergabung dalam skuad Amerika Serikat yang tampil di Piala Amerika FIBA 2007.
Kehadiran Kobe Bryant pun memberi dampak instan. Amerika Serikat tampil sebagai juara FIBA AmeriCup 2007 yang berlangsung di Las Vegas usai menang 118-81 atas Argentina di partai final.
Efek positif kehadiran Kobe Bryant dalam Timnas basket Amerika Serikat pun diakui oleh sejumlah pihak, tak terkecuali Dwayne Wade yang awalnya sempat sangsi.
Wade ragu Bryant bisa berbaur dengan tim apalagi berperan sebagai mentor. Sebab, Bryant sudah seperti dewa di LA Lakers dan kerap mementaskan "one man show" dalam kompetisi NBA.
"Kobe bukanlah sosok pemain yang siapa pun mengira akan bermain di tim Olimpiade. Semua orang berpikir Kobe adalah tentang Kobe (egois)," ujar Wade dikutip dari People.
"Kemudian dia muncul dan berkata, 'Saya sudah lelah melihat kalian semua kalah. Ayo kita dapatkan (medali emas Olimpiade).'."
"Ia berubah menjadi Kobe dengan versi berbeda dari yang kami kenal. Kami menyaksikan pembentukan ulang sosok Kobe Bryant dengan mata kepala kami sendiri," ujarnya.
Kobe Bryant yang berstatus sebagai pemain kedua tertua, setelah Jason Kidd, dalam skuad Timnas basket Amerika Serikat untuk Olimpiade Beijing 2008 pun didapuk sebagai kapten.
Dengan skuad yang lebih matang dan solid, Amerika Serikat pun datang ke Negeri Tirai Bambu dengan optimisme tinggi.
Hasilnya, Kobe Bryant dan kolega tak terbendung sepanjang turnamen dan berhasil menyapu bersih delapan laga yang dijalani dengan kemenangan hingga akhirnya meraih medali emas.
The Redeem Team pun berhasil memenuhi targetnya untuk membalaskan dendam atas kegagalan yang didapat Amerika Serikat empat tahun sebelumnya.
Kiprah Timnas basket Amerika Serikat di Olimpiade Beijing 2008 ini pun telah diangkat dalam dokumenter buatan Netflix yang dirilis pada 7 Oktober 2022.
Mantap Kembali ke Jalur Juara
Selepas Olimpiade 2008, Timnas basket Amerika Serikat pun sudah benar-benar kembali ke jalur kemenangan meski satu per satu pilar tim telah pergi.
Mereka berhasil menjuarai Olimpiade 2012 di London, Inggris dengan kerangka tim yang mulai diremajakan meski Kobe Bryant masih ada dalam skuad.
Pada Olimpiade Rio 2016, regenerasi makin terasa. Skuad lama tinggal menyisakan Carmelo Anthony selaku pemain tertua dan Mike Krzyzewski sebagai kepala pelatih.
Sedangkan pemain pilar seperti Kobe Bryant, Chris Paul, Dwyane Wade, dan LeBron James perannya sudah digantikan oleh Kevin Durant, Paul George, Kyrie Irving, hingga Klay Thompson.
Meski begitu, Amerika Serikat masih mampu mempertahankan medali emas sekaligus memperpanjang rekor tak terkalahkan sejak laga perebutan tempat ketiga di Olimpiade 2004.
Keraguan sempat kembali muncul ketika Timnas basket Amerika Serikat mempersiapkan diri untuk Olimpiade Tokyo 2020 yang mundur setahun karena pandemi Covid-19.
Olimpiade Tokyo 2020 sendiri jadi penanda berakhirnya rebuild yang dimulai pada 2005 karena Carmelo Anthony dan Mike Krzyzewski sudah tak dilibatkan dalam tim.
Persiapan Timnas basket Amerika Serikat yang dibesut Gregg Popovich pun tak bisa optimal karena bertabrakan dengan jadwal playoff NBA 2021.
Bahkan Kevin Durant dan kolega sempat kalah (87-90) dari Nigeria dan (83-91) dari Australia dalam laga pemanasan sebelum tampil di Olimpiade.
Sorotan makin tajam setelah Timnas basket Amerika Serikat kalah 76-83 dari Prancis dalam laga pembuka Grup A Olimpiade Tokyo 2020.
Namun, Amerika Serikat mampu bangkit dan memenangi lima laga berikutnya termasuk saat membalas dendam terhadap Prancis pada partai final dengan kemenangan 87-82.
Berita Basket Lainnya:
Basket Klasik: The Dream Team vs Kroasia, Pertandingan Terbaik di Olimpiade 1992
3 Bukti Amerika Serikat Penguasa Medali Emas Basket Olimpiade