- Kejuaraan balap kelas elite, Formula 1, bisa dibagi ke dalam tiga hal; rekayasa teknologi, bisnis level atas, dan data akurat.
- Hanya untuk mobil, tim-tim elite Formula 1 bisa menghabiskan sedikitnya 400 juta dolar AS.
- Sebastian Vettel dan Sergio Perez masih memegang rekor kecepatan tertinggi.
SKOR.id - Ajang balap Formula 1 (F1) dikenal sebagai kejuaraan yang sangat kompleks. Balapan melibatkan rekayasa teknologi, bisnis tingkat tinggi, dan data sangat akurat.
Itu sebabnya F1 kadang sangat sulit menyampaikan informasi untuk penggemarnya. Terutama bagi fan baru.
Berikut ini beberapa informasi yang biasa ditanyakan para penggemar F1 agar lebih mengerti bagaimana kejuaraan digelar dan tim bekerja.
Baca Juga: Mercedes Sudah Pakai DAS pada F1 GP Hungaria 2018
Bujet Mobil
Pada 2018, dua tim elite, Ferrari dan Mercedes, menghabiskan tidak kurang 400 juta dolar AS hanya untuk mobil atau kini sekira Rp6,2 triliun.
Harga mobil single seater F1 itu jauh lebih mahal dari sedan konvensional Mercedes S-Class yang mencapai 138.600 dolar AS atau sekitar Rp2,1 triliun.
Bahkan juga jauh lebih mahal dari mobil custom yang biasa digunakan kalangan VVIP seperti kepala negara.
Misalnya Mercedes Maybach S600 Pullman Guard 2019 sebagai kendaraan dinas Presiden RI seharga 1,56 juta dolar AS atau sekira Rp24 miliar.
Harga mobil F1 pun masih di luar anggaran produksi dan pengembangan mesin untuk peningkatan performa.
Itu juga tergantung kelas tim. Sebagai perbandingan, tim sekelas Haas dan Williams hanya mengeluarkan anggaran hampir 150 juta dolar AS pada 2018.
Kesimpulannya, mobil F1 bisa dibuat dengan bujet kecil tapi performanya akan berbanding lurus dengan jumlah uang yang dikeluarkan.
Namun, demi persaingan merata, Federasi Automobil Internasional (FIA) membatasi anggaran mobil sebuah tim F1 maksimal 175 juta dolar AS. Aturan baru ini akan diterapkan mulai 2021.
Akan tetapi lantaran penangguhan F1 pada 2020 akibat pandemi Covid-19, FIA dan 10 tim F1 sepakat regulasi ini baru akan diterapkan pada 2022.
DRS
Drag Reduction System (DRS) mulai digunakan pada 2011. Bagi mobil yang berada dekat di belakang lawan, peranti ini untuk mengurangi hambatan udara (drag) dan memudahkan untuk menyalip (overtaking).
Sementara bagi mobil F1 yang berada di depan, DRS adalah komponen aerodinamika yang didesain sedemikian rupa sehingga menghasilkan aliran udara yang bisa menahan kecepatan pembalap di belakangnya.
Dengan DRS, mobil-mobil yang berada 1 detik atau kurang di belakang lawan bisa mengangkat satu komponen di sayap belakang untuk melewati lawan di trek-trek lurus yang sudah ditentukan (DRS Zone).
Namun, dalam beberapa tahun terakhir DRS yang belakangan disebut tombol "push to pass", dikritik karena membuat overtaking terlalu mudah.
Faktanya, memang sulit bagi pembalap F1 untuk melewati lawan pada era mobil yang kini sangat mengandalkan komponen aerodinamika.
Berat Mobil
Sejak 2019, bobot mobil dan pembalap dibatasi. Berat mobil F1 minimal 740 kg, sementara bobot pembalap dan jok setidaknya 80 kg.
Khusus untuk pembalap berpostur jangkung (di atas tinggi ideal 172 cm - 175 cm), pekerjaan ekstra diperlukan untuk desain sasis dan jok.
Adapun untuk pembalap berbobot di bawah standar, dibutuhkan pemberat pada jok untuk menstabilkan mobil.
Musim 2019 lalu, rata-rata tinggi tim juara dunia F1 (pembalap dan konstruktor), Mercedes-AMG Petronas, adalah 173,5 cm.
Lewis Hamilton, juara dunia enam kali (2008, 2014, 2015, 2017, 2018, 2019), hanya 174 cm. Sedangkan rekan setimnya yang menjadi runner-up, Valtteri Bottas 173 cm.
Tenaga Mobil
Sebagian besar tim F1 cenderung tidak mengungkapkan berapa tenaga yang dihasilkan mobil mereka.
Tetapi, mobil tim-tim elite seperti Mercedes, Ferrari, dan Red Bull disinyalir memiliki power hingga 1.000 brake horsepower (bhp) atau setara 1.013,87 horsepower (hp/daya kuda).
Output tenaga mobil F1 yang sejak 2014 menggunakan mesin 1.600 cc (1,6 liter) V6 turbocharged hybrid terbilang variatif. Sementara putaran mesinnya dibatasi 15.000 rpm.
Meski cc-nya kecil relatif kecil, tenaga mesin V6 hybrid ini 20 persen lebih besar ketimbang mesin sebelumnya (2006-2013) yang 2.400 cc V8. Emisi gas buangnya (CO2) juga 26 persen lebih rendah.
Konsumsi Bahan Bakar
Pada 2019, batasan maksimal bahan bakar dinaikkan menjadi 110 kg (dari 105 kg) atau 147,6 liter dengan konversi berat jenis 0,745 kg/liter.
Perubahan kuota bahan bakar itu menyusul pembatasan jarak sebuah lomba F1 yang 305 km. Jika ditambah jarak pemanasan, pit stop, dan pendinginan, mungkin menjadi sekitar 310 km.
Dengan penghitungan di atas, konmsusi bahan bakar sebuah mobil F1 kini rata-rata 2,1 km/liter.
Kecepatan Tertinggi
Top speed sebuah mobil F1 sangat tergantung dari karakteristik sirkuit.
Saat ini, rekor kecepatan tertinggi yang terekam speed trap terjadi pada 2019, yaitu Sebastian Vettel (Ferrari) dan Sergio Perez (SportPesa Racing Point-Mercedes).
Keduanya masing-masing mampu melesat 359,7 km/jam. Vettel melakukannya di Sirkuit Monza (GP Italia) dan Perez di Sirkuit Autodromo Hermanos Rodriguez (GP Meksiko).
Jarak dan Waktu Lomba
Lomba F1 selesai bila sudah menempuh jarak 305 km. Adapun jumlah lap tergantung panjang-pendek lintasan sirkuit.
Waktu total lomba umumnya sekitar 1,5 jam. Lomba terlama di F1 saat ini adalah GP Singapura yang biasa dijalani sampai dua jam.
Jika terjadi penundaan karena hujan, bendera merah/red flag (kecelakaan hebat), atau safety car masuk, lomba akan diakhiri setelah dua jam. Tidak peduli berapa jarak yang sudah ditempuh.
Baca Juga: FIA Usulkan F1 2020 Gelar Dua Sampai Tiga Balapan dalam Sebulan
Kualifikasi
Dalam F1, kualifikasi terbagi menjadi tiga; Q1, Q2, dan Q3. Kualifikasi digunakan untuk menentukan posisi start balapan.
Pada Q1, semua pembalap berusaha mencatat waktu lap tercepat dalam 18 menit.
Lima mobil dengan catatan waktu paling lambat akan tersingkir usai Q1. Mereka akan menempati grid (posisi start) 16-20.
Adapun 15 pembalap tersisa melanjutkan persaingan pada Q2 selama 15 menit untuk memperebutkan 10 posisi teratas agar masuk Q3.
Lima pembalap dengan waktu paling lambat pada Q2 ini akan menempati grid 11-15.
Pada kualifikasi terakhir, 10 pembalap tersisa bertarung selama 12 menit untuk merebut pole position alias start terdepan pada balapan Minggu.
Para pembalap yang mampu menembus Q3 harus turun dengan ban yang mereka pakai saat mencetak waktu lap tercepat pada Q2. Jadi penggantian ban adalah pelanggaran.
Pendapatan Pembalap
Pembalap top seperti Hamilton atau Vettel diperkirakan bisa mengantongi kontrak di atas 40 juta dolar AS atau sekira Rp627 miliar.
Sementara, pembalap medioker mendapat bayaran pada kisaran 1 juta dolar AS sampai 2 juta dolar AS.
Baca Juga: Pembalap NASCAR Dihukum Akibat Perkataan Rasis dalam Ajang Balap Virtual
Ada juga satu atau dua pembalap yang digaji oleh sponsor sebagai "titipan".
Faktanya, sebagian besar pembalap F1 masa kini datang membawa sponsor pribadi yang nilainya jauh lebih besar ketimbang angka dari tim.