- Sejak 1956, Indonesia hanya mampu meloloskan 10 sprinter di nomor 100 meter putra ke Olimpiade.
- Hingga saat ini, belum ada sprinter yang berhasil menyamai torehan Purnomo M. Yudhi dan Mardi Lestari di Olimpiade.
- Suryo Agung masih memegang rekor 100 meter putra di SEA Games.
SKOR.id - Lari sprint 100 meter putra bisa dibilang nomor paling bergengsi bukan hanya di cabang atletik tetapi juga di setiap penyelenggaraan Olimpiade.
Di Olimpiade, Indonesia memang belum pernah merebut medali dari nomor ini.
Namun sejumlah nama sprinter top Indonesia pernah menjajal ketatnya persaingan di nomor lari 100 meter putra Olimpiade.
Tahun depan, manusia tercepat se-Asia Tenggara, Lalu Muhammad Zohri, dipastikan bakal turun di nomor 100 meter Olimpiade Tokyo.
Sebelum Lalu Zohri -- pemegang rekor nasional 100 meter (10,03 detik) dan 200 meter (20,81 detik) dan atlet Asia pertama yang memenangi Kejuaraan Dunia Atletik U-20 -- ada sejumlah sprinter yang mewakili Indonesia di nomor 100 meter putra Olimpiade.
Jootje Gozal
Johannes Edouard Willem "Jootje" Gozal (16 Maret 1936 – 30 April 2020) menjadi sprinter Indonesia pertama yang turun di Olimpiade, tepatnya di Melbourne, Australia, pada 1956.
Sayang, saat itu ia langsung tersingkir karena hanya finis di peringkat kelima babak heats (di heat 5) dengan waktu 11,45 detik. Saat itu, hanya dua pelari tercepat di masing-masing heat yang berhak lolos ke perempat final.
Empat tahun berselang, Olimpiade Roma 1960, Jootje Gozal kembali tidak mampu lolos dari fase heats usai finis keempat di heat 8 dengan waktu 10,9 detik. Padahal, karena jumlah atlet lebih banyak, tiga pelari teratas setiap heat akan melaju ke perempat final.
Purnomo M. Yudhi
Pada Olimpiade Los Angeles 1984, sprinter Indonesia, Purnomo M. Yudhi, berhasil memecahkan rekor nasional lari 100 meter putra yang bertahan 26 tahun atas nama M. Sarengat.
Di fase heats, Purnomo mampu finis di posisi kedua dengan waktu 10,40 detik. Ia pun melaju ke peremat final dan berhasil finis di peringkat ketiga dengan 10,43 detik.
Di semifinal, Purnomo finis di posisi buncit (ke-8) dengan 10,51 detik. Purnomo gagal ke final karena saat itu hanya empat pelari tercepat dari dua heat semifinal yang berhak ke final.
Christian Nenepath
Pada Olimpiade Los Angeles 1984, selain Purnomo, Indonesia juga menurunkan Christian Nenepath di nomor 100 meter.
Sayang, Christian Nenepath langsung tersingkir di babak heats karena hanya mampu finis di peringkat keempat (10,66 detik) di heat 2.
Mardi Lestari
Pada Olimpiade Seoul 1988, Afdiharto Mardi Lestari berhasil mengulang torehan Purnomo empat tahun sebelumnya.
Sprinter kelahiran Binjai, Sumatra Utara, 19 Januari 1968 itu finis di posisi ketiga di heats dengan waktu 10,40 detik. Di perempat final, Mardi Lestari finis kedua dengan 10,32 detik.
Di semifinal heat 1, Mardi Lestari hanya mampu finis di posisi ketujuh dengan waktu 10,39 detik. Ia terpaut 0,42 detik dari Carl Lewis, sprinter Amerika Serikat (AS) pemenang heat 1.
Mardi Lestari gagal ke final karena hanya empat pelari tercepat setiap dari dua heat semifinal yang berhak lolos. Namun, ia menempati peringkat ke-13 overall lari 100 meter putra berkat catatan waktunya.
Hingga kini, sprinter Indonesia yang mampu menembus semifinal Olimpiade nomor lari 100 meter putra baru Mardi Lestari dan Purnomo.
John Herman Muray, Yanes Raubaba, dan Erwin Heru Susanto
Setelah tidak memiliki wakil di dua Olimpiade, Barcelona 1992 dan Atalanta 1996, Indonesia mampu meloloskan tiga sprinter sekaligus ke Olimpiade Sydney 2000 untuk lari 100 meter putra.
Sayangnya, ketiga sprinter, yakni John Herman Muray, Yanes Raubaba, dan Erwin Heru Susanto langsung tersingkir di ronde 1.
John Murray finis keenam di heat 6 (10,68 detik), Yanes Raubaba ketujuh di heat 8 (10,54 detik), sementara Erwin Heru Susanto keenam di heat 11 (10,87 detik).
Regulasi 100 meter saat itu menyebut, hanya tiga pelari tercepat di kualifikasi (11 heat) plus sprinter tercepat di keseluruhan babak tersebut yang berhak melaju ke ronde 2.
Suryo Agung Wibowo
Sprinter kelahiran Solo, Jawa Tengah, 8 Oktober 1983 ini turun di tiga ajang bergengsi: Kejuaraan Dunia Atletik Indoor 2003, Kejuaraan Dunia Atletik 2003, dan Olimpiade Beijing 2008 tanpa mampu lolos ke babak kedua.
Di Olimpiade Beijing, Suryo Agung hanya mampu finis di posisi keenam babak pertama dengan waktu 10,46 detik.
Saat itu, hanya tiga pelari tercepat di setiap heat di babak pertama (ada 11 heat) plus 10 sprinter dengan waktu tercepat keseluruhan yang berhak lolos ke babak kedua (perempat final).
Kendati gagal di Olimpiade, Suryo Agung masih tetap bangga karena hingga kini rekor 100 meter SEA Games yang dibuatnya di Vientiane, Laos, pada 2009, dengan 10,17 detik belum mampu dipecahkan.
Fernando Lumain
Pada Olimpiade London 2012, Indonesia meloloskan Fernando Lumain di nomor 100 meter putra. Di babak penyisihan, Fernando Lumain yang turun di heat 2 mampu finis kedua dengan waktu 10,80 detik untuk lolos ke ronde 1.
Namun di babak ini, ia hanya mampu finis di peringkat kedelapan (10,90 detik) dan tidak lolos ke fase berikutnya.
Saat itu, hanya tiga pelari tercepat di setiap heat ronde 1 plus tiga pencetak waktu tercepat yang finis keempat atau lebih rendah di heat-nya, yang lolos ke semifinal.
Sudirman Hadi
Empat tahun lalu, Indonesia meloloskan Sudirman Hadi di nomor lari 100 meter putra Olimpiade Rio De Janeiro.
Sudirman lolos ke babak utama setelah di penyisihan berhasil finis di posisi kedua dengan waktu 10,77 detik. Tetapi, Sudirman hanya mampu finis di posisi buncit di heat empat ronde 1 dengan waktu 10,70 detik.
Sudirman gagal melaju ke babak berikutnya karena hanya dua pelari tercepat setiap heat dan delapan pencetak waktu tercepat berikutnya yang berhak lolos ke semifinal.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita Atletik Lainnya:
Tanpa Bob Hasan, Pelatnas Atletik Lebih Terbatas dan Sederhana
Protokol Kesehatan Atletik Dunia, PB PASI Wajib Tes Swab Atlet untuk Gelar Pelatnas