- Shingo Kunieda adalah bintang tenis kursi roda Jepang yang memenangi Australia Open 2020.
- Petenis 38 tahun itu telah mengoleksi 44 gelar grand slam.
- Atlet yang kehilangan fungsi kaki akibat tumor itu bertekad mengejar emas di Olimpiade Tokyo.
SKOR.id - Seorang wartawan Jepang suatu hari pernah bertanya kepada Roger Federer mengapa negara mereka tak memiliki pemain tenis sekelas dirinya.
Roger Federer kabarnya langsung menjawab, "Hei, kalian sudah memiliki Shingo (Kunieda)!"
Shingo Kunieda merupakan petenis Jepang yang memenangi nomor tunggal putra kursi roda Grand Slam Australia Open 2020.
Hebatnya, itu adalah titel grand slam ke-44 sepanjang karier profesional petenis kelahiran Tokyo, 21 Februari 1984 tersebut.
View this post on Instagram#uniqlolifeweardaytokyo @rogerfederer 写真提供ユニクロ #shingokunieda #国枝慎吾 #wheelchairtennis
Pada usianya saat ini, Shingo Kunieda merupakan salah satu bintang besar dalam cabang olahraga tenis kursi roda.
Sejak menjadi petenis kursi roda profesional pertama asal Jepang pada 2009, dirinya sudah memenangi 15 gelar grand slam untuk kategori tunggal.
Bahkan, Kunieda mampu mengantongi kemenangan beruntun dalam 106 pertandingan sepanjang tiga tahun, di awal karier.
Saat ini, dia adalah petenis nomor satu dunia untuk nomor tunggal putra kursi roda.
Untuk keikutsertaan dalam Paralympic Games, Kunieda meraih medali emas pertamanya pada 2004 atau saat event itu berlangsung di Athena.
Baca Juga: Grand Slam French Open 2020 Mundur hingga September
Namun, itu diraih Kunieda pada nomor ganda putra. Selang delapan tahun, ia menambah emas dari sektor tunggal masing-masing di Beijing 2008 dan London 2012.
Meski memiliki cerita hebat, Kunieda pernah merasakan momen buruk. Untuknya, tak ada penderitaan yang lebih besar seperti dalam Paralympic Games Rio 2016.
Sebelum berangkat ke Rio de Janeiro, Brasil, Kunieda memenangi Grand Slam French Open dan US Open untuk kelima kalinya.
Raihan ini membuat penggemar berharap besar, yakni meraih emas Paralimpiade untuk kali ketiga secara beruntun. Sayang, Kuneida gagal.
"Ada banyak rasa sakit saat bermain olahraga. Tapi, sangat menyakitkan ketika Anda kalah dan cedera (sekaligus)," kata Kunieda.
"Juga menyakitkan saat harus melupakan target. Tapi, jika Anda bisa mengatasinya, maka jiwa Anda menjadi lebih kuat."
Mimpinya untuk meraih emas terhenti pada perempat final. Itu diperburuk oleh rasa sakit pada siku kanan, hingga memutuskan operasi, April 2017.
View this post on InstagramTEAM PARALYMPIC JAPAN記者発表会 @paralympic_japan #tokyo2020 #パラリンピック #paralympics
"Saya takut (saat) bola mengarah kepada saya, dan itu berdampak pada raket," Kuneida menjelaskan.
Walau menyabet perunggu bersama Saida Satoshi, belum ada kesenangan lagi bagi Kunieda hingga Grand Slam Australia Open 2020.
"Saya memiliki banyak kenangan positif dari tiga gim lainnya, tetapi saya belum pernah menonton video dari Rio."
"Gambarannya begitu kuat hingga hati saya tenggelam bahkan saat hanya melihat foto sejak itu. Sungguh menyakitkan."
Baca Juga: Duel Anthony Joshua vs Kubrat Pulev Mundur Satu Bulan
Tapi, ingatannya pada yang terjadi di Rio, terus mengilhami Kunieda untuk berkembang sebagai seorang atlet.
"Anda dapat menghadapi tantangan baru dalam usia berapa pun. Saya memikirkan kembali posisi kursi roda saya, raket, dan lainnya."
"Saya juga mengambil risiko dengan mengubah teknik backhand yang menjadi penyebab sakit pada siku saya."
Kunieda kehilangan fungsi kedua kakinya setelah dokter mengangkat tumor dari tulang belakang saat berusia 9 tahun.
Baca Juga: Setelah Masters Tournament, Giliran PGA Championship yang Alami Penundaan
Selama ini, Kunieda selalu menulis pertandingan tenis kursi roda: "harus dilaporkan sebagai kompetisi yang sulit di halaman olahraga, bukan sebagai cerita yang meneguhkan."
Musim panas ini, suami dari Ai Kunieda itu seyognyanya akan menampilkan "drive ganas" tersebut dalam Olimpiade Tokyo 2020.
Dia berlatih dengan dua tujuan dalam pikiran, yakni memenangi medali emas lain (natch) dan "mengisi tribune untuk setiap pertandingan tunggal."
Sayang, pandemi virus corona menjadi ancaman besar untuk kelangsungan Olimpiade Tokyo yang dijadwalkan 24 Juli-9 Agustus 2020.