- Pembalap sepeda Mark Cavendish mengungkapkan dirinya sempat terpuruk dalam depresi.
- Gangguan mental itu dialaminya di tengah perjuangannya menghadapi virus Epstein-Barr.
- Kini pembalap 34 tahun itu berharap bisa balapan sepeda lagi bersama tim barunya, Bahrain McLaren.
SKOR.id - Pembalap sepeda Mark Cavendish mengungkapkan dirinya pernah terpuruk dalam depresi. Kini dia berjuang untuk memperbaiki kariernya.
Mark Cavendish pertama kali didiagnosis mengidap gangguan kejiwaan itu pada pertengahan 2018, di saat bersamaan ia sedang berjuang melawan virus Epstein-Barr.
"Bukan hanya kesehatan fisik saya yang jadi pukulan dalam karier saya selama beberapa tahun terakhir," kata Mark Cavendish kepada The Times pada hari Minggu (5/4/2020).
"Selama ini saya telah berjuang cukup keras melawan depresi. Saya didiagnosis menderita depresi klinis pada Agustus 201. Saya tidak minum obat apa pun. Tetapi saya menerima bantuan."
Dokter menyatakan Cavendish telah sepenuhnya terbebas dari belitan Epstein-Barr pada bulan April 2019.
Baca Juga: Tips Sembuh dari Covid-19 Menurut Fan Liverpool Asal Indonesia
Setelah pulih dari kedua penyakit itu, pembalap sepeda berusia 34 tahun tersebut ingin unjuk kemampuan dengan tim barunya Bahrain McLaren.
Pada kenyataannya Cavendish sangat sering dikritik lantaran prestasinya yang terus melorot dalam tiga tahun terakhir.
Padahal ia adalah juara dunia balap sepeda track nomor Madison bersama Bradley Wiggins pada tahun 2016.
Di tahun yang sama, Cavendish bahkan menjuarai empat etape di Tour de France. Setelah itu ia hanya memenangi satu event balap antara 2017-2019.
Sepanjang kariernya, suami Peta Todd itu telah meraih 146 kemenangan, termasuk 30 balapan di Tour de France.
Seharusnya tahun 2020 ini menjadi awal babak baru untuk Cavendish, yang terakhir meraih kemenangan profesional dengan tim lamanya, Dimension Data, di Dubai Tour pada Februari 2018.
Apa daya, pandemi virus corona memaksanya menghabiskan lebih banyak waktu di rumah bersama keluarganya. Toh dia berusaha tetap positif.
"Mungkin mudah bagi saya untuk tetap menjalani seluruh karier saya, hanya melihat anak-anak begitu mereka remaja," kata Cavendish
"Dalam situasi saat ini, bisa melakukan apa yang dilakukan ibu dan ayah, membuat saya bahagia, membuat saya sangat termotivasi, membuat saya tetap waras, kurasa."
Baca Juga: PBSI Tetap Gelar Pelatnas di Tengah Pandemi Corona
Perkara diliputi perasaan tak tahu kapan kembali balapan, Cavendish telah mengalaminya selama dua tahun. “Saya sudah terbiasa.”
Pindah ke Bahrain McLaren musim ini menyatukan lagi Cavendish dengan Rod Ellingworth, manajer tim barunya yang telah dikenalnya sejak di tim British Cycling.
Kombinasi Ellingworth-plus-McLaren adalah skenario impian bagi setiap penggemar olahraga motor seperti Cavendish.
"Ketika saya masih kecil, pikiran balapan untuk McLaren selalu muncul dalam benak saya," Cavendish mengakuinya.
Dan, dia melihat Ellingworth mewakili nilai-nilai McLaren.
"Saya kadang masih harus mengekang sikap fan-boy saya. Saya hanya sangat suka filosofi mereka, perhatian atas detail, dan orang-orangnya.”
Di mata Cavendish, Rod memiliki kemampuan luar biasa untuk memimpin orang dan memahami apa yang membuat mereka tergerak.
“Ada alasan tulus dari dia untuk membantu Anda. Saya pernah mengunjungi tempat-tempat di mana orang-orangnya berkata, 'Lompat,' hanya karena mereka bisa mengucapkannya."
Kali ini Ellingworth tampaknya akan jadi cahaya yang sekali lagi akan menuntun Cavendish untuk melewati tahap terakhir kariernya yang panjang dan sukses.