Sejarah Pasoepati, Suporter asal Solo yang Terbentuk dari Memori Kerusuhan 1998

Taufan Bara Mukti

Editor:

  • Presiden pertama Pasoepati, Mayor Haristanto, mengisahkan berdirinya kelompok suporter di Kota Solo ini.
  • Bermula dari kerumunan massa yang memadati stadion, Mayor Haristanto tergerak untuk membuat wadah berupa organisasi suporter.
  • Dalam perjalanannya, Pasoepati semakin digandrungi publik sepak bola setelah prestasi tim Pelita Solo.

SKOR.id - Pasoepati, kelompok suporter asal Solo, punya sejarah yang terbilang panjang dalam persepak bolaan Indonesia.

Pasoepati memang bukan suporter tertua di Indonesia, tapi keberadaannya menginspirasi kelompok pendukung lainnya.

Ketika awal berdiri pada 9 Februari 2000, Pasoepati merupakan kependekan dari Pasukan Suporter Pelita Sejati.

Sesuai namanya, kelompok ini hadir untuk memberikan dukungan kepada Pelita Jaya yang kemudian berubah nama menjadi Pelita Solo, setelah pindah dari Jakarta pada 2000.

Pemrakarsa sekaligus presiden pertama Pasoepati, Mayor Haristanto, mengisahkan awal mula terbentuknya komunitas dengan slogan "Edan Tapi Mapan" ini.

 

Mayor bercerita, ia bukan seseorang yang fanatik terhadap olahraga sepak bola. Pun bukan merupakan mantan pemain.

Namun Mayor melihat fenomena yang terjadi di Kota Solo dengan kehadiran Pelita, salah satu tim besar pada masanya.

Antusiasme pecinta sepak bola Kota Solo tumpah ruah menonton Pelita berlaga di Stadion Manahan kala itu.

Sebelum Pasoepati berdiri, suporter yang memadati Stadion Manahan masih bersifat kedaerahan dan berasal dari kampung-kampung di wilayah Solo.

"Hingga tiga pertandingan Liga Indonesia 2000 belum ada inisiatif untuk membentuk organisasi suporter, akhirnya saya memberanikan diri untuk mengirim surat pembaca ke Solopos pada 27 Januari 2000. Isinya mengajak bertemu pentolan suporter yang ada di Kota Solo," kata Mayor Haristanto kala berbincang dengan Skor.id, Senin (1/2/2021).

"Saya melihat ada potensi kerumunan massa yang kalau dibiarkan akan berbahaya. Karena ada teori mengatakan kerumunan massa rawan memicu konflik. Apalagi di Solo baru saja terjadi kerusuhan akibat reformasi 1998. Kami punya kenangan buruk soal kerusuhan itu," tutur Mayor.

Surat pembaca yang dikirimkan Mayor lewat media cetak tersebut mendapat respons positif.

Dua puluh pentolan suporter datang memenuhi undangan Mayor pada 9 Februari 2000 di sebuah rumah di Jl Kolonel Sugiyono Nomor 37, Nusukan, Solo, yang kelak menjadi Museum Titik Nol Pasoepati.

Dari hasil pertemuan tersebut terbentuklah Pasoepati dengan Mayor sebagai Koordinator Utama. Belum ada posisi presiden saat itu.

Pada awal terbentuknya Pasoepati, Mayor sempat ragu kelompok ini akan diminati oleh masyarakat Kota Solo. Namun keraguan Mayor akhirnya terpatahkan.

Momen kedatangan Pelita juga dirasa pas karena Kota Solo sempat vakum dua tahun dari gegap gempita sepak bola.

Pada 1998, tim kebanggaan warga Solo, Arseto, bubar karena krisis ekonomi dan reformasi. Sementara Persis Solo yang sudah berdiri sejak 1923 masih belum berbicara banyak di kancah persepak bolaan nasional.

Walhasil, Pelita sukses mengobati kerinduan suporter Solo akan ingar-bingar sepak bola di kasta tertinggi.

"Prestasi Pelita saat itu luar biasa, sembilan pertandingan tak terkalahkan. Hasilnya animo Pasoepati pun meningkat," kata Mayor.

Sebagai suporter yang baru terbentuk, Pasoepati berusaha menjalin kedekatan dengan kelompok lainnya.

Suporter tim yang datang ke Stadion Manahan Solo, selalu dibuatkan acara victory lap-berjalan mengelilingi lapangan dengan membentangkan spanduk-oleh Pasoepati.

Demikian pula ketika Pasoepati melawat ke luar kota, salam damai selalu dikumandangkan Mayor Haristanto dan kawan-kawan Pasoepati. Salah satu momen yang paling dikenang Mayor adalah tur bersejarah ke markas Persebaya Surabaya.

"Pada bulan April saat kami baru dua bulan terbentuk, kami berangkat ke Surabaya dengan mencarter kereta api. Mungkin itu rekor sampai sekarang, suporter bertandang dengan mencarter kereta. Saat itu 12 gerbong kami sewa, jumlah yang berangkat sekitar 5.000-an," ucap Mayor.

"Soalnya kalau pakai kereta komersil, jadwalnya tak bisa menyesuaikan. Berangkat malam dari Solo, sampai di Surabaya subuh lalu mau ngapain sambil nunggu pertandingan? Jadi kalau nyarter kan jamnya mengikuti waktu kami," tuturnya.

Tanpa bantuan dana dari pihak mana pun, Pasoepati mencarter kereta api ke Surabaya dengan dana pribadi yang dikumpulkan dari setiap orang yang berangkat.

Mayor menjelaskan, hubungan Pasoepati dan manajemen Pelita tak dekat-dekat amat. Sebagai suporter yang berdiri secara independen, Pasoepati berdiri di garis tengah untuk mendukung sekaligus memberi masukan untuk Pelita.

"Pasoepati dibikin bukan atas perintah. Kalau Pelita jelek ya kami kritik, kalau baik ya kami dukung. Saat itu Pelita juga seperti jaim (jaga image), sulit untuk disentuh. Saya saja jarang bertemu," ucapnya.

"Mungkin seperti itu ya strategi tim bertabur bintang, istilahnya jangan diobral begitu hehehe...," kata Mayor yang juga terlibat membidani kelahiran suporter PSM Makassar, The Maczman.

Pada lawatan Pelita Solo ke markas Persebaya Surabaya itu, Pasoepati melakukan aksi topo bisu (berdiam diri).

Hal itu disebabkan Pasoepati merasa kurang dihargai oleh Pelita. Ketika pemain Pelita mencetak gol, euforia justru diarahkan ke bench pemain. Padahal ribuan suporter yang datang jauh-jauh dari Solo setia mendukung di tribune stadion.

Pelita yang tak sepenuhnya bermarkas di Kota Solo juga membuat hubungan mereka dengan Pasoepati seolah berjarak.

Tim yang kala itu diperkuat mayoritas pemain timnas Indonesia tersebut hanya datang ke Solo untuk bertanding dan langsung kembali ke Jakarta sehari kemudian.

Soal koreografi, Pasoepati banyak terinspirasi dari Aremania, suporter Arema Malang. Saat Aremania bertandang ke Stadion Manahan, Pasoepati dibuat takjub dengan dukungan yang diberikan dari tribune stadion.

Sejak saat itulah Pasoepati mulai tergerak untuk memberikan dukungan dalam bentuk koreografi dan nyanyian.

Mayor resmi berubah jabatan dari koordinator utama menjadi presiden pertama Pasoepati melalui sebuah pertemuan serupa kongres pada November 2000. Lantas pada 2001, Mayor memutuskan untuk mundur dari posisinya sebagai Presiden Pasoepati.

Kebersamaan Pelita Solo dan Pasoepati pun tak berlangsung lama. Pada 2002 Pelita pindah markas lagi ke Purwakarta dan berubah menjadi Pelita Krakatau Steel.

Seiring berjalannya waktu, Pasoepati pun resmi kepanjangan menjadi Pasukan Suporter Solo Sejati yang dituangkan dalam AD/ART organisasi terbaru.

Ikuti juga InstagramFacebookYouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Skor Indonesia (@skorindonesia)

Berita Pasoepati Lainnya:

Inilah Presiden Pasoepati Periode 2021 - 2023

Pasoepati Warning Keras Manajemen Persis Solo, Efek Lambat Kinerja Klub

Pasoepati Kecewa Berat Persis Solo Pilih Mundur Jadi Host Liga 2 2020

RELATED STORIES

Izin Belum Turun, Ketua Umum PSSI Beri Penegasan ke Suporter

Izin Belum Turun, Ketua Umum PSSI Beri Penegasan ke Suporter

Rapat koordinasi yang dipimpin Menpora Zainudin Amali dengan dihadiri salah duanya dari PSSI dan Polri belum memutuskan apapun.

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

jakarta e-prix 2025

Automotive

Jakarta E-Prix 2025 Kembali Digelar, Pemprov DKI Siap Beri Dukungan Penuh

Sempat tertunda, gelaran ketiga Jakarta E-Prix akan hadir kembali di Jakarta International E-Prix Circuit, Ancol, pada 21 Juni 2025.

Teguh Kurniawan | 24 Apr, 20:17

Proliga 2025

Other Sports

Update Proliga 2025 Sektor Putri: Jadwal, Hasil, dan Klasemen

Rangkaian laga sektor putri Proliga 2025 bakal bergulir pada 3 Januari–10 Mei dengan melibatkan tujuh tim di babak reguler.

Doddy Wiratama | 24 Apr, 18:07

Proliga 2025

Other Sports

Update Proliga 2025 Sektor Putra: Jadwal, Hasil, dan Klasemen

Kompetisi sektor Proliga 2025 hanya akan diikuti oleh lima tim voli dan akan berlangsung pada 3 Januari–11 Mei mendatang.

Doddy Wiratama | 24 Apr, 17:35

al ghazali balap

Other Sports

Diperkuat Drifter Senior, Tim Balap Milik Al Ghazali Punya Ambisi Besar

Al Ghazali, bersama tim miliknya, Seven Speed Motorsport, akan kembali meramaikan kancah balap sepanjang 2025.

Teguh Kurniawan | 24 Apr, 16:48

Kompetisi sepak bola kasta keempat di Indonesia, Liga 4. (Deni Sulaeman/Skor.id)

National

Update Daftar Tim yang Lolos Babak 32 Besar Putaran Nasional Liga 4 2024-2025

Daftar tim akan diperbaharui seiring berjalannya babak 64 besar putaran nasional Liga 4 2024-2025.

Taufani Rahmanda | 24 Apr, 16:10

Turnamen Mobile Legends, MPL Indonesia. (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id)

Esports

Jadwal Pekan Kelima MPL ID Season 15, Dilema Anavel

Pekan kelima MPL ID Season 15 akan berlangsung 25 hingga 27 April 2025.

Gangga Basudewa | 24 Apr, 15:28

piala sudirman 2025 - indonesia

Badminton

Berangkat ke Cina, Tim Indonesia Ingin Segera Matangkan Persiapan Piala Sudirman 2025

Tim bulu tangkis Indonesia sudah terbang menuju Xiamen, Cina, Kamis (24/4/2025), untuk bertarung di Piala Sudirman 2025.

Teguh Kurniawan | 24 Apr, 15:20

Liga 4 Nasional atau Liga 4 putaran nasional. (Deni Sulaeman/Skor.id)

National

Putaran Nasional Liga 4 2024-2025: Jadwal, Hasil, dan Klasemen

Berikut jadwal, hasil, dan klasemen putaran nasional Liga 4 2024-2025.

Rais Adnan | 24 Apr, 15:06

Futsal Nation Cup, titel untuk Piala Futsal Indonesia atau turnamen pendamping kompetisi utama. (Yusuf/Skor.id)

Futsal

Rekap Hasil Futsal Nation Cup 2025: Cosmo JNE Menang Penalti, Black Steel Kalah Telak

Tiga pertandingan perempat final pada Kamis (24/4/2025); Unggul FC vs Cosmo JNE, BTS vs Sadakata, Black Steel vs Pangsuma FC.

Taufani Rahmanda | 24 Apr, 14:34

Roster Bigetron Esports berambut merah di pekan keempat MPL ID Season 15. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Esports

Alasan di Balik Rambut Merah Skuad Bigetron Esports

Bigetron Esports kompak mengecat rambut mereka di pekan keempat MPL ID Season 15.

Gangga Basudewa | 24 Apr, 14:16

Load More Articles