- Hari ini 29 tahun yang lalu timnas Indonesia meraih medali emas pada ajang SEA Games di Manila, Filipina, 1991.
- Maman Suryaman menceritakan bagaimana timnas Indonesia berjuang keras mengharumkan bangsa Indonesia kala itu.
- Timnas Indonesia di SEA Games 1991 mengalahkan favorit juara saat itu, timnas Thailand.
SKOR.id - Hari ini tepat 29 tahun yang lalu timnas Indonesia meraih prestasi mayor terakhir.
Timnas Indonesia berhasil meraih medali emas cabang sepak bola dalam ajang multievent SEA Games, Manila, Filipina, pada 1991.
Pada partai final, Maman Suryaman dan kawan-kawan menunjukkan ketangguhannya atas lawan kuat, Thailand, melalui drama adu penalti.
Banyak cerita menarik di balik kesuksesan tim asuhan Anatoli Fyodorich Polosin tersebut kala itu.
Mulai dari latihan keras ala militer pada masa persiapan, diragukan banyak pihak, hingga dugaan doping yang dialamatkan kepada pasukan Garuda.
Namun perjuangan para pemain tidaklah diraih dengan mudah. Butuh perjuangan ekstrakeras dan mental tangguh wajib dimiliki oleh setiap pemain.
Bagaimana tidak, Polosin membentuk para pemain timnas ibarat prajurit yang hendak bertempur di medan peperangan. Latihan fisik menjadi menu sehari-hari.
Berlatih dengan menanjaki gunung di daerah Cimahi dengan jarak 5-7 kilometer pernah dilalui.
Tak sedikit pemain yang kewalahan dan akhirnya kabur dari pemusatan latihan. Tapi pada akhirnya, setiap tetes keringat dari pemain berbuah hasil manis.
"Merinding juga ini kalau ingat masa lalu. Justru di awal persiapan itu latihannya kan super gila kalau bisa dibilang. Saya pernah berpikir, kami ini atlet cabang atletik atau sepak bola, latihnya fisik terus," Maman Suryaman membuka cerita.
Namun menurut Maman, selalu ada hikmah di balik usaha keras yang dilakukan. Kekuatan secara fisik mampu menutupi segala kekurangan yang ada di dalam tim terutama masalah teknik yang kala itu Thailand satu tingkat di atas timnas Indonesia.
Maman pun hingga detik ini mengaku masih terngiang soal kegagalannya dalam mengeksekusi penalti.
Maman didaulat menjadi penendang kedua setelah Ferril Raymond Hatu dalam drama adu penalti. Sayangnya, eksekusi Maman berhasil dimentahkan penjaga gawang Thailand.
Sementara tiga penendang pertama Thailand sukses menjalankan tugasnya. Maman pun lemas seketika, sampai kiper timnas Edy Harto menjadi pahlawan dengan menghalau tiga penendang terakhir Thailand.
"Padahal di setiap pertandingan internal, uji coba, saya dua besar sebagai penendang di timnas. Jadi kalau ada uji coba, antara saya dan Ferril Hatu yang dipilih sebagai spesialis," kata Maman.
"Tapi enggak tahu mengapa itu saya bisa gagal di final. Bolanya sudah ke pojok padahal, cuma memang kipernya mengantisipasinya tepat terbang jauh ketepis. Setelah itu langsung saya runtuh, berpikir, aduh masa iya timnas kalah karena saya enggak masuk penalti, habis ini nama saya," ia mengisahkan.
Tidak sampai di situ, kesuksesan timnas merengkuh medali emas kedua SEA Games setelah 1987 di Jakarta, juga sempat diterpa isu kecurangan.
Setelah final melawan Thailand, Maman mengatakan bahwa setidaknya tiga sampai empat pemain secara acak diminta untuk tes doping oleh panitia.
Maman sendiri tidak tahu pasti apakah tes tersebut atas permintaan tim lawan karena merasa curiga atau aturan yang memang telah ditetapkan.
"Hasilnya negatif, toh memang tidak ada yang doping. Kelihatan memang mainnya seperti harimau lapar mungkin dicurigai atau memang sudah regulasinya saya kurang paham waktu itu," kata Maman.
"Mungkin kaget kali itu panitia karena kita pake polanya 'buser' (buru sergap). Kami bermain saat itu memang motivasinya bukan cuma emas sepak bola tapi juga juara umum SEA Games," ia menambahkan.
Indonesia memang wajib meraih satu emas tambahan jika ingin keluar sebagai juara umum.
Cabang sepak bola menjadi harapan karena hingga hari terakhir, Indonesia bersaing ketat dengan tuan rumah Filipina dalam perolehan emas.
Posisi Indonesia dan Filipina mengumpulkan jumlah emas yang sama sebelum final cabang sepak bola.
Maman menceritakan, selain dari PSSI, dukungan mengalir dari para pejabat pemerintah dan juga atlet-atlet dari cabang olahraga lainnya.
Sementara itu, Widodo Cahyono Putro yang menjadi salah satu pemain muda di timnas SEA Games 1991, mengenang laga final di Rizal Memorial Stadium itu menjadi salah satu yang terbaik dalam kariernya.
Sama seperti Maman, Widodo juga gagal menjalankan tugas penalti yang diembannya.
Namun kebersamaan dan tekad kuat dari semua pemain membuat tim tangguh dari segi mentalitas.
"Saat itu memang banyak yang meragukan kami. Bahkan orang-orang di Indonesia sendiri. Mungkin karena hasil-hasil dari uji coba yang kurang bagus," kata Widodo.
Ya, lantaran lebih banyak latihan fisik, timnas Indonesia memang lebih sering meraih hasil kurang bagus saat uji coba.
Timnas Indonesia kala itu bahkan kalah dari klub internal Persib, UNI Bandung, seperti dikisahkan Maman Suryaman.
"Tim saat itu sangat kondusif semua saling percaya satu sama lain. Menyatukan persepsi itu yang membuat kami sampai ke final," Widodo memungkasi.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita Timnas Indonesia Lainnya:
Menpora: Pemain Garuda Select III Tulang Punggung Timnas Indonesia di Masa Depan
Ambisi Besar Penjegal Timnas Indonesia di Final Piala AFF 2010 untuk Brunei
Pesaing Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Kembali Depak Pelatih