SKOR.id – Yann Sommer resmi bergabung dengan Inter Milan pada Senin (7/8/2023) malam lalu. Inter harus menyerahkan 6 juta euro kepada Bayern Munchen untuk mendapatkan kiper interasional Swiss yang sudah 83 kali membela negaranya itu.
Dengan kedatangan sang kiper di Nerazzurri, daftar pemain yang pindah di poros Munchen-Inter semakin panjang. Sebelum Sommer, dua orang Swiss lainnya telah melakukan perjalanan yang sama: Ciriaco Sforza dan Xherdan Shaqiri.
Berikut sejumlah pemain Die Bayern yang pindah ke Nerazzurri – atau sebaliknya, dari Inter ke Munchen – sebelum Yann Sommer. Beberapa di antaranya adalah legenda, termasuk dua pemain peraih Ballon d'Or:
1) Karl-Heinz Rummenigge
Sukses di dalam dan di luar lapangan di Munchen, mantan CEO Bayern Karl-Heinz Rummenigge bermain untuk Inter antara tahun 1984 dan 1987, setelah memperkuat Die Bayern pada 1974 sampai 1984.
Salah satu pemain terbaik di generasinya, penyerang yang cepat dan serba bisa ini dua kali memenangi Piala Eropa (kini Liga Champions), Bundesliga, dan Piala DFB (DFB Pokal) selama dekade di Bayern.
Dia juga finis sebagai pencetak gol terbanyak di Jerman tiga kali, dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Eropa (sebelum 2007, Ballon d’Or dikenal dengan European Footballer of the Year) pada 1980 dan 1981 dan memenangi UEFA Euro 1980 bersama Jerman Barat.
Setelah mencetak 162 gol dalam 310 pertandingan liga untuk Bayern, Rummenigge pindah ke Italia tak lama sebelum ulang tahunnya yang ke-29. Dia berhasil mencetak 42 gol dalam 107 pertandingan bersama Inter.
Namun saat di Milan – ketika menjadi runner-up di Piala Dunia 1986 bersama Jerman Barat – terhalang oleh cedera. Dia tidak memenangkan trofi di Italia dan menyelesaikan karier bermainnya dengan klub Swiss, Servette.
Mantan kapten Jerman Barat itu kemudian kembali ke Bayern sebagai wakil presiden pada 1991, dan klub tersebut memenangi 14 gelar Bundesliga – di antara sejumlah trofi lainnya – setelah ia diangkat menjadi CEO pada 2002.
2) Lothar Matthaus
Matthaus adalah ikon Jerman lainnya yang menikmati dua periode sukses di Bayern. Gelandang tengah yang dinamis ini bergabung dari Borussia Monchengladbach pada tahun 1984, memenangi tiga gelar liga dan satu Piala DFB sebelum Inter membelinya dan rekan setimnya di Bayern Andreas Brehme pada Juli 1988.
Bekerja di bawah pelatih Bayern masa depan Giovanni Trapattoni, Inter menjadi juara Italia pada tahun 1989. Setahun kemudian, beberapa bulan sebelum reunifikasi Jerman, Matthaus menjadi kampiun Piala Dunia 1990 di Italia. Ia mencetak empat gol di sepanjang turnamen dan menjadi kapten tim untuk meraih kejayaan.
Matthaus kemudian merebut Ballon d’Or 1990 dan Pemain Terbaik Dunia FIFA perdana pada 1991, usai mencetak 23 gol di semua kompetisi untuk Inter pada musim 1990-1991. Salah satunya datang dari titik penalti di leg pertama kemenangan di final Piala UEFA (kini Europa League) atas AS Roma.
Gelandang elegan dengan 150 caps untuk negaranya itu kembali ke Bayern pada tahun 1992. Dia menunjukkan tekad untuk tetap menjadi sweeper kelas atas meskipun cedera serius. Pada tahun 1999 – pada usia 38 tahun – Matthaus dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Jerman untuk kedua kalinya.
Tugas keduanya di Bayern yang berakhir pada tahun 2000, menghasilkan empat gelar Bundesliga, dua Piala DFB, dan Piala UEFA 1995-1996. Total dia mencetak 100 gol dalam 410 penampilan untuk Bayern, serta 53 gol dalam 154 pertandingan untuk Inter.
3) Jurgen Klinsmann
Klinsmann pertama kali mengukir namanya di VfB Stuttgart – salah satunya lewat tendangan salto brilian melawan Bayern yang membantunya menjadi pencetak gol terbanyak Liga Jerman 1987-1988 – sebelum bergabung dengan Matthaus dan bek kiri Brehme di Inter pada 1989.
Ia mencetak 13 gol liga di musim pertamanya di Italia sebelum mencetak tiga gol dalam perjalanan untuk memenangi Piala Dunia 1990.
Bersama dengan dua rekan setimnya di Jerman, Klinsmann menjadi starter di kedua leg penentuan Piala UEFA 1991 saat Inter mengalahkan Roma 2-1 secara agregat. Ia mencetak 40 gol dalam 123 pertandingan untuk Inter.
Pria yang pernah melatih timnas Jerman dan Amerika Serikat itu kemudian meninggalkan Inter pada 1992 dan menghabiskan waktu dengan Monaco dan Tottenham Hotspur sebelum kembali ke Jerman bersama Bayern pada tahun 1995.
Dia memuncaki daftar pencetak gol Liga Jerman selama dua musim beruntun di Munchen, dengan total mencetak 31 gol dalam 65 penampilan bersama Die Bayern di semua ajang.
Pada 1995-1996 Klinsmann mencetak rekor 15 gol dalam 12 pertandingan di Piala UEFA (bertahan sampai 2011), termasuk satu gol di final saat Bayern mengalahkan Bordeaux yang diperkuat Zinedine Zidane.
Klinsmann kemudian menjadi kapten Jerman saat merebut trofi UEFA Euro 1996, dan pada musim berikutnya dia mencatatkan 15 gol liga dan 10 assist untuk memenangi satu-satunya gelar Bundesliga sepanjang kariernya.
Klinsmann meninggalkan Bayern pada 1997 dan segera pensiun. Namun, ia kembali sebagai pelatih, dua tahun setelah memimpin Jerman ke semifinal Piala Dunia 2006 di kandang sendiri. Dia meninggalkan Munchen sesaat sebelum akhir musim 2008-2009.
4) Andreas “Andy” Brehme
Andreas Brehme, salah satu dari tiga pemain Jerman yang memperkuat Inter pada akhir 1980-an (tepatnya datang ke Milan pada 1988), juga datang dari Bayern, tepat setelah timnya kalah di final Piala Champions melawan FC Porto pada 1987.
Bersama Klinsmann dan Matthaus, Brehme membentuk trio legendaris Jerman di Inter. Bersama Nerazzurri, Brehme memenangi Serie A 1988–1989, Supercoppa Italiana 1989, dan UEFA Cup 1990–1991.
Brehme adalah pencetak satu-satunya gol Jerman lewat titik putih di final Piala Dunia 1990 melawan juara bertahan Argentina yang diperkuat oleh Diego Maradona.
5) Ciriaco Sforza
Ciriaco Sforza adalah pemain asal Swiss pertama yang pindah dari Bayern Munchen ke Inter. Mencuat bersama 1. FC Kaiserslautern antara 1993-1995, sang gelandang serang lalu ditarik Munchen pada 1995, dan ikut membantu klub tersebut memenangi UEFA Cup 1995–1996.
Sforza lalu direkrut Inter pada 1996 atas peran mantan pelatih Swiss yang kala itu menangani Inter, Roy Hodgson. Hodgson berencana menjadikan Sforza playmaker namun sang pemain kurang konsisten.
Karena sering menjadi cadangan Sforza pun hanya semusim di Inter dengan hasil terbaik runner-up UEFA Cup 1996–1997.
Sforza kemudian kembali ke Kaiserslautern antara 1997 sampai 2000 untuk kemudian bergabung kembali ke Munchen pada 2000. Ia merupakan bagian dari tim Bayern yang merebut gelar Liga Jerman dan Liga Champions pada musim 2000-2001.
Dua musim di Munchen, Ciriaco Sforza kembali lagi ke Kaiserslautern pada 2002 hingga gantung sepatu pada 2006.
6) Lucio
Bek tengah bernama lengkap Lucimar Ferreira da Silva ini didatangkan Bayer Leverkusen langsung dari Internacional, klub negara asalnya Brasil, pada Januari 2001.
Lucio kemudian direkrut Bayern Munchen dan memperkuat klub tersebut selama lima musim antara 2001 sampai 2004 dengan merebut masing-masing tiga gelar Liga Jerman dan DFB Pokal (Piala Jerman) pada 2004–2005, 2005–2006, dan 2007–2008.
Dikenal sebagai salah satu pemain bertahan terbaik di generasinya, Lucio lantas pindah ke Inter mulai musim 2009-2010. Pada musim perdananya di Inter itu pula Lucio berperan besar membantu klub merebut treble: Liga Italia, Liga Champions, dan Coppa Italia.
Tiga musim di Inter, Lucio lalu pindah ke Juventus (2012-2013) lantas pulang ke Brasil memperkuat Sao Paulo (2013) dan Palmeiras (2014), lalu klub India Goa (2015, 2016), lantas kembali ke Brasil bersama Gama (2018) dan klub Serie D Brasiliense (2018, 2019) hingga gantung sepatu.
7) Xherdan Shaqiri
Dibesarkan sejak levol junior oleh klub negaranya FC Basel (2007-2012), Xherdan Shaqiri bisa dibilang menjadi pemain asal Swiss tersukses di Bayern Munchen hingga saat ini.
Memperkuat Munchen antara 2012 sampai 2015, Shaqiri total merebut sembilan gelar, di antaranya tiga Liga Jerman (2012–2013, 2013–2014, 2014–2015), dua Piala Jerman (2012–2013, 2013–2014), dan satu Liga Champions (2012–2013).
Winger kelahiran Gnjilane, Serbia (kini Gjilan, Kosovo) berusia 31 tahun itu lantas pindah ke Inter pada 9 Januari 2015. Namun, gaya bermainnya tidak cocok dengan sepak bola Italia.
Setelah hanya 15 kali (1 gol) turun di Liga Italia dari total 20 penampilan (3) di semua ajang musim 2014-2015, Shaqiri pun meninggalkan Inter pada Agustus 2015 untuk bergabung ke Stoke City di Liga Inggris.
Penampilan impresif membuat Liverpool menarik Xherdan Shaqiri pada Juli 2018 untuk kemudian pindah ke Lyon di Liga Prancis pada Agustus 2021 dan bergabung dengan klub Major League Soccer (MLS) di Amerika Serikat bersama Chicago Fire FC sejak 9 Februari 2022.