SKOR.id - Kabar duka datang dari persepakbolaan Indonesia, setelah eks bek Barito Putera dan Semen Padang, Cassio Francisco de Jesus (Cassio de Jesus), diumumkan telah wafat.
Hal itu diumumkan melalui akun Instagram pribadinya @cassiof89, Rabu (5/3/2025). Diketahui, pemain yang pernah memperkuat Timnas U-20 Brasil itu meninggal dunia pada 4 Maret 2025, di usianya yang ke-35 tahun.
Tentunya, ini menjadi kabar yang mengejutkan. Hal yang menyebabkan Cassio de Jesus meninggal dunia di usia yang relatif masih muda diketahui dalam unggahan ucapan duka cita yang dituliskan Barito Putera di akun Instagram mereka.
“Keluarga besar PS Barito Putera turut berduka citas atas kepergian salah satu bek terbaik Laskar Antasari, Cassio Francisco de Jesus,” tulis Barito Putera.
“Kepergiannya disebabkan penyakit Anemia Aplastik yang dideritanya beberapa tahun terakhir. Beristirahatlah dengan damai, Cassio!" tambahnya.
Lantas, apa itu penyakit anemia aplastik? Berikut penjelasannya:
Anemia Aplastik (AA) adalah kondisi hematologi yang parah di mana tubuh gagal memproduksi sel darah dalam jumlah yang cukup. Sel darah diproduksi di sumsum tulang oleh sel induk yang berada di sana. Anemia aplastik menyebabkan kekurangan semua jenis sel darah, yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Gejala Anemia Aplastik
Kekurangan sel darah merah dapat menyebabkan kelelahan, kulit pucat, memar parah, dan denyut jantung cepat.
Kadar trombosit yang rendah dikaitkan dengan peningkatan risiko perdarahan, memar, dan petechiae (bintik merah pada kulit), karena darah mengalami kesulitan dalam proses pembekuan. Selain itu, rendahnya jumlah sel darah putih meningkatkan risiko infeksi.
Penyebab dan Faktor Risiko
Anemia aplastik paling sering terjadi pada remaja dan usia 20-an, tetapi juga sering dialami oleh lansia. Penyebabnya bisa meliputi penyakit autoimun, paparan bahan kimia beracun, efek samping obat-obatan tertentu, dan paparan radiasi.
Namun, pada sekitar 50% kasus, penyebab pastinya tidak diketahui.
Diagnosis
Anemia aplastik dapat didiagnosis secara pasti melalui biopsi sumsum tulang. Sumsum tulang normal mengandung sekitar 30-70% sel induk darah, tetapi pada penderita anemia aplastik, sebagian besar sel ini hilang dan digantikan oleh jaringan lemak.
Pengobatan
Pengobatan lini pertama untuk anemia aplastik biasanya melibatkan obat imunosupresif, seperti anti-limfosit globulin atau anti-timosit globulin, serta kombinasi dengan kortikosteroid, kemoterapi, dan ciclosporin.
Selain itu, transplantasi sel induk hematopoietik dapat dilakukan, terutama bagi pasien di bawah usia 30 tahun yang memiliki pendonor sumsum tulang yang cocok.