- Ryan Thacher adalah mantan petenis profesional asal Amerika Serikat yang pernah menyandang status atlet junior kelas dunia.
- Kini, Ryan Thacher adalah seorang dokter yang bertugas sebagai dokter bedah ortopedi di rumah sakit khusus di Manhattan, New York, Amerika Serikat.
- Namun, wabah Covid-19 membuat Ryan Thacher harus bekerja selama 12 jam sehari di ICU.
SKOR.id – Bertahun-tahun lalu, Ryan Thacher pernah merasa begitu yakin bakal menjadi petenis profesional yang sukses. Kini, ia bertarung dalam perang melawan Covid-19.
Ryan Thacher, kini 30 tahun, adalah mantan petenis Amerika Serikat (AS) yang memainkan turnamen professional pertamanya dalam usia 14 tahun, dan tur profesional pada usia 17.
Berita Tenis Lainnya: The Big Three Masih Akan Dominan, Ini Penyebabnya
Ryan Thacher meraih prestasi terbaiknya dengan menempati peringkat ke-974 di tunggal putra dan ke-528 di ganda putra.
Melihat kariernya tidak melangkah kemana-mana, Ryan Thacher memilih jalan lain. Ia mengejar gelar sebagai tenaga medis profesional.
Sekarang, Ryan Thacher adalah dokter residen bedah ortopedi tahun pertama di Rumah Sakit untuk Bedah Khusus (HSS) di Manhattan, New York, Amerika Serikat.
Baru-baru ini, dokter warga asli kota California itu mengingat kembali perjalanannya meraih mimpi di sirkuit tenis profesional pada situs ATP Tour.
“Saya merasa seperti memiliki karier yang sangat sukses sebagai pemain tenis,” ujar Thacher kepada ATP Tour, mengawali kisahnya.
“Banyak momen dan turnamen yang bisa saya kenang kembali dengan rasa sayang karena saya senang dengan semua yang telah saya capai."
Ya, Ryan Thacher bahagia dengan apa yang telah dia capai.
“Saya merasa puas dengan pekerjaan yang saya lakukan dan bersemangat untuk masa depan. Saya pikir itu tentang sebanyak apa yang bisa kita dapat dalam hidup."
Sebelumnya sebagian besar pekerjaan di HSS adalah operasi elektif – tindakan bedah yang dilakukan untuk pasien yang tidak dalam kondisi gawat darurat, dan terjadwal dengan persiapan.
Pandemi virus corona mengubah semua prosedur dan protokol medis di rumah sakit itu, termasuk peran dan tugas Thacher di dalamnya.
Untuk sementara waktu, Thacher harus menunda pelatihan bedahnya untuk membantu memerangi penyebaran Covid-19.
Please join us in thanking all of those doing life-saving work in the health care field. This includes Ryan Thacher '12, who is helping NYC combat the COVID-19 crisis. Thank you, Ryan, for the work you are doing - we echo your call to send gratitude to others on the front lines. pic.twitter.com/J6f1CWfjn9— Stanford Men's Tennis (@StanfordTennis) April 10, 2020
HSS juga mengubah ruang-ruang operasi menjadi Unit Perawatan Intensif (ICU) untuk mengakomodasi pasien Covid-19 yang dirujuk ke tempat mereka.
Alih-alih membantu melakukan operasi ortopedi, Thacher kini bekerja 12 jam sehari di ICU.
“Sebagai residen bedah ortopedi, ketika wabah inn.i terjadi, awalnya kami sedikit tidak yakin dengan peran apa yang akan kami mainkan.”
“Banyak dari kami, termasuk saya, sebenarnya senang ditempatkan di suatu posisi, di mana kami dapat bermanfaat bagi anggota tim medis lain,” kata Thacher.
Thacher bersyukur dia dan keluarganya tetap sehat, mengatakan, "Saya hampir merasa bersalah tentang hal itu, agak aneh memang."
Setiap hari, ia mengukur suhu pasien menggunakan termometer yang disediakan oleh rumah sakit.
Berita Tenis Lainnya: Rafael Nadal Beberkan Rahasia untuk Jadi Petenis Sukses
Sejauh ini, Thacher mengaku belum bicara dengan banyak orang di luar keluarganya tentang pengalamannya tersebut.
“Saya pikir, penting untuk memahami dan menghargai pengaruh dari setiap nyawa yang hilang sebagai akibat dari pandemi ini,” kata Thacher.
"Sangatlah mudah untuk terjebak dalam isu statistik yang membuat semua justru melupakan bagian humani dari krisis ini.”
Yang jelas, banyak orang yang berterima kasih atas kerja yang dilakukan Thacher.
Termasuk dukungan dunia dari tenis, mengingat dia adalah mantan atlet tenis junior kelas dunia yang meraih posisi di FedEx ATP Rangking.
Thacher hanya tertawa mengingatnya.
Salah satu pengalamannya adalah ketika bertanding melawan petenis Jepang, Kei Nishikori, dalam Tour ATP Los Angeles. Nishikori menang 6-1, 6-4.
Tapi, momen berlatih bersama mantan petenis nomor satu dunia, John McEnroe di Flushing Meadows paling membekas dalam ingatan Thacher.
“Itu pengalaman yang sangat keren. Ia masih memukul bola dengan sangat bersih,” kata Thacher.
"Untuk pemain yang lebih muda, itu pengalaman luar biasa."
Ternyata, saat itu pun Thacher telah menyiapkan rencana masa depannya: ia ingin menjadi dokter.
Setelah lulus, dia sempat menjajal peluang terakhir di ajang ATP Tour. Tetapi, pada akhirnya dia memilih masuk sekolah kedokteran.
Itu tidak mengejutkan rekan-rekannya, termasuk rekan senegaranya Steve Johnson.
"Ryan selalu menjadi anak yang paling atletis dan mungkin yang paling cerdas juga," kata Steve Johnson.
"Ketika dia memilih Stanford, saya pribadi pun merasa tenis bukan tujuan utamanya, dan ada sesuatu yang mendorongnya keluar, ke hal-hal yang lebih besar dan lebih baik."
Berita Tenis Lainnya: Juli 2020, Asosiasi Tenis Inggris Raya Gulirkan Empat Turnamen
Thacher pindah ke New York saat menerima tawaran sebagai asisten peneliti, dan kemudian melanjutkan studinya ke Vagelos College of Physicians and Surgeons.
Meskipun ia tidak lagi di Tour, ia mendapat dukungan dari para pemain yang tumbuh bersama dengannya.
"Ryan selalu menjadi seseorang yang akan ada untuk Anda, yang selalu membantu jika dia bisa,” kata Steve Johnson.
Ryan Thacher menghabiskan empat tahun di sekolah kedokteran, mempersiapkan dirinya untuk hidup sebagai dokter sebelum memulai residensinya pada Juni 2019.
Dia percaya latar belakang tenisnya membantunya sebagai dokter.
“Saya pikir setiap pertandingan yang Anda mainkan, Anda selalu berurusan dengan kesulitan tertentu. Tidak ada yang terasa sempurna.”
“Pembelajaran yang saya dapatkan dari tenis adalah cara menghadapi situasi-situasi seperti sekarang, telah memberi saya kemajuan terbaik dalam karier saya saat ini.”
Thacher menyebut banyak contoh ketika dirinya tidak pernah benar-benar tahu apa yang akan dia dapatkan ketika berjalan ke kamar pasien.
Namun, apakah itu di garis depan memerangi virus corona atau melakukan operasi ortopedi, selalu ada tekanan signifikan pada Thacher.
Berita Tenis Lainnya: ATP Serius Perhatikan Masalah Kesehatan Mental Petenis
“Sebagai mantan atlet yang kini bekerja di bidang medis, sekarang Anda merasakan tekanan untuk melakukan yang terbaik untuk pasien Anda,” kata Ryan Thacher.
"Setelah sering mengalami hal-hal itu di masa lalu, saya pikir Anda sudah siap untuk menangani emosi dan perasaan yang Anda miliki ketika berada di ruang operasi," ujar Ryan Thacher.