SKOR.id – Dua puluh lima tahun setelah menjadi pria paling populer di planet Bumi berkat Livin' la vida loca, lagu resmi Piala Dunia 1998 yang dibawakannya, Ricky Martin bicara secara terbuka saat diwawancara GQ.
Ia bicara tentang menjadi seorang ayah, soal ketenarannya di awal karier, partisipasinya saat pelantikan Presiden Amerika Serikat George W. Bush pada 2001, soal homosksualitas pada era 1990-an, dan lain-lain.
Menyoal hubungannya dengan ketenaran di tahun-tahun awalnya, Martin menjelaskan kepada GQ bahwa: “Ketenaran, uang, gadis-gadis berteriak, saya sangat menyukai semua itu. Saya beralih dari hidup di dunia yang begitu kecil—rumah saya hanya satu blok jauhnya dari sekolah saya—tiba-tiba tampil di panggung di depan 200 ribu orang.”
Lebih jauh pria kelahiran San Juan, Puerto Riko, 24 Desember 1971 itu menambahkan, dirinya saat ini bukanlah Ricky Martin yang dulu sangat dikenal di Los Angeles, Miami, New York, Chicago, Dallas, dan lain-lain.
Namun di Amerika Tengah, ia masih sangat dikenal. Jika Anda pergi ke kota-kota kecil di Amerika Tengah, penduduk di sana masih mengenal Ricky Martin.
Ketika 25 tahun telah berlalu sejak dirilisnya Livin' la vida loca, Martin mengakui bahwa sangat sulit untuk mengulangi hal seperti itu. Ada semacam kekuatan yang unggul dan menginspirasi. Dia tahu apa yang dia inginkan, dan dia menginginkan publik Amerika.
“Kekuatan pinggulnya, kan? Celana kulit itu, kawan. Itu mengeluarkan sesuatu testosteron yang menghasilkan fantasi. Saya tidak tahu apa itu,” ucap Martin.
Tentang partisipasinya dalam pelantikan George W. Bush sebagai Presiden AS pada tahun 2001, Martin menyebut itu bukan masalah politik.
“Saya pikir, saat itu jadi kesempatan besar untuk mewakili komunitas Latin saya. 100 sampul media pada hari berikutnya menjadi bukti yang sangat kuat,” katanya.
“Ketika perang Irak datang, saya berkata pada diri sendiri: Apa yang terjadi? Orang-orang bertanya kepada saya: Apakah Anda menyesalinya? Maukah Anda melakukannya hari ini? Tentu tidak.”
Homoseksualitas di Era 1990-an
“Saat saya menggoyang pinggul, ada banyak ekspektasi pada saya dan itu membuat saya takut,” tutur Ricky Martin.
Sebelumnya, Martin menjalin hubungan dengan seorang pria dan tahu bahwa dia sendiri dipanggil untuk hal-hal besar.
“Kami berusia 20-an tahun saat itu. Saya bilang padanya, ‘Ayo tinggalkan semuanya. Ayo pindah ke Eropa dan berbahagia. Saya tidak peduli dengan semua ini’,” ujar Martin.
“Ia pun berkata, ‘Takdirmu sudah jelas. Saya bisa melihat masa depanmu. Saya mencintaimu, tapi kita tidak bisa melakukan itu’.
“Setiap kali saya melihat seorang remaja keluar dari lemari, saya berpikir ia sangat beruntung karena tidak perlu menghadapi hal ini lagi,” katanya.
Masih teringat di benak Martin bagaimana ia meminta keluarganya merahasiakan (soal dirinya gay) ini. “Saya yang melibatkan mereka dalam hal ini,” tutur Martin dengan mata berkaca-kaca.
“Saya tidak ingin merasa bersalah atau malu. Karena jika Anda tidak berada di tempat saya, Anda tidak akan tahu apa yang saya alami,” katanya.
Pada akhirnya, setelah kelahiran anak pertamanya, Martin menyadari bahwa dia tidak bisa berpura-pura. Dia memposting surat di situsnya pada tahun 2010.
“Saya bangga mengatakan bahwa saya adalah pria gay yang beruntung. Perasaan yang luar biasa. Bisakah Anda keluar dari lemari dua atau tiga kali?” ujarnya.
“Saya berharap bisa melakukannya lebih cepat. Kemarin selamanya berada di luar kendali kita. Tidak ada yang bisa dilakukan dengan apa yang telah kita alami,” kata Martin tentang pengakuannya.
Martin memiliki empat anak, kembar yang lahir pada tahun 2008 saat ia masih lajang, dan seorang putri serta seorang putra yang lahir pada tahun 2018 dan 2019 yang ia bagikan dengan seniman visual Jwan Yosef, yang telah dinikahinya selama enam tahun.
“Anak saya banyak berbicara tentang tur itu. Dia seperti, ‘Pitbull bilang dia adalah Mr. Worldwide. Ayah saya adalah Mr. Worldwide,” katanya.
Ricky Martin mengakui dirinya adalah seorang ayah yang aktif. Dia mengajak anak-anaknya berlatih bisbol dan membuatkan mereka nugget ayam untuk makan malam.