- Ratu Tisha merupakan perempuan yang begitu terobsesi dengan sepak bola.
- Hal itu ia tunjukkan sejak masih berada di bangku sekolah hingga akhirnya menjadi Sekjen PSSI.
- Tisha juga mengungkapkan dalam ucapan perpisahannya bahwa seluruh hatinya hanya berisi sepak bola.
SKOR.id - Ratu Tisha Destria mencintai sepak bola jauh sebelum dirinya terjun menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI.
Ratu Tisha Destria mengumumkan pengunduran diri sebagai Sekjen PSSI pada Senin (13/4/2020).
Lewat unggahan di akun Instagram pribadinya, Ratu Tisha menyampaikan kabar tersebut kepada khalayak.
Baca Juga: Borneo FC Pasrah Jika Liga 1 2020 Tidak Bisa Dilanjutkan
Ratu Tisha merupakan sosok yang sangat mencintai sepak bola bahkan saat dirinya masih duduk di bangku sekolah.
Menarik untuk mengulas kiprah Tisha hingga akhirnya menjadi sekjen perempuan pertama dan yang termuda di PSSI.
Profil Ratu Tisha
Ratu Tisha lahir di Jakarta, 30 Desember 1985. Menghabiskan masa remajanya di Jakarta, Tisha juga aktif dalam kegiatan sepak bola di sekolahnya.
Semasa menimba ilmu di SMA 8 Jakarta, Tisha pernah membawa tim sekolahnya mengikuti turnamen pelajar dan menjadi juara.
Tisha juga pernah mengikuti program pertukaran pelajar negara AFS di Leipzig, Jerman. Kecintaannya akan sepak bola pun berlipat setelah kembali dari Negeri Hitler itu.
Selepas SMA, Tisha melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2004. Ia mengambil jurusan Matematika di ITB.
Perempuan berkacamata ini juga bergabung dengan tim Persatuan Sepak Bola ITB (PS ITB) yang mengikuti Liga Mahasiswa dan kompetisi internal Persib Bandung.
Lulus kuliah pada 2008, Tisha kemudian mendirikan LabBola yang merupakan penyedia data statistik sepak bola.
Eks-pelatih timnas Indonesia U-19 dan U-22, Indra Sjafri, belakangan mengakui bahwa awal perkenalan dirinya dengan Tisha adalah melalui kerja sama dengan LabBola ini.
Selain membesarkan LabBola, perempuan yang kini berusia 35 tahun itu juga mendapat tawaran bekerja di perusahaan perminyakan Schlumberger. Namun, cintanya kepada sepak bola tak pernah pudar meski berkarier di bidang lain.
Awal Karier
Pada 2013 Tisha mengikuti program FIFA Master yang kelak membawanya menjadi orang berpengaruh di sepak bola Indonesia.
Tisha menjadi satu-satunya perempuan Indonesia yang mengikuti program FIFA Master-International Master in Management, Law, and Humanities of Sports.
Setahun lebih Tisha menimba ilmu manajemen sepak bola di negara-negara Eropa seperti Inggris, Italia, dan Swiss.
"Jadi, selama empat bulan saya di London, empat bulan di Italia, dan menghabiskan waktu selama enam bulan untuk menulis tesisnya di Swiss," ujar Tisha seperti dilansir dari laman swa.co.id.
Baca Juga: Disarankan ke Cina, Mario Balotelli Pilih Napoli
"Saya terus mengejar apa yang saya cintai, dan saya bersungguh-sungguh mendalaminya sejak duduk di bangku SMA. Meski hanya pertandingan amatiran, saya tetap serius dan sungguh-sungguh menjalankannya," ia menambahkan.
Tish akhirnya menduduki peringkat ketujuh dari 28 peserta yang mengikuti program FIFA Master tersebut.
Pengalamannya di dunia internasional itu yang menjadi modal berharga Tisha untuk menjadi Sekjen PSSI.
Terlibat di Sepak Bola Indonesia
Sekembalinya dari program FIFA Master, Tisha tak langsung berkecimpung di sepak bola nasional.
Ia masih menekuni LabBola dan menerapkan ilmu yang ia dapatkan dari FIFA.
Tisha baru aktif di sepak bola profesional pada 2016 digandeng PT Gelora Trisula Semesta (GTS) yang menggelar kompetisi Indonesia Soccer Championship kala sepak bola nasional dibekukan.
Dirinya ditunjuk menjadi Direktur Kompetisi pada ajang yang juga dikenal dengan nama Torabika Soccer Championship itu.
Pintu masuk ke PSSI terbuka bagi Tisha pada 2017 kala federasi menggelar seleksi untuk posisi sekretaris jenderal menggantikan Ade Wellington yang mundur.
Baca Juga: Robert Alberts Nantikan Kabar Baik dari Tes Kedua Wander Luiz
Tisha yang sempat menjabat sebagai Chief of League Enterprise PT Liga Indonesia Baru masuk dalam kandidat yang lolos seleksi utnuk menjadi Sekjen PSSI.
Ia sukses mengalahkan Alief Syachviar dan Alvin Aprianto yang juga lolos hingga fase tiga besar. Tisha pun menjadi Sekjen PSSI kedua di era Edy Rahmayadi.
Sejarah baru tercatat ketika Tisha resmi menjadi Sekjen PSSI pada 17 Juli 2017, ia menjadi perempuan pertama sekaligus yang termuda di antara orang-orang yang pernah memangku jabatan tersebut.
Ia masih bertahan di posisi sekjen saat PSSI dipimpin oleh Mochamad Iriawan sejak 2019. Namun, pada awal 2020 Tisha memutuskan untuk pamit.
Prestasi Ratu Tisha
Selama hampir tiga tahun Tisha menduduki posisi Sekjen PSSI, berbagai catatan positif sempat ia ukir.
Di antaranya, banyak pelatih dan wasit yang mendapatkan lisensi di era Tisha menjabat.
Selain itu, kompetisi usia muda yakni Elite Pro Academuy (EPA) U-16 hingga U-20 juga pertama kali digelar.
Liga 1 Putri yang sebelumnya tak pernah dijalankan, mulai bergulir dengan campur tangan Tisha.
Yang paling spektakuler, Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2021 berkat lobi-lobi yang dilakukan Tisha dan tim kepada FIFA dan AFC.
Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah Indonesia bisa menggelar turnamen sebesar Piala Dunia meski hanya kelompok umur.
Nama Tisha juga harum di tingkat internasional, ia dipercaya menjadi Wakil Ketua Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF) dan anggota Komite Kompetisi Federasi Sepak Bola Asia (AFC).