- Presiden NOC Indonesia, Raja Sapta Oktohari, meminta publik jangan sampai salah presepsi soal Aprilia Manganang.
- Raja Sapta Oktohari ingin masyarakat Indonesia tak membesar-besarkan koreksi status Aprilia Manganang.
- Raja Sapta Oktohari membandingkan kasus Aprilia Manganang dengan Citra Febrianti.
SKOR.id - Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari, meminta publik jangan salah presepsi terkait masalah Aprilia Manganang.
Pernyataan tersebut dikemukakan Okto, sapaannya, lantaran maraknya pemberitaan soal mantan pevoli putri nasional itu.
Selasa (9/3/2021) sore, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa menginformasikan koreksi status Aprilia.
Sosok bernama lengkap Aprilia Santini Manganang itu dinyatakan sebagai laki-laki, menyusul serangkaian tes medis yang dilakukan TNI AD.
Padahal, selama ini, publik mengenal Aprilia Manganang sebagai eks pevoli putri alias berjenis kelamin perempuan.
Raja Sapta Oktohari berharap masyarakat Indonesia tidak membesar-besarkan masalah ini, terlebih sampai salah persepsi.
Hal tersebut sampaikan pria 45 tahun itu di hadapan wartawan di KOI Office Tower, fX Senayan, Rabu (10/3/2021).
"Yang terjadi saat ini bukan hal luar biasa. Sepenuhnya ini menjadi wewenang tim kedokteran, atlet tak salah apa apa."
Belakangan, kekhawatiran akan dampak koreksi status Aprilia Manganang, dari perempuan menjadi laki-laki, muncul.
Anggapan bahwa hal tersebut bakal memengaruhi raihan medali timnas voli putri Indonesia di SEA Games, mencuat.
Saat dibela Aprilia Manganang, timnas voli putri menyabet satu medali perunggu dan perak di SEA Games 2015 dan 2017.
Eks ketua umum Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) itu pun membandingkan kasus Aprilia Manganang dengan Citra Febrianti.
Perjalanan mantan lifter itu untuk mendapatkan haknya sebagai peraih medali perak Olimpiade London 2021, sangat berliku.
Citra Febrianti yang turun di kelas 53 kilogram putri pada Olimpiade London, 2012, hanya menempati peringkat empat.
Dirinya berada di bawah Zulfiya Chinshanlo (Kazakhstan), Hsu Shu-ching (Taiwan), dan Christina Lovu (Moldova).
Hasil itu berubah pada 2016, Zulfiya Chinshanlo dan Christina Lovu terbukti memakai doping saat tampil di Olimpiade.
Dengan kata lain, kalaupun ada protes terkait medali timnas voli putri Indonesia, prosesnya tak seperti membalikkan tangan.
"Kasus ini hampir sama seperti kami mengurus Citra. Bertanding tahun 2012, tapi 2016 baru diketahui (lawannya) doping."
"Akhirnya, (posisi) Citra (naik dan) mendapatkan medali perak," pria yang juga promotor tinju itu menambahkan.
Okto pun meminta masyarakat tidak panik. "Sekali lagi, tugas NOC Indonesia adalah menjaga kepentingan Indonesia."
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin agar dapat komposisi tawar terbaik terkait masalah Aprilia Manganang," ujarnya.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
De Ligt: Jalan Juventus Musim Ini Bakal Berubah usai Tersingkir dari Liga Champions https://t.co/hpJwglKafu— SKOR Indonesia (@skorindonesia) March 10, 2021
Berita Aprilia Manganang Lainnya:
Soal Aprilia Manganang, KOI Antisipasi Protes Medali Timnas Voli Putri
Aprilia Manganang Ternyata Pria, Menpora Optimistis Medali Voli Putri Tak Dicabut