- Film Everything Everywhere All at Once (EEAAO) berhasil menyabet tujuh Piala Oscar 2023.
- Banyak faktor yang berperan penting dalam kesuksesan film ini merebut banyak penghargaan pada ajang Academy Awards ke-95, Minggu (12/3/2023) malam.
- Akting para aktor dan aktris serta ide cerita menjadi salah satu faktor kuat di balik sukses film ini.
SKOR.id – Malam penganugerahan Piala Oscar 2023 mungkin tidak akan pernah dilupakan oleh seluruh personel yang terlibat dalam pembuatan film EEAAO.
Bagaiman tidak? Dari 11 nominasi, film garapan duet sutradara Daniel Kwan dan Daniel Scheinert ini memenangi tujuh di antaranya. Salah satunya kategori Film Terbaik (Best Picture).
Selain Best Picture, EEAAO juga menyabet Piala Oscar untuk kategori Best Actress (Michelle Yeoh), Best Supporting Actor (Ke Huy Quan/Jonathan Ke Quan), Best Supporting Actress (Jamie Lee Curtis), Best Film Editing, dan Best Original Screenplay.
Sebelum malam penganugerahan Piala Oscar 2023, Everything Everywhere All at Once sudah memecahkan rekor sebagai film dengan penghargaan terbanyak, 158.
Mereka mengungguli The Lord of The Rings: Return of The King yang merebut 101 penghargaan utama menurut laman terkemuka dunia yang mengupas soal film, ign.com.
Everything Everywhere All at Once menjadi film independen kedua Amerika (A24) yang mampu menyabet kategeori Best Picture pada Piala Oscar setelah Moonlight pada 2016.
Lima puluh tahun setelah The Godfather memenangi banyak Piala Oscar, Everything Everywhere All at Once mengulang sukses sebagai film yang menyoroti kehidupan imigran di Amerika Serikat.
Lantas, apa yang sebenarnya menjadi kekuatan Everything Everywhere All at Once sehingga mampu merebut tujuh Piala Oscar pada tahun 2023 ini?
Everything Everywhere All at Once adalah film drama komedi aksi dengan sentuhan absurdist fiction. Pendeknya, film ini bergenre komedi metafisika multiverse.
Harian terkemuka di Amerika Serikat, The New York Times menyebut EEAAO sebagai film “pusaran anarkistis genre” dengan elemen-elemen komedi surealis, fiksi ilmiah, fantasi, seni bela diri, dan animasi.
Film ini mendapat pujian kritis yang meluas dari para kritikus dan penonton, yang memuji orisinalitas, skenario, arahan, akting (terutama Yeoh, Stephanie Hsu sebagai Joy Wang, Quan, dan Curtis), efek visual, desain kostum, urutan aksi, skor musik, dan pengeditan.
Penggambaran konsep filosofisnya seperti eksistensialisme, nihilisme, dan absurdisme, serta pendekatannya terhadap tema-tema seperti neurodivergensi, depresi, trauma generasi, dan identitas Asia-Amerika, telah diakui dan dianalisis secara luas.
Tidak seperti The Godfather, EEAAO mampu bersinar dengan kisah pengalaman imigran dari sudut pandang berbeda.
Duo Daniel selaku sutradara juga mampu meracik kisah eksentrik tentang keluarga imigran Cina dengan memadukan fiksi ilmiah dan realitas alternatif dalam kisah seorang wanita biasa dan pemilik binatu.
Pengalaman para aktor dan aktris utama EEAAO juga tidak perlu diragukan lagi. Michelle Yeoh, aktris kelahiran Malaysia berusia 60 tahun, sudah mulai berakting sejak era pertengahan 1980-an. Tidak kurang 51 film sudah dibintanginya.
Kepiwaian Michelle Yeoh berakting memerankan karakter komik dan adegan-adegan dramatis dengan kemampuan kung fu bagus membuatnya menjadi aktris Asia pertama sekaligus bintang wanita non-kulit putih pertama yang memenangi Best Actress Piala Oscar dalam 20 tahun terakhir, setelah Halle Berry pada 2001.
Untuk Best Supporting Actor, kapasitas Ke Huy Quan juga tidak perlu dipertanyakan. Aktor kelahiran Saigon, Vietnam, pada 1971 itu sudah berakting saat berusia 13 tahun dengan memerankan karakter Short Round dalam film Indiana Jones and the Temple of Doom (1984) garapan sutradara Steven Spielberg.
Jamie Lee Curtis juga sudah lama malang melintang di perfilman Hollywood. Kendati dikenal sebagai salah satu aktris film-film bergenre horor, Curtis juga banyak dipuji berkat akting kocaknya dalam film-film seperti True Lies (1994).