SKOR.id – Perdebatan soal dampak jeda internasional karena kalender FIFA sudah menjadi cerita lama. Teranyar, kalender FIFA membawa bencana dalam hal pemain yang cedera.
Hal itu telah membuat tim-tim nasional sepak bola dan kalender makin dipertanyakan daripada sebelumnya. Pasalnya, hal itu membuat para pemain semakin kelebihan. Kritik pun kian bertambah kepada FIFA menyusul makin padatnya jadwal pertandingan.
Jeda internasional kalender FIFA terakhir memang terbilang sangat padat, yakni awal September, menjelang pertengahan Oktober, dan tengah ke akhir November.
Akibatnya, sejumlah pemain top seperti Gavi (FC Barcelona), Vinicius Jr dan Eduardo Camavinga (Real Madrid CF), Erling Haaland (Manchester City), dan Marcus Rashford (Manchester United) mengalami cedera.
Daftar pemain yang mengalami cedera selama jeda ini sangat banyak, sehingga klub tidak lagi mampu menyembunyikan amarah mereka. Situasi yang semakin rumit ini membuat FIFA didesak untuk segera mencari cara baru untuk mengatasi masalah ini.
Namun, kontroversi yang ditimbulkan oleh jeda internasional di tengah musim bukanlah hal baru. Ini adalah masalah yang sudah berlangsung lama dan juga disoroti pada tahun lalu.
Alasannya? Polemik penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di Qatar. Suhu tinggi di Asia pada musim panas membuat tidak mungkin bermain sepak bola pada siang hari, meskipun ada pembangunan stadion ber-AC.
Hal itu memaksa FIFA menyelenggarakan Piala Dunia pada musim dingin. Ini satu peristiwa tidak biasa yang menyebabkan kepergian para pemain Piala Dunia bersama timnya selama lebih dari sebulan di tengah musim, hingga wajib mengondisikan persiapan kalender.
Situasi ini juga menjadi masalah serius dalam hal perencanaan fisik tim. Menjadi sebuah tantangan karena dengan menit bermain yang lebih banyak, para pesepak bola yang cedera juga menjadi lebih banyak daripada biasanya.
Hal ini diperkuat oleh data dari studi terbaru yang diterbitkan oleh Howden, sebuah grup asuransi global.
Menurut penelitian ini, para pemain yang berpartisipasi pada Piala Dunia di Qatar, 20 November sampai 18 Desember 2022 lalu, rata-rata menghabiskan delapan hari lagi di bangku cadangan karena cedera pada bulan-bulan setelah turnamen.
Di sini yang diperhitungkan adalah waktu pemulihan. Pada bulan Oktober, pesepak bola yang cedera harus absen sekitar 11,35 hari. Lalu pada Januari, rata-ratanya naik menjadi 19,41 hari.
Angka-angka tersebut jelas menunjukkan kelelahan para pemain internasional yang berlaga di Piala Dunia 2022 yang akhirnya dimenangi oleh Argentina tersebut.
“Virus FIFA” versi Piala Dunia sangat menyulitkan semua tim divisi pertama. Namun, pihak yang paling dirugikan dalam hal jumlah korban adalah Real Madrid.
Menurut studi Howden, klub raksasa Spanyol itulah yang paling banyak mengumpulkan cedera selama musim 2022-2023, 72. Jumlah tersebut hanya dua kali lipat lebih banyak daripada yang dialami Barcelona, 36.
Angka tersebut menunjukkan bahwa Madrid menderita 21,49% dari jumlah total cedera yang diderita oleh 20 tim Divisi Pertama Liga Spanyol, La Liga.
Hal ini tentunya juga dipengaruhi oleh fakta bahwa pasukan Carlo Ancelotti telah memainkan seluruh babak Copa del Rey, mencapai semifinal Liga Champions dan juga hadir di dua Piala Super dan Piala Dunia Klub.
Namun, tren peningkatan penarikan pemain pada bulan-bulan setelah Qatar 2022 menunjukkan bahwa Piala Dunia juga memberikan pukulan berat bagi Los Blancos.
Jika dirinci lebih banyak data yang dipublikasikan, terlihat bahwa Liga Inggris (Premier League) dan Liga Jerman (Bundesliga) menjadi kompetisi yang paling terdampak dengan diadakannya kompetisi tersebut, di antara lima liga top Eropa.
Secara total, dalam dua bulan setelah Piala Dunia, tercatat 49 cedera terjadi di Inggris dan 46 di Jerman. La Liga mencatatkan 18 cedera, Liga Italia (Serie A) 12, dan Liga Prancis (Ligue 1) 11.
Selain itu, biaya yang dikeluarkan akibat cedera (pada 2022-2023) meningkat hampir 30% dibandingkan dengan musim 2021-2022, yakni dari 553,62 juta euro menjadi 704,89 juta euro. Angka yang juga signifikan soal 'mabuk' ajang Piala Dunia.