- FIFPRO melaporkan bahwa pesepakbola Iran, Amir Nasr-Azadani, menghadapi kemungkinan eksekusi gantung.
- Pemain berusia 26 tahun itu ditangkap karena secara terbuka membela kebebasan dan hak perempuan di negaranya.
- Sistem peradilan Republik Islam berencana menggantung sang pesepakbola atas kematian Kolonel Esmaeil Cheraghi dan dua anggota Basij.
SKOR.id - Pesepakbola Iran, Amir Nasr-Azadani, dilaporkan menghadapi ancaman eksekusi karena mengkampanyekan hak-hak perempuan di negaranya.
Persatuan pesepakbola FIFPRO, organisasi perwakilan dunia untuk 65.000 pemain sepak bola profesional, mentweet pada hari Senin malam (12 Desember): “FIFPRO terkejut dan muak dengan laporan bahwa pesepakbola profesional Amir Nasr-Azadani menghadapi eksekusi di Iran setelah mengkampanyekan hak-hak perempuan dan kebebasan dasar di negaranya."
"Kami berdiri dalam solidaritas bersama Amir dan menyerukan agar hukumannya segera dicabut."
Menurut IranWire, sistem peradilan Republik Islam berencana menggantung pesepakbola berusia 26 tahun itu atas kematian Kolonel Esmaeil Cheraghi dan dua anggota Basij.
Iran saat ini sedang mengalami protes nasional yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun dalam tahanan polisi pada bulan September lalu.
View this post on Instagram
Amini dikatakan telah ditahan oleh polisi karena diduga melanggar aturan ketat seputar penutup kepala.
Menurut IranWire, Nasr-Azadani - dan dua terdakwa lain - muncul di televisi pemerintah pada tanggal 20 November, ketika mereka membaca pengakuan "paksaan".
IranWire menambahkan bahwa mereka mengetahui Nasr-Azadani, yang sebelumnya bermain untuk tim Rah-Ahan, Tractor, dan Gol-e Rayhan di Iran, hadir dalam protes tersebut.
Namun, konon dia tidak pernah berada di dekat daerah tempat Cheraghi dan dua anggota Basij terbunuh. Dan, sumber yang sama menambahkan keterlibatannya dalam aksi protes hanya sebatas meneriakkan slogan-slogan selama beberapa jam.
Timnas Iran di Piala Dunia juga melakukan protesnya sendiri, dengan menolak menyanyikan lagu kebangsaan sebelum pertandingan pembukaan melawan Inggris pada 21 November.
Menjelang bentrokan, kapten Ehsan Hajsafi mengatakan: "Kami harus menerima kondisi di negara kami tidak benar dan orang-orang kami tidak senang. Kami di sini, tetapi itu tidak berarti kami tidak boleh menyuarakannya ataupun kami tidak boleh menghormati mereka."
“Apa pun yang kami miliki adalah dari mereka. Kami harus bertarung. Kami harus tampil dan mencetak beberapa gol untuk memberikan hasil kepada orang-orang pemberani Iran. Saya berharap kondisi berubah sesuai harapan masyarakat.”
Yang ironis, pada hari Senin yang sama, Majid Reza Rahnavard, seorang praktisi gulat, telah digantung setelah dijatuhi hukuman mati dalam persidangan yang tidak adil. Dia dituduh membunuh dua anggota pasukan keamanan. Ini adalah kasus eksekusi publik kedua di negara tersebut.***
Berita Timnas Iran Lainnya:
Dukung Protes Anti-Hijab, Bisnis Usaha Milik Ali Daei Disegel Polisi Moral Iran
Iran Hancurkan Rumah Keluarga Atlet Panjat Tebing Elnaz Rekabi
Bintang Timnas Iran Berduka Teman Masa Kecil Ditembak Pasukan Keamanan Iran usai Laga Vs AS