SKOR.id - Terkait keputusan Pengadilan Uni Eropa (CJEU) terhadap European Super League (Liga Super Eropa), La Liga memberikan respons mengenai keputusan tersebut.
Pengadilan Uni Eropa tidak memberikan sanksi kepada European Super League, dalam putusannya menyatakan agar UEFA dan FIFA tidak menggunakan kekuasaannya untuk menekan pembuatan kompetisi baru.
Namun, UEFA sudah memasukkan modifikasi untuk otorisasi kompetisi baru, yang disesuaikan dengan peraturan Pengadilan Uni Eropa.
Pihak promotor European Super League mengklaim bahwa keputusa ini memberikan keuntungan kepada mereka, tetapi pada kenyataannya CJEU menyatakan bahwa hal tersebut tidak berarti proyek seperti itu harus disetujui.
CJEU juga tidak memberikan keputusan spesifik mengenai nasib proyek Liga Super Eropa dalam penilaiannya, terkait peraturan FIFA dan UEFA.
La Liga satu-satunya liga yang terlibat dalam proses ini menyambut baik pernyataan tersebut, sejalan dengan posisi formal yang diungkapkan pemerintah nasional Uni Eropa dan EEF, yang bergabung dengan sepak bola dan komunitas olahraga, untuk melawan model separatis yang disebut Liga Super Eropa.
Apa yang dihasilkan dari putusan ini sejalan dengan kesimpulan Advokat Jenderal CJEU yang menyatakan bahwa "walaupun Perusahaan Liga Super Eropa mempunyai kebebasan untuk membuat kompetisi sepak bola independennya sendiri di luar ekosistem UEFA atau FIFA, selain menciptakan kompetisi tersebut, mereka tidak dapat terus berpartisipasi dalam kompetisi sepak bola yang diselenggarakan oleh FIFA dan UEFA tanpa izin sebelumnya dari federasi tersebut."
Presiden La Liga, Javier Tebas, turut memberikan komentar terkait penyelenggaraan kompetisi di luar ekosistem UEFA dan FIFA, seperti Liga Super Eropa.
"Keputusan ini menegaskan apa yang selalu kami katakan: siapa pun dapat menyelenggarakan kompetisi di luar ekosistem UEFA dan FIFA, hal ini tidak dapat dilarang, dan tidak ada yang mempertanyakan hal ini. Pertanyaan yuridisnya adalah syarat agar kompetisi-kompetisi tersebut berada di bawah ekosistem UEFA dan FIFA, yakni harus ada aturan yang transparan, jelas, dan obyektif dalam persetujuan kompetisi baru," ujar Javier Tebas.
"Pada tahun 2022, UEFA telah menetapkan prosedur untuk mengesahkan kompetisi baru yang dapat digunakan oleh Liga Super Eropa atau kompetisi lainnya," ujar Javier Tebas menambahkan.
Banyak pihak termasuk klun, pemain, pelatih, liga, hingga federasi yang menolak model kompeti seperti Liga Super Eropa.
Proyek tersebut dinilai hanya melanggengkan partisipasi segelintir orang yang memiliki hak istimewa, sehingga membatasi permainan yang membuat sepak bola Eropa menjadi olahraga elit dibandingkan olahraga yang terbuka untuk semua.
Pembentukan kompetisi yang juga disebut The Super League ini juga dinilai dirancang untuk memperkaya klub-klub yang sudah kaya dengan memusatkan kekuatan di tangan sejumlah tim, sehingga membuat hilangnya puluhan ribu pekerjaan serta pengurangan pajak dan kas publik.
Menurut ahli dari KPMG, dampak Liga Super Eropa di Spanyol menyebabkan hilangnya 55 persen pendapatan La Liga secara keseluruhan dan akan membahayakan industri yang menghasilkan lebih dari 194.000 lapangan kerja dan pajak sebesar €8,39 miliar, mewakili 1,44% dari PDB Spanyol.
Terlepas dari sikap jelas yang diungkap para penggemar, klub, pemain, federasi, Parlemen Eropa, Pemerintah Uni Eropa, hingga CJEU, La Liga mendesak Komisi Eropa untuk mengaktifkan mekanisme yang diperlukan untuk menerapkan langkah legislatif yang melindungi sepak bola Eropa dari serangan serupa di masa depan.
Selain itu La Liga juga menekankan adanya kolaborasi antara federasi nasional, liga, klub, penggemar, pemain, pelatih, institusi Uni Eropa, pemerintah, serta pemangku kepentingan lainnya untuk memelihara perkembangan sepak bola, mendorong pertumbuhan, pelestarian nilai-nilai fundamental yang menjadikan sepak bola Eropa menjadi yang terdepan.