SKOR.id - Liga 2 2023-2024 telah berakhir, 9 Maret lalu. PSBS Biak pun menjadi juara kompetisi kasta kedua di Indonesia tersebut setelah dalam dua leg final mengalahkan Semen Padang dengan agregat skor 6-0.
Setelah kompetisi tersebut berakhir, Technical Study Group (TSG) dan High Performance Unit (HPU) PT Liga Indonesia Baru (LIB) pun menggelar rapat untuk membahas beragam hal teknis di atas lapangan. Mulai dari pembahasan tren taktik, perumusan E-Book Report Liga 2 2023-2024, hingga penentuan best eleven.
Dalam pertemuan yang dilakukan di Jakarta, Kamis (14/3/2024), itu pun akhirnya terungkap satu fakta menarik dari beragam data dan statistik yang dihimpun oleh tim Lapangbola selama kompetisi berlangsung.
Fakta menarik yang menjadi perbincangan adalah munculnya tren klub-klub di Liga 2 2023-2024 yang memainkan direct ball. Artinya, kebanyakan klub-klub Liga 2 bermain melambungkan bola ke depan, termasuk empat klub yang menjadi semifinalis Liga 2 2023-2024.
Sebaliknya, klub yang mengusung permainan ball possession (penguasaan bola) justru tenggelam prestasinya. Berdasarkan data yang dipaparkan Lapangbola, sepuluh klub dengan statistik penguasaan bola tertinggi harus tersingkir di babak awal.
Persewar Waropen misalnya. Klub asal Papua itu terhenti di babak 12 besar. Begitu pula Nusantara United FC yang harus berjuang di babak play-off degradasi.
“Dari data yang tersaji, saya melihat buruknya effective possession. Klub yang kuat bermain dengan ball possession justru kesulitan saat mengkreasi peluang dan mencetak gol. Jadi yang penting untuk ditanamkan adalah possession to score, atau melakukan penguasaan bola untuk mencetak gol,” jelas Iwan Setiawan, anggota TSG seperti dikutip laman ligaindonesiabaru.com.
Eks pelatih Persija Jakarta itu juga menuturkan bahwa tingginya tren permainan direct tak lepas dari pola pikir pelatih.
“Tim masih memandang bahwa kemenangan adalah segalanya,” tegas Iwan Setiawan.
Menurut Lukas Tumbuan selaku anggota lainnya dari tim TSG, ada beberapa faktor yang membuat direct ball menjadi tren di klub Liga 2. Namun kondisi lapangan bukan menjadi faktor utama.
“Saya menilai kualitas pemain masih kurang. Pemain belum bisa sepenuhnya menguasai aspek yang dibutuhkan untuk pelatih menerapkan possession football, seperti control, first touch, dan passing,” ucap Lukas Tumbuan.
Pelatih Perserang Serang di Liga 2 2023-2024 itu mengatakan kualitas pemain harus ditingkatkan agar kompetisi bisa berkontribusi untuk prestasi Timnas. Sebab, Liga 2 menjadi wadah untuk para pemain muda unjuk kebolehan.
Sementara itu, Head of High Performance Unit (HPU) PT LIB, Ricky Nelson, menyoroti fakta minimnya rataan playing time di pertandingan.
“Rata-rata playing time hanya mencapai 35 menit. Sedangkan angka yang paling tinggi adalah 50 menit,” ucapnya.
Menurutnya, angka playing time yang rendah mencerminkan bahwa klub masih sering membuang-buang waktu demi mencapai hasil yang diinginkan. Dia pun berharap pola pikir seperti ini harus dibuang oleh klub, pelatih, dan pemain agar kualitas kompetisi lebih meningkat pada musim mendatang.