SKOR.id - Thomas Tuchel menghabiskan bagian terbaik dari satu dekade karier kepelatihannya bersama Mainz 05 dan Borussia Dortmund, sebelum mencapai final Liga Champions secara beruntun bersama Paris Saint-Germain (PSG) dan Chelsea FC.
Thomas Tuchel bergabung dengan akademi muda Augsburg saat remaja, tetapi dilepas pada usia 19 tahun tanpa pernah promosi ke tim utama.
Dia kemudian menjalani periode singkat bersama Stuttgarter Kickers di Bundesliga 2, mencatatkan delapan pertandingan di level itu, sebelum bergabung dengan tim lapis ketiga SSV Ulm.
Di sana Thomas Tuchel bermain sebanyak 68 kali sebelum terpaksa gantung sepatu selamanya akibat cedera lutut yang serius di usia 24 tahun yang ia dapat pada 1998.
Bersemangat untuk membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa dia bisa sukses jauh dari lapangan sepak bola, Tuchel pun belajar Administrasi Bisnis di universitas, dan bekerja sebagai pelayan di sebuah bar pada waktu yang sama.
Namun, tarikan sepak bola tetap kuat dan batu loncatan Tuchel ke dalam kepelatihan tidak lain datang dari Ralf Rangnick, yang kemudian menikmati kesuksesan bersama Schalke, Hoffenheim dan RB Leipzig.
Keduanya menjalin hubungan baik di Ulm, di mana Rangnick menjadi pelatih dari 1997 hingga 1999. Setelah pulih dari cedera lututnya, Tuchel sangat ingin melakukan 'satu lemparan dadu' terakhir sebagai pemain profesional.
Pria asal Jerman itu lalu menghubungi Rangnick, yang saat itu bertanggung jawab di Stuttgart. Sembilan bulan kemudian meminta uji coba dengan tim reserve Stuttgart.
Rangnick dengan senang hati menurutinya, tetapi ketika Tuchel akhirnya tidak dapat terus bermain karena kerusakan tulang rawan kronis, Rangnick menabur benih kepelatihan dengan menanyakan apakah dia dapat bekerja di sepak bola usia remaja.
Rasa ingin tahu terus terusik, Tuchel menjadi pelatih di akademi klub selama beberapa saat sebelum akhirnya mengambil alih tim U14 pada tahun 2000.
Belajar sambil bekerja dan dibimbing oleh mendiang mentor Hermann Badstuber, Tuchel dipromosikan menjadi asisten pelatih U19 pada tahun 2004. Ia dengan cepat merealisasikan janjinya di pinggir lapangan dengan membantu tim tersebut memenangkan gelar Bundesliga U19 pada tahun berikutnya.
Kariernya pun berjalan mulus, hanya sembilan tahun setelah menunggu meja di bar, dia setelah sudah berada di ruang istirahat tim Bundesliga untuk pertama kalinya berkat kemahirannya meracik taktik.
Pada tahun 2006 dia kembali ke Augsburg, kali ini sebagai pelatih kepala U19. Pada 2007-2008 ia memimpin tim cadangan klub sebelum beralih ke Mainz dan memenangkan gelar Bundesliga U19 pada 2008-2009 dengan tim yang diperkuat Andre Schurrle, salah satu pemain Jerman saat memenangi Piala Dunia 2014.
Pada musim panas 2009 ia diincar oleh Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB) untuk berperan sebagai asisten pelatih U21 dan Hoffenheim untuk posisi sebagai pelatih tim cadangan.
Namun, daya tarik Bundesliga terlalu kuat dan dia diangkat sebagai pelatih tim utama Mainz pada 3 Agustus 2009 setelah pendahulunya, Jorn Andersen, dipecat usai tim tersebut tersingkir di putaran pertama Piala DFB dari tim liga bawah VfB Lubeck.
Meskipun Mainz baru dipromosikan ke papan atas musim sebelumnya, Tuchel membawa mereka finis di urutan kesembilan dalam kampanye debutnya.
Bersama Tuchel, Mainz mendapatkan kesempatan bermain di Liga Eropa untuk pertama kalinya dalam sejarah klub setelah finis kelima pada 2011-2012.
Usai berkelana bersama Mainz, Tuchel bergabung dengan Borussia Dortmund pada 2015. Pelatih yang kini berusia 49 tahun itu ditunjuk untuk menggantikan Jurgen Klopp.
Di sana, ia membina talenta muda termasuk Christian Pulisic dan Ousmane Dembele. Tuchel mengubah dua pemain tersebut menjadi pemain sayap terbaik dunia, serta membantu BVB finis sebagai runner-up Bundesliga pada 2015-2016 dan membawa tim meraih kejayaan Piala DFB di tahun berikutnya.
Sama seperti di Mainz, Tuchel menjadi pelatih tersukses dalam sejarah Dortmund dengan rata-rata 2,09 poin per pertandingan Bundesliga, hingga Lucien Favre menaikkan standar lebih tinggi beberapa tahun kemudian (2,11).
Waktu Tuchel di Dortmund hanya berlangsung dua musim. Sembilan tahun setelah memulai karier sebagai pelatih, ia ditunjuk untuk memimpin raksasa Prancis Paris Saint-Germain (PSG) pada musim panas 2018. Bersama Les Parisiens ia memenangkan gelar Ligue 1 dalam musim perdananya.
Dia menambahkan dengan treble domestik pada musim berikutnya, kemudian membawa klub ke final Liga Champions pertamanya, meski gagal juara setelah dikalahkan FC Bayern Munchen.
Mengambil kendali di Chelsea pada Januari 2021, Tuchel bekerja dengan sangat baik. Prestasi terbaik Tuchel adalah ketika membawa The Blues menjuarai Liga Champions usai mengalahkan Manchester City asuhan Pep Guardiola di final.
Tuchel kini menjalani tantangan baru bersama Bayern Munchen. Laga Der Klassiker melawan mantan klubnya Dortmund (1/4/2023) bakal menjadi pertandingan debutnya sebagai pelatih Die Roten.