- Pelatih yang pernah membawa Persik Kediri juara Liga Indonesia 2003, Jaya Hartono bicara harapan dan kepastian kompetisi 2020.
- Eks-pelatih Persik ini sedih, sebab pemain dan pelatih yang hanya dibayar 10-25 persen selama kompetisi 2020 ditangguhkan.
- Jaya Hartono, yang cukup sukses bersama Persik dan kini melatih PSCS Cilacap, menilai kompetisi 2020 dengan tanpa penonton itu bukan pilihan terbaik.
SKOR.id - Mantan pelatih Persik Kediri saat menjuarai Divisi Utama Liga Indonesia 2003, Jaya Hartono menuturkan pemikirannya terhadap nasib kompetisi musim 2020.
Pelatih yang kini menjadi nahkoda PSCS Cilacap pada Liga 2 2020 ini berharap, PSSI dan PT LIB sebagai operator kompetisi dapat segera menentukan nasib kompetisi musim ini.
“Informasi yang saya dapat, pada 18 Mei 2020, sesuai arahan PSSI, akan digelar RUPS Luar Biasa PT LIB,” kata Jaya Hartono kepada Skor.id, Kamis (14/5/2020).
"Mudah-mudahan dari pertemuan itu, segera ada kepastian tentang masa depan kompetisi."
"Karena, banyak pihak terutama pemain dan pelatih sangat menantikannya kepastian tersebut," ujarnya.
Berita Persik Lainnya: Hasil Lelang Jersi dan Jaket Persik Tahun 2003 Didonasikan untuk Tenaga Medis
Jaya Hartono menyebutkan, mayoritas pelaku sepak bola khususnya pemain dan pelatih sangat menggantungkan hidupnya dari sepak bola.
Belum lagi, para stakeholder lain seperti pedagang kecil yang biasa berjualan di sekitar stadion
Baca Juga: Duo Persis Solo Mendadak Jadi Pelatih di Kampung Halamannya
“Apalagi bagi individu yang tidak punya usaha sampingan selain dari sepak bola. Terlebih saat ini, gaji yang dibayarkan hanya 10-25 persen. Itu hal yang sangat menyedihkan," kata Jaya.
"Lebih-lebih untuk yang dari kasta Liga 2 dan yang punya nilai kontrak jauh di bawah level Liga 1, itu cukup memprihatinkan,” ucap mantan pemain timnas Indonesia itu menambahkan.
Saat ditanya tentang kemungkinan kompetisi kembali diputar dengan pilihan tanpa penonton seperti halnya di beberapa negara, Jaya Hartono punya jawaban bagus.
Dia tahun beberapa negara kembali mengulirkan kompetisinya tetapi laga tanpa penonton. Tetapi, Jaya Hartono menilai jika itu bukan pilihan yang cocok untuk Indonesia.
“Pada beberapa negara memang sudah kembali bergulir kompetisinya. Namun, laga tanpa penonton itu tidak cocok dengan karakter kita," ujar Jaya Hartono.
"Sebab, ada kemungkinan suporter yang tetap nekad hadir di sekitar stadion hingga menurunnya minat sponsor untuk merapat,” kata Jaya Hartono lagi.
Baca Juga: PSS Sleman Salurkan Hasil Lelang Jersi di Kawasan DIY
Lagi pula, menurut Jaya Hartono, jika memang nanti kompetisi bisa kembali diputar per Juli atau bahkan Agustus 2020, ada kemungkinan jadwal yang ekstra padat pada Liga 1.
Ini berbeda dengan Liga 2 yang dikatakannya punya waktu penyelesaian kompetisi yang lebih cepat.
“Jadi, format turnamen mungkin menjadi pilihan yang bisa dilakukan dengan beragam pertimbangan yang ada," ujar Jaya Hartono.
"Waktu yang lebih pendek meski tanpa sistem promosi-degradasi tetap dapat menyelamatkan pelaku sepak bola khususnya pemain dan pelatih."
"Itu penting bagi kami, terutama bagi yang menggantungkan hidup dari profesi mereka ini,” kata Jaya Hartono.
Baca Juga: Ternyata, Sepatu Emas Liga 1 2018 Diserahkan ke Striker Serbia di Ruangan Pengap