- Marian Vadja menilai keputusan deportasi yang menimpa Novak Djokovic sangat tidak adil dan tidak sehat.
- Keputusan deportasi oleh Pemerintah Australia turut mempengaruhi mental Novak Djokovic.
- Marian Vadja mengaku sampai saat ini belum menjalin komunikasi dengan Novak Djokovic.
SKOR.id - Marian Vadja menilai keputusan Pemerintah Australia untuk mendeportasi pemain asuhannya, Novak Djokovic, tidak adil dan tidak sehat.
Novak Djokovic disebutnya sangat terpukul dengan keputusan tersebut. Bahkan, hingga mempengaruhi kondisi mentalnya.
Kamis (20/1/2022), Pengadilan Federal Australia mengungkap alasan mendukung pencabutan visa petenis nomor satu dunia itu.
Nole, sapaannya, dianggap bisa membawa pengaruh buruk. Bukan tak mungkin, masyarakat Australia melakukan hal sama.
Djokovic, yang belum bicara sejak keputusan pengadilan, telah kembali ke Beograd dan sedang membahas kemungkinan tindakan hukum.
Pemilik 20 gelar grand slam itu kabarnya sedang dalam pembicaraan untuk menuntut balik Pemerintah Australia dan meminta ganti rugi.
"Saya masih tidak mengerti mengapa mereka melakukan hal itu (deportasi) kepadanya," ujar Marian Vadja kepada Sport Klub.
"Itu adalah keputusan yang tidak sehat dan tidak adil (karena) berdasarkan asumsi bahwa Djokovic dapat mempengaruhi sesuatu yang belum terjadi."
Pelatih berusia 56 tahun itu mengaku, sampai saat ini, dirinya belum menjalin komunikasi dengan anak asuhnya tersebut.
"Saya belum berkomunikasi dengannya sejak tiba di Beograd. Tapi, jelas bahwa itu memukulnya secara mental," kata Marian Vadja.
"(Masalah) itu akan menyakitinya untuk waktu yang lama. (Rasanya) akan sulit untuk mengeluarkan masalah itu dari pikirannya."
"Kami saling menulis surat, belum berbicara melalui telepon. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana dia menanganinya."
"Itu pasti penderitaan yang sangat besar tapi dia dengan rendah hati menanggung semua. Apa yang mereka lakukan sangat membekas. Itu adalah proses politik."
Tak hanya dideportasi, Djokovic juga harus menjalani hukuman dimana ia tak diizinkan untuk mengunjungi negara kangguru tersebut selama 3 tahun.
Keikutsertaannya di French Open 2022 dan US Open 2022 pun terancam karena kedua negara penyelenggara mewajibkan vaksin Covid-19.
Berita Tenis Lainnya:
Anti-vaksin, Novak Djokovic Punya Saham di Perusahaan Pembuat Obat Covid-19
Victoria Azarenka: Drama Novak Djokovic Seharusnya Bisa Dicegah