SKOR.id – Bukan rahasia lagi jika Paus Fransiskus menyukai olahraga, mulai balap sampai sepak bola. Untuk sepak bola, mungkin tidak mengherankan karena pria bernama asli Jorge Mario Bergoglio berusia 87 tahun itu berasal dari Argentina.
Banyak kisah menarik terkait hubungan antara Paus ketiga yang mengunjungi Indonesia ini – setelah Paus Paulus VI pada 3 Desember 1970, Paus Yohanes Paulus II pada 9-14 Oktober 1989 – dengan sepak bola.
Selain pesan-pesan yang menyentuh, Paus Fransiskus juga dinilai beberapa kali mengeluarkan pernyataan nyeleneh soal sepak bola. Salah satu yang menarik adalah saat ditanya siapa yang terbaik di antara Diego Maradona dan Lionel Messi, dua pemain yang sama-sama membawa Argentina merebut Piala Dunia (masing-masing 1986 dan 2022).
Dua bintang sepak bola yang bukan dari Argentina namun juga kerap disebut yang terbaik, yakni Cristiano Ronaldo dan Edson Arantes do Nascimento alias Pele juga disebut oleh Paus Fransiskus.
Ketika ditanya tentang pemain terbaik dalam sejarah sepak bola, jawaban Paus Fransiskus mungkin akan mengejutkan banyak orang.
Seperti dikutip Marca, ia mengatakan: “Bagi saya, pria hebat di antara mereka bertiga adalah Pele. Dia adalah pria dengan hati yang besar. Saya berbicara dengan Pele, saya bertemu dengannya sekali dalam penerbangan ketika saya berada di Buenos Aires. Kami berbicara. Seorang pria dengan begitu banyak kemanusiaan.
“Maradona adalah salah satu pemain terhebat tetapi dia gagal sebagai seorang pria. Kasihan dia, tergelincir dan orang-orang yang memujanya tidak pernah membantunya. Banyak atlet yang berakhir seperti dia. Messi juga seorang pria terhormat, meskipun ketiganya sama-sama hebat dan masing-masing memiliki keahliannya masing-masing.”
Meskipun nama Cristiano Ronaldo tidak disebutkan, itu hanya karena pertanyaan yang diajukan kepadanya tidak menyertakan bintang Portugal tersebut. Tentunya Paus Fransiskus juga menganggap CR7 sebagai salah satu pemain terbaik yang pernah memainkan permainan ini.
Namun pernyataan bahwa ia lebih memilih Pele dibanding Messi dan Maradona merupakan kejutan bagi masyarakat Argentina yang berharap ia akan memilih salah satu dari dua legenda sepak bola dari negara asalnya.
Juga, perlu dicatat bahwa Paus Fransiskus memperhitungkan semua aspek kehidupan seorang atlet dan tidak hanya apa yang mereka lakukan dalam disiplin mereka sendiri.
Pele adalah tokoh hak asasi manusia selama bertahun-tahun dan membantu memerangi ketidakadilan setelah ia pensiun dari olahraga tersebut. Dari segi kemanusiaan, Pele bisa dibilang yang terbaik. Paus sebelumnya telah menyatakan siapa pesepak bola terbaik di antara mereka semua.
Alasan Menjadi Penggemar San Lorenzo
Jika dua pendahulunya, Paus Yohanes Paulus II pernah bermain sebagai kiper di masa mudanya di Polandia sedangkan Paus Benediktus XVI dikenal fan fanatik klub raksasa Jerman FC Bayern Munchen, maka Paus Fransiskus adalah penggemar lama Club Atlético San Lorenzo de Almagro dari Liga Premier Argentina.
Paus Fransiskus pun bukan sekadar penggemar biasa. “Dia bilang dia hidup dalam penderitaan permanen demi San Lorenzo,” ucap Oscar Lucchini, seorang arsitek dan sesama penggemar yang memberikan kartu keanggotaan klubnya kepada Bergoglio begitu diangkat menjadi Paus Fransiskus pada 2013, mengatakan kepada Reuters.
Pertanyaannya, mengapa Paus Fransiskus begitu menggemari San Lorenzo? Memang, San Lorenzo berasal dari Buenos Aires, tempat kelahiran Paus. Namun, bukankah Buenos Aires memiliki sederet klub elite seperti River Plate dan Boca Juniors?
San Lorenzo adalah klub juara Primera Division (kompetisi kasta tertinggi Argentina) 15 kali. Mereka juga berhasil merebut Piala Libertadores 2014 dan menjadi salah satu dari Big Five di sepak bola Argentina bersama Independiente, River Plate, Boca Juniors, dan Racing Club.
Salah satu alasan mengapa Paus Fransiskus menjadi penggemar San Lorenzo adalah karena klub ini dinamai sesuai pendirinya, Pastor Lorenzo Massa. Pada awal abad ke-20, Massa adalah seorang pemimpin gereja kecil di lingkungan kumuh Buenos Aires yang khawatir karena sekelompok anak-anak yang bermain sepak bola di jalan yang sangat ramai.
Untuk mencegah lebih banyak kecelakaan, Massa pun menawarkan anak-anak itu untuk bermain di halaman belakang gereja, dengan syarat mereka harus pergi ke misa pada hari Minggu.
Ketika diskusi dimulai tentang mengubah grup halaman belakang menjadi klub sepak bola resmi, mereka menyebut nama San Lorenzo untuk menghormati orang yang secara tidak langsung bertanggung jawab atas dimulainya klub tersebut.
Massa awalnya menolak penghargaan tersebut namun akhirnya menyetujuinya dengan syarat bahwa nama tersebut tidak untuk menghormati dirinya melainkan Lawrence dari Roma (San Lorenzo dalam bahasa Spanyol) dan Pertempuran San Lorenzo, salah satu pertempuran paling simbolis untuk kemerdekaan Argentina.
Selain El Ciclon (The Cyclone), julukan San Lorenzo lainnya adalah Los Cuervos (Si Gagak), yang berasal dari warna hitam jubah Pastor Massa.
Faktanya, ketika penunjukan Bergoglio sebagai Paus diumumkan, klub tersebut memasang foto di sebelah kiri di situs webnya seraya mencantumkan julukan untuk sang Paus, yakni Papa Cuervo (Ayah Gagak).
Hubungan dengan Alfredo Di Stefano
Siapa pencinta sepak bola yang tidak mengenal Alfredo Di Stefano? Bintang Real Madrid awal era 1950-an sampai awal 1990-an itu memang berasal dari Argentina namun akhirnya lebih sering membela Timnas Spanyol usai bergabung dengan Los Blancos.
Mendiang Di Stefano, yang 10 tahun lebih tua daripada Paus Fransiskus, tumbuh dewasa pada waktu yang hampir bersamaan di Buenos Aires. Dalam kolom regulernya di Marca, Di Stefano menyebut bila ia dan Paus Fransiskus bersekolah di sekolah yang sama dan tinggal berdekatan di ibu kota Argentina itu.
“Seperti yang bisa Anda bayangkan, terpilihnya dia membuat saya sangat gembira,” tutur Di Stefano begitu Jorge Mario Bergoglio diangkat menjadi Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Dunia pada pertengahan Maret 2013.
“Paus mungkin salah satu dari anak-anak yang bermain sepak bola dengan saya di jalanan. Di lingkungan sekitar, kami mengadakan pertandingan yang tepat dengan semua orang melawan semua orang sampai hari mulai gelap.
“Anda harus bertanya kepadanya karena pada saat itu saya sudah terkenal karena sejak masih sangat kecil, saya menjadi anggota akademi muda River Plate, semua orang mengenal saya,” kata Di Stefano yang wafat pada 7 Juli 2014 di usia 88 tahun.