- SIWO berperan besar terhadap perkembangan olahraga di Tanah Air.
- Menpora Zainudin Amali menyebut pemerintah membutuhkan SIWO.
- SIWO merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
SKOR.id - Siapa yang tidak mengenal Seksi Wartawan Olahraga (SIWO)? Tanpa kehadirannya, dunia olahraga Indonesia tidak akan sesemarak seperti sekarang.
Bukan tidak mungkin, tanpa SIWO, orang tak mengenal Liem Swie King, Icuk Sugiarto, Yayuk Basuki, dan bintang-bintang olahraga lainnya.
Tanpa peran SIWO, mungkin tak banyak yang tahu kompetisi Galatama atau event tinju bulanan. Belum lagi sederet event olahraga di Tanah Air.
SIWO pula yang menabuh genderang Tour d' ISSI hingga masyarakat menjadi lebih "melek" tentang olahraga balap sepeda.
SIWO tidak terpisahkan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan bagian utama olahraga nasional. Tak heran jika di SIWO, berkumpul orang-orang hebat.
MoU SIWO
"Pemerintah butuh SIWO untuk membangun olahraga Indonesia yang jauh lebih baik," ucap Menpora Zainudin Amali di Plaza Inn, Kendari, Sultra, Selasa (8/2/2022).
"Tanpa peran wartawan, dalam hal ini SIWO, maka apa pun yang dikerjakan (oleh Kemenpora) tak akan sampai ke publik dengan baik," imbuhnya.
Masih menurutnya, komitmen pemerintah untuk membangun olahraga Indonesia melalui DBON, perlu bergandengan tangan dengan SIWO.
Atas dasar itu pula, Kemenpora tak ragu untuk menyepakati kerja sama dengan SIWO. MoU itu akan ditandatangani pada HPN, Kamis (9/2/2022).
Acara penandatanganan Nota Kesepahaman tersebut akan turut dihadiri oleh Presiden Joko Widodo secara virtual.
Atal Sembiring Depari dan Menpora bersepakat untuk memajukan dunia olahraga Indonesia melalui program DBON.
Kepercayaan itu bukan sekonyong-konyong, melainkan buah dari komitmen anggota serta kerja keras orang-orang hebat di SIWO.
Inilah kumpulan orang-orang hebat itu:
Dari harian Kompas: TH. Boedi Soesilo, Valens Doi, Ignatius Sunito, Sumohadi Marsis, TD Asmadi, Totok Purwanto di era 1970-80an. Lalu, Budi Sambazi, Yesayas Octovianus, Jimmy S. Haryanto, Suryopratomo, Hendry CH. Bangun, era 1990- 2000an.
Dari BOLA: Sumohadi, Ignatius Sunito, Hikmat Kusumaningrat, Zaenal Effendy, Sam Lantang, Ian Situmorang, Linda Wahyudi, Aba Marjani, Indrie HP Koencoro, M. Nigara.
Sinar Harapan dan atau Suara Pembaruan: Stevie Rompis, Derrek Manangka, Isaac Sinyal, Supardi, Eddy Lahengko, Pramadi, Steven Musa. Tribun Olahraga: Alwan Z, Ronny Pangemanan, Suharto Olii, Zulfirman, Suryansyah.
Harian Merdeka: Sonny, Zuhri Husen, Budiman, Ponco Siswarto, Mardi, Asro Kamal Rokan.
Berita Buana: Kasim Aruan, Bambang Soekendro, Hardo. Berita Yudha: Alimoeddin, Yasidi Iskandar, Manto. Indonesian Times: Nico Watimena. Harian Neraca: Adi Wargono, Bambang Sukaryono.
Harian Pelita: Budimantos, Istiqom, Kapten Salamun Nurdin, TB. Adhi, Reva Dedi Utama. Sinar Pagi: Prayan Purba, Parlin, Riang Panjaitan, Raden Barus, Koma Nasution.
Barisan orang-orang hebat dari Pos Kota: Ardi Syarif, H. Sukarma, Idrus, Sakti Sawung Umbara, Isyanto, Sugeng Indiarto. Harian terbit: Ardi Syarif, Deddy Iskandar, Raja Pane, Lilik Permana, Akhir Rasyid, Kesit B. Handoyo. Suara Karya: Atal Depari, Djunaedi Tjundi Agus, Alfons Suhadi, Romo Soemarsono, Munas Tundang, Gunde Ariwangsa yang kini Ketua Siwo PWI Pusat.
Barisan dari kantor berita antara: AR. Lubis, Opung, Edy Supriyadi, Rajab Ritonga. RRI: Ripto Syahfidi, Mursyid, Ajat Sudrajat, Yongky. TVRI: Oom Sambas, Azwar Hamid, Max Sopacua, France Jasman.
Dari divisi majalah, nama-nama besar: Tabrin Thahar ( Olympic ), Budi ( Prestasi ), Herry Komar, Rudy Novrianto, Torik Hadad ( Tempo ). Tommy Arief ( Popular ), Mitra Alamsyah ( Sportif ). Serta sederet koresponden: Herman ( Waspada ), Rahmat, Binsar Sinaga ( Analisa ), Sulaiman Ros ( Jawa Pos ), Sugeng ( Surabaya Pos ), Erwiantoro ( Suara Merdeka ), Barce Nazar ( Wawasan ), Mang Karya, Nanang Setiawan ( Pikiran Rakyat ).
Tentu masih sangat banyak orang-orang hebat dari daerah, sebut saja antara lain: Zatako ( Haluan dan Majalah Olympic, Padang dan Medan), Syamin Pardede ( Kompas, Medan), Usman Pakaubun (Suara Pembaruan, Papya).
Mohon maaf untuk seluruh sahabat jika ada nama yang tidak tersebut. Sungguh, saya tidak bermaksud untuk melupakan atau apa pun namanya. Sebagai manusia, tentu khilaf adalah bagian yang tak mungkin terhindar.
Wajah-wajah sahabat, senior, terlintas dengan terang, tapi namanya tak juga mampu diingat. Sekali lagi saya mohon maaf.
Orang-orang hebat inilah yang langsung maupun tidak langsung telah mewarnai dunia olahraga. Di tangan orang-orang hebat itulah semua atlet kita tersanjung. Seperti kata Menpora, Zainudin Amali, tanpa peran wartawan, publik tak akan tahu.
Oh-iya, saya sengaja tidak menuliskan media GO yang hadir di bulan Juni 1994. Tidak elok jika saya merasa ikut dalam jajaran sahabat- sahabat yang hebat itu. Saya bukan siapa-siapa dan belum apa-apa, selain itu saya pun tidak mungkin menilai diri sendiri.
Sepakat dengan Bang Sam, senior yang pernah sekantor di BOLA 1984-1994. Suryopratomo atau akrab disapa Tom, yang terhebat. Saat ini mantan Pemred Kompas dan Metro tv itu, dipercaya jadi duta besar RI untuk Singapura.
Sebelumnya sahabat Asro, dipercaya SBY menjadi pimpinan tertinggi Antara. Hendry Bangun, saat ini menjadi Wakil Ketua Dewan Pers. Bang Sam pasti lupa, Max Sopacua, sahabatnya pernah dua periode menjadi anggota DPR-RI dari partai Demokrat.
Lalu Steven Musa hingga hari ini masih jadi anggota DPRD DKI dari PDIP, untuk periode keduanya. Dan puncaknya, Atal terpilih menjadi Ketua Umum PWI Pusat dan Insya Allah kelak akan kembali memimpin PWI.
Jadi, jika saya sebut SIWO adalah kumpulan orang-orang hebat, sama sekali tidak keliru. Sekali lagi, Bang Sam pasti lupa, Raja Pane (terbit/GO) pernah dipercaya menjadi Direktur PPU-PPK GBK, 2014-15. Tepat, di kawasan dan venue eks Asian Games 1962. Tidak mudah untuk menjadi direksi di BLU-Setneg itu. Ya, di lahan seluas 279,1 hektar yang saat 2010 ditaksir senilai Rp 52 triliun, tesnya sangat berat.
Kebetulan, saya pernah pula lolos fit dan proper, 2007. Lalu diberi kesempatan menjadi direksi di PPU-PPK GBK, 2009-2012.
Saya harus bersaing dengan banyak pihak. Lalu, Allah beri saya kesempatan menjadi staf khusus Menpora 2019- sekarang. Sekali lagi itu hanya kebetulan karena Menpora, Pak Zainudin Amali, sudah mengenal saya sejak 1982.
Sungguh, sangat kebetulan pula sejak 1994-2004 stasiun televisi RCTI dan Indosiar mengontrak saya sebagai komentator tinju- lokal setiap selasa dan rabu malam serta tinju internasional setiap tayangan live.
Lalu dilanjut stasiun Latv 2005 yang kemudian menjadi tvone menempatkan saya sebagai komentator tinju hingga saat ini. Sekali lagi, ini juga bukan karena saya hebat, tapi karena Bang Nirwan Bakrie mau membantu saya.
Jadi, dibanding seluruh orang-orang hebat di atas, saya bukanlah siapa-siapa. Meski demikian saya bangga bisa bergaul dengan sahabat-sahabat semua. Saya bangga pernah menjadi anak buah Bang Sam di SIWO maupun di BOLA.
Saya juga bahagia sempat dipercaya jadi Wakil sekjen PWI di masa Bang Tarman. Serta saat ini saya juga diminta membantu PWI sebagai anggota dewan penasehat oleh Ketua Umum, Atal Depari.
Pasti itu juga bukan karena saya hebat, tapi karena Atal teman seangkatan di lapangan. Dan sempat berkantor bersama di GO. Sungguh saya bahagia.
Ya, saya bahagia bisa berada di lingkup kehidupan pers. Saya bangga menjadi bagian dari pers, utamanya bagian dari SIWO tempat berkumpulnya orang-orang hebat itu.
Selamat hari pers nasional yang Kendari 2022, terus tetap bangga jadi bagian dari pers nasional, wabil khusus SIWO Jaya.
MN
PWI 09.00.2205.83
Berita Olahraga Lainnya:
Federasi Renang AS Bentuk Regulasi demi Inklusivitas dengan Atlet Transgender
Menpora: Siwo Berperan Besar dalam Menentukan Sukses Tidaknya DBON
Bintang Renang Kontroversial Kampus Dikalahkan Sesama Atlet Transgender
Rekernas Siwo Bahas Porwanas & DBON di HPN Kendari