- Indonesia sebagai negara kedua yang 77 persen penduduknya mencintai sepak bola.
- Jika gagal jadi tuan rumah Piala Dunia U-20, 2023, ini akibat manifesto politik dari sejumlah gubernur, elite partai, dan tokoh ormas.
- Anda dipastikan kehilangan puluhan juta suara kami di Pilpres dan Pilkada 2024! Suporter Sepak Bola Indonesia.
SKOR.id - Jika gagal jadi tuan rumah Piala Dunia U-20, 2023, ini akibat manifesto politik dari sejumlah gubernur, elite partai, dan tokoh ormas. Anda dipastikan kehilangan puluhan juta suara kami di Pilpres dan Pilkada 2024! Suporter Sepak Bola Indonesia.
Begitu ancaman dari kelompok suporter Indonesia terkait kegaduhan atas penolakan Israel yang mengancam posisi Indonesia sebagai tuan rumah. Kita tentu sangat merindukan penampilan timnas U-20 di level dunia,
Ancaman ini tidak boleh dipandang sebelah mata. Tapi juga tidak perlu panik. Seperti dalam al Quran surah al-Insyirah 5-6: "Karena, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Repucom, lembaga survei yang berfokus pada perkembangan olahraga, tahun 2022, menempatkan Indonesia sebagai negara kedua yang 77 persen penduduknya mencintai sepak bola.
Nigeria menempati posisi pertama dengan 83 persen. Argentina yang baru saja menjadi juara dunia kembali dan Brasil juara dunia 5 kali, hanya berada di posisi kelima dengan 72 persen serta keenam dengan 50 persen.
Jika dihitung dari jumlah penduduk, maka Indonesialah menjadi negara yang terbanyak penduduknya menggilai sepak bola. Dari 270 juta penduduk, 207.900.000 penduduk pencinta si kulit bundar.
Sedangkan Nigeria dari 213, 4 juta penduduk, penggila bolanya hanya 177.122.000. Argentina 45. 810.000 dengan penggila bolanya hanya 32. 983.200 jiwa. Brasil dengan populasi 214.000.000, memiliki penggila bola 107 juta.
Dari jumlah itu, ancaman para suporter sepak bola nasional, jika sungguh-sungguh dilaksanakan bisa membahayakan pemilihan umum. Catatan dari Kemendagri, DP4 berjumlah 204.656.053, terdiri atas lelaki 102.181.591 juwa dan perempuan 102.474.462 jiwa.
Jadi, jika hanya mengacu pada angka-angka itu, maka keadaan akan runyam. Beruntung persoalan pasti tidak hanya berhenti diangka-angka. Banyak aspek lain yang In Syaa Allah tidak akan mengganggu pemilu itu sendiri.
Kita juga berharap bahwa ancaman itu hanya emosi sesaat. Ya, jika orang marah, apa saja bisa diucapkan dan dilakukan. Namun setelah amarah reda, saya berkeyakinan para suporter sepakbola nasional bisa kembali berpikir dengan jernih.
Jangan lupa, kehidupan berbangsa tidak melulu tentang sepak bola, wabil khusus tentang Piala Dunia U20.
Jangan Saling Tuding
FIFA secara resmi belum mengeluarkan pernyataan apa pun meski kegaduhan sudah demikian santernya. Pemerintah dan PSSI pun belum merespon terkait hal ini.
Bahkan pembatalan drawing pun FIFA tidak secara spesifik menyatakan batal. Organisasi terbesar di jagad ini tentu memiliki SOP yang baku. Apalagi terkait hak Indonesia sebagai tuan rumah dicabut serta Piala Dunia U-20 telah dipindahkan ke Peru atau kemana pun seperti yang disampailan oleh sahabat saya Yesayas dalam chanel Bola Itu Bundar yang tayang di Ray tv.
Namun, saya juga yakin Bung Yes bukan wartawan kaleng-kaleng. Setiap langkahnya pasti dilengkapi dengan data yang kuat, maklum kami sama-sama dari Kompas.
Dari posisi itu, saya dan kita semua berharap agar perhelatan Piala Dunia U-20 itu tetap bisa diselenggarakan di Indonesia.
Kita juga berharap FIFA memahami kondisi bangsa kita (meski itu bukan keharusan, tapi hanya harapan saya saja) hingga mau mengikuti jejak IOC yang mengizinkan atlet-atlet Rusia berlaga di Olimpiade Tokyo 2022 dengan bendera NOC mereka.
Dan semoga Israelnya pun tidak neko-neko hingga akhirnya semua bisa berjalan dengan baik.
Dan terpenting, kita jangan saling tuding. Kita tidak perlu menyalahkan salah satu pihak. Apalagi saling memaki dan berhadap-hadapan satu sama lain. Ingat, kita adalah satu tumpah darah, Indonesia.
Bagi saya kedua belah pihak benar dan memiliki landasan yang kuat. Yang menolak berpegang pada UUD 1945 dan yang mendukung memegang falsafah olahraga. Football is not practical politics and sportsmanship is above all, sepakbola bukan politik praktis dan sportivitas di atas segalanya.
Kita pun tak perlu bergaduh di persoalan ini. Biar kegaduhan itu terjadi di soal-soal lainnya saja. Kita tahu, saat ini sedang terjadi kegaduhan yang luar biasa di Kementerian Keuangan.
Kita pun masih menunggu hasil investigasi transaksi mencurigakan Rp 349 triliun yang diungkapkan oleh Menko Polhukam Prof Machfud MD dan Ketua PPATK, Ivan Yustiavandana.
Kita juga menunggu sampai kemana kecurigaan indikasi TPPU itu di dalamnya. Kita juga menanti kelanjutan soal rekening gendut beberapa pejabat Pajak serta Bea Cukai. Ya, biar di situ saja kegaduhannya jangan berpindah ke ranah olahraga wabil khusus sepakbola dan Piala Dunia U20.
Simak apa yang dimatakan Pele, legenda sepak bola dunia: "Kesuksesan bukanlah suatu kebetulan, itu adalah hasil dari kerja keras, ketekunan, pembelajaran, pengorbanan, dan yang terpenting, rasa cinta atas yang kamu lakukan dan kamu pelajari.".
Semoga selalu ada jalan keluar yang indah untuk bangsa kita, aamiin ya Rabb...
M. Nigara
Wartawan Sepakbola Senior