- FIA menetapkan peraturan baru bagi para pembalap F1 mulai musim depan.
- Berdasarkan peraturan tersebut, pembalap F1 perlu meminta izin kepada FIA jika ingin beropini soal politik.
- Lewis Hamilton dan Sebastian Vettel merupakan beberapa diantara pilot F1 yang kerap melakukan aksi politik dalam beberapa musim terakhir.
SKOR.id - Pembalap Formula 1 (F1) mulai musim depan perlu meminta izin kepada Federasi Otomotif Internasional (FIA) jika ingin membuat pernyataan soal politik.
Peraturan tersebut merupakan salah satu pembaruan yang dilakukan FIA terhadap Kode Olahraga Internasional versi 2023.
FIA menambahkan klausul baru mengenai "pembuatan dan tampilan pernyataan atau komentar politik, agama, dan pribadi secara umum yang melanggar prinsip umum netralitas yang dipromosikan oleh FIA berdasarkan undang-undangnya."
Pembalap yang membuat pernyataan seperti itu dinyatakan melanggar peraturan kecuali FIA telah memberikan persetujuan sebelumnya secara tertulis.
F1 sebelumnya tidak memiliki batasan khusus seperti itu berkaca dari Pasal 1.2 undang-undang FIA yang bersumpah untuk mempromosikan perlindungan hak asasi manusia (HAM).
Dan, untuk "menahan diri dari mewujudkan diskriminasi" pada berbagai isu termasuk opini politik.
Lewis Hamilton dan Sebastian Vettel, yang sekarang telah pensiun, termasuk di antara mereka yang kerap membuat pernyataan politik dalam beberapa musim terakhir.
Hamilton pernah mengenakan kaus hitam di Grand Prix Tuscan 2020 dengan tulisan "Tangkap polisi yang membunuh Breonna Taylor" di bagian depan.
Kemeja itu juga memiliki foto pekerja medis kulit hitam, yang ditembak mati di apartemennya di Louisville, Kentucky, oleh petugas polisi.
FIA menetapkan aturan baru sebelum dan sesudah balapan untuk pakaian pembalap setelah tindakan kontroversial yang dilakukan juara dunia tujuh kali itu.
Hamilton juga menyerukan lebih banyak perubahan di Arab Saudi.
Ia mengatakan terkejut mendengar eksekusi massal dan telah membalap di Timur Tengah dengan helm pelangi untuk mendukung hak LGBTQ+.
Vettel menggunakan platformnya untuk menyoroti masalah mulai dari hak LGBTQ hingga perubahan iklim.
Pada tahun ini, Vettel mengenakan kemeja bertuliskan 'Stop Mining Tar Sands' dan 'Canada's Climate Crime' di Grand Prix Kanada.
Pada 2021 ia mengenakan kaus berwarna pelangi di Hongaria dengan pesan 'Same Love' untuk memprotes undang-undang anti-LGBTQ+.
Seorang juru bicara FIA mengatakan pembaruan itu "sejalan dengan netralitas politik olahraga" sebagaimana diabadikan dalam kode etik Komite Olimpiade Internasional (IOC).
New FIA rule essentially bans "the general making and display of political, religious and personal statements or comments notably in violation of the general principal of neutrality".@FIA, there are issues such as human rights, where being neutral = condoning it ???? #F1 #FIA pic.twitter.com/aKHg79lg3H— Simon Dau (@there_is_no_if) December 20, 2022
Sementara itu, Direktur Jenderal Global Athlete, Rob Koehler, mengatakan di Twitter bahwa FIA "sangat munafik" untuk memberitahu para atlet agar tetap berpegang pada olahraga dan menjauhi politik.
Koehler merujuk pada pasal 19 Deklarasi Universal PBB tentang Hak Asasi Manusia yang menjunjung tinggi hak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi dan memiliki pendapat tanpa campur tangan.
"Aturan olahraga seharusnya tidak memiliki kemampuan untuk membatasi hak itu," katanya.
Global Athlete menggambarkan dirinya sebagai gerakan yang dipimpin atlet internasional untuk melakukan perubahan positif dalam olahraga dunia.
Baca Berita F1 Lainnya:
George Russell Siap Bawa Mercedes Rebut Gelar Juara Dunia F1 2023
Jelang F1 2023, Carlos Sainz Jr Dapat Suntikan Semangat dari Marc Marquez