- Deddy Corbuzier sempat membuat geger dengan membuat pengumuman untuk menepi sementara dari dunia hiburan.
- Pria 44 tahun itu ternyata sempat mengidap Covid-19 dan mengalami badai sitokin yang hampir merenggut nyawanya.
- Diketahui, badai sitokin merupakan salah satu komplikasi yang bisa mengakibatkan kematian jika tidak tertangani dengan baik.
SKOR.id - Terjawab sudah pertanyaan warganet akhir-akhir ini yang mempertanyakan penyebab "hilangnya" Deddy Corbuzier dari dunia hiburan.
Dalam siniar yang diunggah di akun YouTube pribadinya pada Minggu (22/8/2021) hari ini, Deddy Corbuzier mengaku sempat positif Covid-19.
Tak hanya mengalami gejala ringan, sosok yang memulai kiprahnya di dunia hiburan sebagai pesulap tersebut pun mengaku sempat kritis usai mengalami badai sitokin.
Lantas, apa sebenarnya badai sitokin itu? Gejala apa saja yang dirasakan oleh penderita? Langkah apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya?
Seputar Badai Sitokin
Dilnasir dari Alodokter, sitokin merupakan salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.
Dalam kondisi normal, sitokin membantu sistem imun berkoordinasi dengan baik dalam melawan bakteri atau virus penyebab infeksi.
Adapun badai sitokin (cytokine storm) terjadi ketika tubuh melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah dalam jangka waktu yang sangat cepat.
Kondisi ini membuat sel imun justru menyerang jaringan dan sel tubuh yang sehat sehingga menyebabkan peradangan.
Kondisi ini diketahui dengan pemeriksaan D-dimer dan CRP pada penderita Covid-19.
Tak jarang peradangan tersebut membuat organ-organ di dalam tubuh menjadi rusak atau gagal berfungsi.
Hal inilah yang membuat badai sitokin perlu diwaspadai, karena bisa sampai menyebabkan kematian.
Pada penderita Covid-19, badai sitokin menyerang jaringan paru-paru dan pembuluh darah.
Alveoli atau kantung udara kecil di paru-paru akan dipenuhi oleh cairan sehingga tidak memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen.
Itulah sebabnya mengapa penderita COVID-19 kerap mengalami sesak napas.
Gejala Badai Sitokin pada Penderita COVID-19
Sebagian besar penderita Covid-19 yang mengalami badai sitokin mengalami demam dan sesak napas hingga membutuhkan alat batu napas atau ventilator.
Kondisi ini biasanya terjadi sekitar 6–7 hari setelah gejala COVID-19 muncul.
Selain demam dan sesak napas, badai sitokin menyebabkan berbagai gejala menggigil, mual dan muntah, halusinasi, tekanan darah sangat rendah, hingga kejang-kejang.
Penanganan Badai Sitokin
Penderita Covid-19 yang mengalami badai sitokin memerlukan perawatan di unit perawatan intensif (ICU).
Sebagai langkah awal, dokter akan melakukan pemantauan intensif terhadap tanda-tanda vital yang meliputi tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh.
Pada tahapan selanjutnya, tim medis akan melakukan pemasangan mesin ventilator, pemberian cairan melalui infus, pemantauan kadar elektrolit, hingga cuci darah.
Jika gejala masih berlanjut, barulah dilakukan pemberian obat anakinra atau tocilizumab (actemra) untuk menghambat aktivitas sitokin.
Follow dan subscribe akun media sosial Skor.id di Instagram, Facebook, Twitter, YouTube, LinkedIn, TikTok, Helo, dan Pinterest, serta dengarkan Podcast kami di Spotify.
Lihat postingan ini di Instagram
Artikel kebugaran lainnya:
Jadi Menu Sarapan Favorit Simon Biles, Ini Manfaat Oatmeal Buat Kesehatan
8 Peregangan Sederhana untuk Redakan Sakit Punggung Bagian Bawah
5 Manfaat Teh Susu bagi Kesehatan, Termasuk untuk Diet