Mengapa Sepeda Federal Masih Jadi Incaran Pesepeda

Tri Cahyo Nugroho

Editor: Tri Cahyo Nugroho

Beberapa sepeda Federal, utamanya di Eropa, masih terlihat orisinal hingga kini. (Hendy Andika S/Skor.id)
Beberapa sepeda Federal, utamanya di Eropa, masih terlihat orisinal hingga kini. (Hendy Andika S/Skor.id)

SKOR.id – Anda yang lahir antara era 1970-an sampai 1980-an, dan menyukai sepeda, pasti mengetahui merek Federal. Sepeda ini memang tidak lama diproduksi. 

Namun, banyak orang yang menamai dirinnya sebagai Federalist. Mereka lantas membentuk komunitas atau kelompok untuk menyalurkan hobinya. 

Sudah lebih dari 20 tahun lebih, sepeda Federal tidak lagi diproduksi. Tetapi, penggemarnya tetap ada dan bahkan mungkin menularkan ke keturunannya. 

Mengapa sepeda merek Federal masih dicari para pencinta sepeda? Apa saja faktor yang membuatnya diburu? 

Skor.id akan coba mengulasnya dalam Skor Special kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).

Sejarah Singkat Sepeda Federal

Pada 1978, pemerintah Indonesia di bawah Presiden Soeharto melakukan devaluasi nilai rupiah dari Rp415 menjadi Rp625 terhadap dolar Amerika Serikat. Lima tahun kemudian, 1983, pemerintah kembali melakukan devaluasi. Namun, di tengah industri yang mulai terpuruk saat itu, Astra justru tertarik berbisnis sepeda. 

Meskipun produksinya terus menurun, pendiri Grup Astra William Soeryadjaya meminta Presiden Direktur PT Federal Motor (kini PT Astra Honda Motor) saat itu Budi Setiadharma untuk tidak mem-PHK karyawan. Budi pun memutar otak, hingga akhirnya menemukan ide untuk memanfaatkan mesin yang ada untuk memproduksi barang lain. 

Budi, yang menemukan ide saat melihat pameran sepeda di Inggris, akhirnya memutuskan untuk memproduksi sepeda dengan merek Federal. Saat itu ia kagum dengan sepeda bikinan Eropa karena menurutnya membuatnya sangat gampang.

Frame (rangka) sepeda, contohnya, gampang sekali dibuat – dibanding motor – menggunakan mesin milik PT Federal Motor. Level keamanan rangka motor juga lebih tinggi dibanding sepeda. 

PT Federal Motor lantas mendirikan PT Federal Cycle Mustika khusus untuk memproduksi sepeda Federal. Pun begitu, pemasaran sepeda ini awalnya tidak mudah. Para pedagang sepeda di Sawah Besar, Jakarta, menolak. 

Akhirnya Budi meminta Astra Honda membantu menjual sepeda Federal ini melalui agen sepeda motor. Upaya gigih tim pemasaran membuat angka penjualan meledak. Ujungnya, tidak ada seorang pun karyawan Federal Motor yang di-PHK. 

Tak hanya di dalam negeri, sepeda Federal juga berjaya di Eropa pada akhir era 1980-an. Pada 1987, ekspor sepeda Federal ke sejumlah negara di Benua Biru mencapai 7.028 unit dan meningkat nyaris empat kali lipat – menjadi 26.656 – setahun kemudian. 

Penjualan sepeda Federal mulai turun pada awal tahun 1994, sejak diterapkannya sanksi bea masuk produksi Indonesia oleh negara-negara Eropa yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Alasan aturan itu karena Federal dituding melakukan dumping, menjual barang lebih murah di luar negeri dibanding di dalam negeri. 

Dampaknya, bila sebelumnya sepeda Indonesia yang diekspor ke Eropa bebas dari pajak dan bea, sejak 1994 terkena bea masuk 17,7% dan denda 28,4%. Penjualan sepeda di Eropa pun anjlok drastis. Satu per satu produsen sepeda Indonesia tutup. 

Astra sendiri menyetop produksi sepeda Federal pada 1996. FCM sendiri bubar pada 1997 dan pabrik diminta Federal Motor untuk perakitan sepeda motor. 

Saat MEE mencabut isu dumping dan FCM dinyatakan tidak melakukan praktik itu, semua sudah terlambat. FCM sudah tutup total dan kembali fokus pada produksi sepeda motor. 

Mengapa Sepeda Federal Masih Disukai

Lantas, meskipun sudah tidak diproduksi lagi, mengapa sepeda-sepeda Federal masih disukai pencinta sepeda di Indonesia? Skor.id coba menguraikan sejumlah faktor yang membuat sepeda Federal masih diburu. 

1. Kelangkaan

Sudah tidak diproduksi sejak 28 tahun lalu, membuat sepeda Federal benar-benar langka. Ditambah usia produksi sepeda Federal yang tidak lama dan lebih banyak diekspor. 

Alhasil, sangat sulit, bahkan bisa dibilang hampir tidak ada lagi, ditemui sepeda Federal dalam kondisi orisinal. Jika ada sepeda Federal yang masih orisinal, bisa dibayangkan harga jualnya jika sang pemilik mengetahui soal sepeda. 

2. Nilai Historis dan Nostalgia

Seperti sudah diuraikan di atas, sepeda Federal ini memiliki sejarah unik meskipun usianya terbilang tidak lama. Jadi, ada perasaan bangga bagi mereka yang memilikinya, apalagi yang asli (karena waktu booming sepeda ini banyak dipalsukan). 

Bagi mereka yang tumbuh dan mengalami masa remaja pada era akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an, pasti akan terasa berbeda bila mampu memakai lagi unit sepeda Federal. Apalagi jika dahulu sangat mengidamkan namun tidak kesampaian dibelikan oleh orangtuanya.

Data sepeda federal - Hendy Andika S Skor.id.jfif
Pencinta sepeda Federal semakin banyak dan terlihat dalam beberapa tahun terakhir. (Hendy Andika S/Skor.id)

3. Teknologi yang Dipakai

Saat diproduksi, FCM jelas sedikit banyak memakai standar Federal Motor, dari pengerjaan, material, hingga bantuan maupun kerja sama dari sejumlah perusahaan Jepang. Alhasil, dari sisi kualitas dan modelnya, sepeda Federal ini tak termakan zaman.

Dahulu, meskipun produksi FCM bisa mencapai 500 ribu unit sepeda per bulan, butuh waktu dua hari untuk memproduksi sebuah sepeda. Per hari bisa dibuat lebih dari seribu buah. 

Ada dua keunggulan sepeda produksi FCM, yakni proses pengelasan dan pengecatan. Las yang digunakan lebih kuat dari pengelasan motor, dengan las argon tig yang dikerjakan tangan manusia (handmade). 

Sementara pengecatan dilakukan melalui 4-5 tahap: cat dasar, cat tambahan, cat utama, decal, dan coating. Proses pengecatan sepeda Federal adalah murni didesain oleh FCM, menggunakan spraygun yang memang khusus untuk menciptakan warna dan corak berbeda-beda tersebut. 

FCM juga sempat membuat Kuwahara, misal M4.5, M4.0, dan M3.5. Juga membuat seri Federal dan Kuwahara khusus untuk pameran, seperti di Taiwan (Taipei Cycle Show), Jepang (Tokyo Cycle Show), Los Angeles. Tipe pameran tersebut khusus ekspor. 

Kuwahara M4.5 sebenarnya bukan untuk lokal, tapi sisa ekspor. Ada istilah LE (Limited Edition) namun bukan LE karena edisi terbatas melainkan sisa ekspor yang disesuaikan dan dijual di pasar lokal. 

Untuk tubing M3.5 dilakukan di Jepang tapi dilas di Indonesia. Sedangkan M4.5 fullframe dari Jepang. Keduanya berbahan chromoly dan itu menjadi bukti FCM saat itu sudah bisa mengelas chromoly

Seorang anggota Komunitas Federalist Bandung mengaku membeli rangka sepeda Federal tipe Avanto seharga Rp5 juta. Bagi orang awam, frame seharga itu pasti dibilang mahal, tetapi tidak bagi Federalist. Saat ini, rangka itu dipastikan tidak dilepas kecuali di atas Rp15 juta.

4. Material Rangka 

Para penunggang sepeda Federal sering membicarakan jenis logam yang menjadi bahan rangka sepeda kesayangannya. Dan, chromoly tidak pernah lepas dari pembahasan karena material ini menjadi favorit bagi banyak Federalist.

Saat pemalsuan makin marak, salah satu cara FCM “melindungi” Federal adalah menggunakan kode untuk merinci sepeda buatannya. Dari kode ini juga bisa dilihat apakah sepeda Federal itu memakai rangka chromoly atau tidak. 

Misalnya FMG 12 CX, artinya Federal-MTB-Gents grade 1 buatan tahun 1992 Chromoly-Oversize. Semakin kecil angka grade, semakin bagus spesifikasinya. 

Jika Anda mencari rangka bekas Federal, Anda akan menemukan harga frame dari material chromoly ini jauh lebih mahal dari pada rangka dengan bahan lain seperti alumunium atau hi-ten steel. Lalu, mengapa chromoly lebih mahal daripada material lainnya?

Chromoly pada dasarnya adalah baja namun dengan campuran alloy (aluminium campuran) yang entah bagaimana caranya bisa berubah menjadi material yang lebih kuat daripada baja hi-ten steel sehingga bisa dirancang menjadi tubing yang lebih tipis dan kecil agar frame menjadi lebih ringan. 

Uniknya, beberapa penggemar Federal bahkan bisa membedakan chromoly dengan material lain hanya dengan mendengar bunyinya saat dijentik dengan jari.

5. Restorasi Sepeda Federal Lebih Menarik 

Karena sudah hampir pasti sulit menemukan sepeda Federal dalam kondisi utuh, praktis restorasi menjadi jalan keluar. Paling realistis adalah berusaha mendapatkan rangka asli Federal, baru setelah itu melengkapi komponen lainnya dengan spesifikasi yang mirip dengan versi orisinal. 

Bagi pehobi sepeda, merestorasi Federal tentu menarik sekaligus menantang. Makin mirip komponen dengan orisinalnya (syukur jika menemukan versi orisinalnya) jelas lebih baik. 

Sulit dan langkanya barang-barang sepeda Federal serta permintaan yang kian tinggi, membuat harga Federal versi restorasi juga terus tinggi. Bengkel-bengkel restorasi sepeda Federal kini terbukti bermunculan. 

RELATED STORIES

Mengapa Banyak Orang Indonesia Berinvestasi di Klub Sepak Bola

Mengapa Banyak Orang Indonesia Berinvestasi di Klub Sepak Bola

Ada banyak faktor yang membuat orang tertarik berinvestasi di klub sepak bola.

Mengapa Pemain Esports Sering Pensiun di Usia Muda

Mengapa Pemain Esports Sering Pensiun di Usia Muda

Tak seperti di olahraga-olahraga lain, usia pensiun para pemain profesional esports terbilang lebih muda dibanding atlet olahraga lain.

Mengapa Jepang Tak Pernah Kehabisan Pembalap untuk MotoGP

Pembalap Jepang Ai Ogura berhasil menembus MotoGP mulai 2025.

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

bang jay venezia

National

Sama-sama Main Penuh di Klub, Jay Idzes dan Calvin Verdonk Beda Nasib

Jay Idzes membawa Venezia FC menang di Serie A, sementara Calvin Verdonk kalah telak bersama NEC Nijmegen dalam lanjutan Eredivisie.

Teguh Kurniawan | 22 Dec, 21:32

Sepak bola wanita Indonesia. (Dede Mauladi/Skor.id)

Esports

Semarang Tutup Rangkaian Kompetisi Sepak Bola Wanita Usia Dini dari Milklife di Tahun Ini

Milklife Soccer Challange menyasar delapan kota yakni Kudus, Surabaya, Jakarta Tangerang, Bandung, Solo, Yogyakarta dan Semarang.

Gangga Basudewa | 22 Dec, 20:58

Luis Diaz merayakan gol yang diciptakannya bersama rekan setimnya yang memberikan assist, Trent Alexander-Arnold. (Jovi Arnanda/Skor.id).

Liga Inggris

Hasil Tottenham Hotspur vs Liverpool: Hujan Gol, The Reds Menang 6-3

Liverpool menang 6-3 atas tuan rumah Tottenham Hotspur dalam laga Liga Inggris 2024-2025, Minggu (22/12/2024) malam WIB.

Irfan Sudrajat | 22 Dec, 18:31

Indonesia Pingpong League 2024.

Other Sports

Juara IPL 2024, Onic Sport dan Arwana Jaya Bakal Dikirim ke Turnamen di Thailand

Onic Sport menjuarai sektor putra Indonesia Pingpong League (IPL) 2024, sementara Arwana Jaya keluar sebagai kampiun kategori putri.

Nizar Galang | 22 Dec, 17:23

Penyerang Real Madrid, Rodrygo Goes. (Jovi Arnanda/Skor.id).

La Liga

Hasil Real Madrid vs Sevilla: Los Blancos Menang 4-2, Dekati Atletico Madrid

Real Madrid menang 4-2 atas Sevilla dalam laga La Liga 2024-2025, mereka kini ke posisi kedua mendekati Atletico Madrid, Minggu (22/12/2024) malam WIB.

Irfan Sudrajat | 22 Dec, 17:17

Liga Nusantara 2024-2025 atau Liga 3 2024-2025. (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id)

National

Liga Nusantara 2024-2025: Jadwal, Hasil dan Klasemen

Jadwal, hasil, dan klasemen Liga Nusantara 2024-2025 yang terus diperbarui seiring berjalannya kompetisi.

Taufani Rahmanda | 22 Dec, 16:06

Bintang Bournemouth, Justin Kluivert, mencatat rekor penalti dalam satu laga Liga Inggris. (Hendy Andika/Skor.id).

Liga Inggris

Hasil Manchester United vs Bournemouth: Setan Merah Luluh Lantak, Kalah 0-3

Manchester United takluk 0-3 dari Bournemouth dalam laga Liga Inggris 2024-2025, Minggu (22/12/2024) malam WIB.

Irfan Sudrajat | 22 Dec, 16:00

Kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Indonesia, Liga 1 2024-2025. (Hendy Andika/Skor.id)

Liga 1

Liga 1 2024-2025: Jadwal, Hasil, Klasemen, dan Profil Klub Lengkap

Jadwal, hasil, dan klasemen Liga 1 2024-2025 yang terus diperbarui seiring berjalannya kompetisi, plus profil tim peserta.

Skor Indonesia | 22 Dec, 15:53

Barito Putera

Liga 1

PSM Turunkan 12 Pemain di Lapangan, Barito Putera Bakal Protes

Barito Putera bakal melayangkan protes resmi ke PSSI dan PT LIB terkait pelanggaran PSM Makassar yang tampil dengan 12 pemain.

Teguh Kurniawan | 22 Dec, 15:46

Merek-merek baju yoga seperti Tiento Aurora Crop Top Dryfit Woman, Reytorrm Atasan Yoga CX030, dan Xexymix Slim Fit Yoga Crop Bolero (ki-ka), bisa jadi pilihan para ibu. (Dede S. Mauladi/Skor.id)

Culture

Hari Ibu: Rekomendasi Baju Yoga untuk Ibu

Pada Hari Ibu kali ini, Skor.id coba merekomendasikan beberapa outfit yoga untuk para ibu.

Tri Cahyo Nugroho | 22 Dec, 14:28

Load More Articles