SKOR.id – Sudah banyak orang mengetahui bila panjat tebing (rock climbing) maupun panjat dinding (wall climbing) adalah olahraga yang tidak hanya ekstrem sarat tantangan namun juga memiliki segudang manfaat bagi kesehatan.
Secara umum, kedua jenis olahraga panjat ini memiliki beberapa manfaat besar buat kesehatan dan kekuatan fisik, di antaranya: meningkatkan kekuatan otot, terutama di tangan, lengan, dan kaki; meningkatkan keseimbangan dan fleksibilitas tubuh; meningkatkan stamina; membakar kalori; memperkuat jantung dan paru-paru.
Kendati begitu, belakangan banyak pelaku panjat dinding maupun tebing yang menilai olahraga ini mulai membosankan. Namun faktanya, olahraga ini tetap menjadi favorit, utamanya di kalangan remaja maupun anak muda.
Kesuksesan atlet panjat dinding Veddriq Leonardo merebut medali emas nomor speed putra di Olimpiade Paris 2024, Agustus lalu, juga berpengaruh signifikan pada popularitas olahraga ini di Indonesia.
Lantas, faktor apa saja yang membuat olahraga panjat tebing maupun dinding ini kadang dinilai membosankan? Apa pula hal-hal yang membuat olahraga ini justru kian digemari dan berkembang?
Skor.id akan coba membahasnya secara detail dalam Skor Special edisi kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).
Perbedaan Rock Climbing dan Wall Climbing
Sebelum masuk pada bahasan soal mengapa rock climbing dan wall climbing ini dinilai membosankan, mari dilihat dulu perbedaan di antara keduanya.
Medan – Rock climbing merupakan kegiatan memanjat tebing di gunung asli, sementara wall climbing dilakukan di dinding/tembok buatan. Rata-rata tinggi dinding panjat buatan adalah antara 4,5 meter hingga 16,7 meter dan tidak setinggi tebing-tebing di gunung. Dinding panjat juga bisa dibangun di dalam maupun luar ruangan.
Peralatan – Peralatan dan perlengkapan yang dipakai untuk wall climbing tidak sekompleks atau serumit rock climbing.
Teknik – Karena dilakukan di medan alami dengan tingkat kesulitan lebih tinggi, rock climbing memerlukan teknik yang lebih sulit dan rumit daripada wall climbing.
*Gaya yang digunakan dalam rock climbing sangat tergantung pada medan, tipe tebing, dan kesulitan rute. Beberapa gaya panjat tebing di antaranya:
- Face climbing: Memanjat tebing yang memanfaatkan tonjolan batu atau rongga sebagai pijakan kaki, pegangan tangan, dan penjaga keseimbangan.
- Friction climbing: Memanjat tebing yang mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu.
- Fissure climbing: Memanjat tebing yang memanfaatkan celah untuk melakukan panjatan.
- Jamming: Memanjat tebing yang memanfaatkan celah yang tidak terlalu besar.
- Chimneying: Memanjat tebing yang memanfaatkan celah vertikal yang cukup lebar.
- Bridging: Memanjat tebing yang memanfaatkan celah vertikal yang cukup besar dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan.
- Mantelself: Memanjat tebing yang memanfaatkan tonjolan-tonjolan yang letaknya agak tinggi.
Selain itu ada beberapa teknik rock climbing yang bisa dipelajari, di antaranya: three point contact, tangan selalu lurus, memanjat dengan kaki, close-open crimping, breathing, lay backing, free climbing, hooking, edging, smearing, side-pull, gaston, dan lain-lain.
*Mengacu regulasi dari International Federation of Sport Climbing (IFSC), wall climbing yang sudah masuk Olimpiade sejak Tokyo 2020 dengan nama sport climbing, memiliki tiga disiplin (nomor lomba), yakni boulder, lead, dan speed.
Faktor-faktor yang Bikin Rock Climbing Membosankan dan Cara Mengatasinya
Panjat tebing mungkin terasa membosankan jika Anda tidak cukup tertantang oleh kesulitan rute, kurangnya variasi dalam gaya pendakian, mengalami lingkungan pendakian yang monoton, atau jika Anda tidak terlibat secara mental dengan proses tersebut karena faktor-faktor seperti gerakan berulang atau kurangnya tujuan pribadi yang ingin dicapai.
Berikut sejumlah alasan mengapa seseorang menganggap panjat tebing membosankan, serta cara mengatasinya:
*Rute terlalu mudah – Carilah rute yang sedikit melampaui batas Anda, sehingga memaksa Anda untuk mengembangkan keterampilan dan strategi baru.
* Kurangnya kemajuan – Dari masalah ini, Anda perlu variasi gaya pendakian. Jelajahi berbagai gaya pendakian seperti bouldering, sport climbing, trad climbing, atau bahkan berbagai sudut dinding di gym.
* Kelelahan mental – Untuk mengatasinya, tetapkan tujuan. Berusahalah untuk mencapai pencapaian pendakian tertentu, seperti menyelesaikan rute yang menantang atau menguasai teknik baru.
* Lingkungan pendakian terbatas – Cobalah mendaki di luar ruangan di berbagai lokasi untuk merasakan tekstur dan pemandangan bebatuan yang berbeda.
* Rekan yang buruk – Dari problem ini, Anda harus memilih mitra yang memiliki tingkat pendakian dan antusiasme yang sama dengan Anda.
* Teknik yang tidak memadai – Mengacu masalah ini, Anda harus fokus pada teknik. Latih dan sempurnakan teknik pendakian Anda untuk membuat pengalaman lebih efisien dan menyenangkan.
Ini yang Membuat Rock Climbing Tetap Digemari
Panjat tebing populer karena menawarkan kombinasi unik antara tantangan fisik, stimulasi mental, interaksi sosial, dan rasa pencapaian, sekaligus memberikan latihan seluruh tubuh yang meningkatkan keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan.
Alasan utama mengapa panjat tebing tetap digemari, pertama manfaat fisiknya. Rock climbing melatih tubuh yang membangun otot, meningkatkan kekuatan inti, dan meningkatkan fleksibilitas dan keseimbangan.
Kedua, manfaat mental. Panjat tebing membutuhkan fokus, keterampilan memecahkan masalah, dan mengatasi rasa takut akan ketinggian, sehingga meningkatkan kepercayaan diri dan ketahanan mental.
Berikutnya, beragam tantangan. Gaya pendakian yang berbeda, tingkat kesulitan, dan medan disesuaikan dengan keahlian dan minat yang berbeda.
Lalu, petualangan luar ruangan. Karena dilakukan di alam terbuka, rock climbing menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan dan sensasi menaklukkan rute yang menantang.
Alasan Wall Climbing Menjemukan
Seperti rock climbing, wall climbing juga kadang dianggap mulai membosankan. Apa saja masalahnya?
*Lingkungan tak berubah: Dinding panjat dalam ruangan sering kali memiliki pegangan dan rute yang serupa, sehingga dapat diprediksi dan berulang, terutama bagi pemanjat berpengalaman.
*Kekurangan unsur alam: Tidak seperti panjat tebing di luar ruangan, panjat dinding tidak memiliki keseruan karena tekstur batuan yang berbeda, kondisi cuaca, dan pemandangan indah, yang dapat mengurangi pengalaman keseluruhan bagi sebagian orang.
*Tantangan terbatas: Jika tingkat kesulitan tembok tidak cukup menantang untuk tingkat keterampilan seorang pemanjat, maka akan terasa monoton dan tidak merangsang mental.
*Faktor sosial: Gym yang ramai dengan waktu tunggu yang lama atau etika pendakian yang buruk juga dapat memengaruhi kenikmatan panjat dinding.
Mengapa Wall Climbing Populer
Setidaknya di Amerika Serikat (AS), alasan utama bouldering dan climbing menjadi begitu populer dalam 10 tahun terakhir adalah karena olahraga ini sudah memasuki sistem perguruan tinggi. Olahraga apa pun yang masuk dalam sistem perguruan tinggi cenderung semakin populer karena hampir selalu memiliki kompetisi.
Bouldering sendiri merupakan jenis olahraga panjat yang dilakukan di dinding gym atau di luar ruangan dengan ketinggian 4–6 meter. Bouldering dilakukan di dinding yang dipenuhi batu-batu kecil atau batu buatan, tanpa menggunakan tali pengaman atau sabuk pengaman.
Seiring dengan meningkatnya paparan media dan keterlibatan komunitas, bouldering dengan cepat memantapkan dirinya sebagai aktivitas rekreasi utama, menarik penggemar dari semua lapisan masyarakat yang ingin mengatasi tantangan uniknya dan mendapatkan manfaat kebugaran yang komprehensif.
Dimasukkannya wall climbing ke Olimpiade musim panas—dengan nama sport climbing—sejak di Tokyo 2020, juga membuat olahraga ini kian populer. Selain tiga disiplin berbeda: speed, bouldering, dan lead, sport climbing kadang juga memiliki satu nomor yang merupakan gabungan dari ketiganya, yakni combined.